Anda di halaman 1dari 18

PERSAMAAN

KABUR

FITRIA SAMBITE
DWI WAHYUNI
A. PERSAMAAN KABUR
• Misalkan
  diketahui dua buah bilangan kabur dan . Kita ingin
ingin menentukan bilangan kabur sedemikian hingga . Dengan
kata lain kita akan mencari penyelesaian . Misalkan potongan-
dari , , dan berturut-turut adalah = dan = dan =.

• Berdasarkan Teorema Dekomposisi dari persamaan kabur


tersebut kita peroleh :
• = untuk
• Dengan demikian diperoleh
 
• Sehingga dapat dituliskan - dan -
• Agar
  =.= merupakan potongan- dari bilangan kabur ,maka harus
dipenuhi dua syarat sebagai berikut :

• untuk setiap , untuk menjamin bahwa adalah suatu selang.


 
• Jika , maka , untuk menjamin bahwa adalah selang tersarang
(nested interval) sehingga memenuhi syarat sebagai potongan-
kabur.
 
Jika kedua syarat tersebut dipenuhi, maka dengan Teorema
Dekomposisi diperoleh penyelesaian persamaan kabur di atas
yaitu :
 

• adalah himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan dengan


adalah fungsi karakterisitik dari selang
•Secara
  analog, dapat diperoleh juga penyelesaian persamaan kabur
untuk bentuk (dengan ) diperoleh dari potongan-
=.= ,

Yang harus memenuhi dua syarat berikut :


• untuk setiap , untuk menjamin bahwa adalah suatu selang.
• Jika , maka , untuk menjamin bahwa adalah selang tersarang
(nested interval) sehingga memenuhi syarat sebagai potongan-
kabur.

Jika kedua syarat tersebut dipenuhi, maka dengan Teorema


Dekomposisi diperoleh penyelesaian persamaan kabur di atas yaitu

• adalah himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan dengan


adalah fungsi karakterisitik dari selang
• Contoh
  :
• Misalkan bilangan kabur dan mempunyai fungsi keanggotaan
segitiga sebagai berikut :

= Segitiga(x;0,2,4) =

• = Segitiga(x;2,3,4) =
• Tentukan
  penyelesaian dari persamaan kabur .
Jawab :
• Tentukan potongan- dari bilangan kabur dan
• Untuk suatu , , yaitu
, sehingga diperoleh dan

Jadi, potongan- dari


• Untuk suatu , , yaitu
, sehingga diperoleh dan
Jadi, potongan- dari
• Cek apakah potongan- bilangan kabur tersebut memenuhi syarat
suatu interval

• Karena untuk setiap artinya , sehingga tidak memenuhi syarat


suatu selang bahwa , akibatnya bilangan kabur dengan fungsi
keanggotaan tersebut tidak punya penyelesaian.
B. Peringkat Bilangan Kabur
• Dalam banyak kejadian, hasil pengukuran terhadap data yang
dianalisis seringkali disajikan dalam dalam bentuk bilangan kabur,
misalnya : kurang lebih 5 meter, sekitar 2 jam, dan sebagainya.
Kalua hasil pengukuran tersebut terdiri dari beberapa alternative
yang harus dipilih untuk mengambil keputusan, maka diperlukan
cara untuk membandingkan alternative-alternatif itu. Cara yang
dapat digunakan adalah dengan menyusun peringkat bilangan-
bilangan yang dibandingkan dengan aturan tertentu
• Urutan linear yang berlaku pada bilangan-bilangan real tidak
berlaku pada pada bilangan-bilangan kabur. bilangan-bilangan
kabur hanya dapat diurutkan secara parsial saja, sehingga tidak
dapat dibandingkan antar sesamanya. Jadi, untuk membandingkan
bilangan-bilangan kabur, terlebih dahulu harus ditransformasikan
menjadi bilangan tegas atau disebut proses Defuzzification.
•Beberapa
  cara untuk membandingkan bilangan kabur yaitu :
• Dengan Potongan-
Misalkan dan adalah bilangan-bilangan kabur dengan potongan-
berturut-turut = dan =. Bilangan kabur dikatakan lebih kecil atau
sama dengan bilangan kabur , dengan notasi bila untuk setiap
• Contoh :
Tentukan peringkat bilangan kabur dari bilangan-bilangan kabur dan
dengan fungsi keanggotaan = Segitiga(x;0,2,4) dan = Segitiga(x;0,3,6)
Penyelesaian :
Potongan- dari bilangan-bilangan kabur dan yaitu :

Sehingga, dapat dituliskan bahwa :


dan
Karena untuk setiap , maka dapat disimpulkan bahwa .
•  Dengan Jarak Hamming
Dalam cara jarak Hamming dipergunakan jarak antara bilangan
kabur dan , yaitu , yang didefenisikan sebagai berikut :
dx
Peringkat bilangan kabur dan ditentukan dengan membandingkan
jaraknya ke suatu bilangan kabur yang ditentukan dengan fungsi
keanggotaan
 
Bilangan kabur bila
• Dengan NIlai Integral
Dalam pemeringkatan dengan cara ini, bilangan kabur dinyakatan
dengan fungsi keanggotaan sebagai berikut :
• Dengan
  adalah pemetaan kontinu dan naik sempurna pada
[a,b] dan disebut fungsi keanggotaan kiri serta mempunyai
invers yang dilambangkan yang juga kontinu dan naik
sempurna, dan oleh karenanya terintegralkan pada selang
tertutup [0,1]. Nilai integral kiri dari bilangan kabur
didefenisikan sebagai :

• Sedangkan adalah pemetaan kontinu dan turun sempurna


pada [c,d] dan disebut fungsi keanggotaan kanan serta
mempunyai invers yang dilambangkan yang juga kontinu dan
turun sempurna, dan oleh karenanya terintegralkan pada
selang tertutup [0,1]. Nilai integral kiri dari bilangan kabur
didefenisikan sebagai :
• Nilai
  integral total dengan indeks optimisme dari bilangan kabur
dengan notasi didefenisikan sebagai kombinasi konveks dari
nilai integral kiri dan integral kanannya, yaitu :

• Indeks optimisme menyatakan derajat pilihan risiko (risk


preferences) dalam mengambil keputusan. Semakin besar nilai
yang dipilih berarti semakin tinggi derajat optimisme
pengambilan keputusan (semakin berani dalam menghadapi
resiko pengambilan keputusan itu). Bilangan kabur dengan
indeks optimisme bila
Contoh :
Tentukan peringkat bilangan kabur dari bilangan-bilangan kabur
dan dengan fungsi keanggotaan = Segitiga(x;0,2,4) dan =
Segitiga(x;0,3,6) dengan Nilai integral.
• Penyelesaian :
 •   • 
= Segitiga(x;0,2,4) =
  Integral kiri untuk bilangan kabur
 
  Misalkan maka
= Segitiga(x;2,3,4) =  

 
 
 
Untuk bilangan kabur
Integral kanan untuk Integral total untuk bilangan kabur
bilangan kabur
 
Misalkan maka
=
=2
 
•   bilangan kabur
Untuk • 
Integral total untuk
Integral kanan untuk bilangan kabur
bilangan kabur
Misalkan maka
 
  =
=

Integral kiri untuk bilangan Karena 2 untuk setiap


kabur maka dapat
Misalkan maka disimpulkan bahwa
 

 
C. Kisi Bilangan Kabur
•  
Misalkan B adalah himpunan semua bilangan kabur. Pada B kita
defenisikan “min” dan “max” sebagai berikut :
dengan
dengan
 
Untuk setiap z R. Suatu ilustrasi mengenai hasil kedua operasi tersebut
diberikan dalam gambar 5.5.1

Gambar 5.5.1. Ilustrasi hasil operasi dan


•  
Kedua operasi tersebut mempunyai beberapa sifat penting sebagai
berikut :
a. Komutatif
dan
 
b. Idempoten
dan
 
c. Asosiatif
dan }
 
d. Absorbsi
dan , untuk setiap B
 
Selanjutnya, pada B kita defenisikan suatu relasi sebagai berikut :
jika dan hanya jika (jika dan hanya jika ) untuk setiap B, maka (B,)
adalah suatu kisi.
•Pertama-tama,
  akan diperlihatkan bahwa adalah suatu Poset,
yaitu relasi yang bersifat refleksif, antisimetrik, dan transitif.
a. Karena untuk setiap B berlaku sifat idempoten, yaitu maka ,
yaitu relasi bersifat refleksif.

b. Jika dan maka dan .


Karena maka . Jadi relasi bersifat antisimetrik.

c. Jika dan maka dan sehingga


, yaitu . Jadi relasi bersifat transitif.
 
•Dengan
  demikian (B,) adalah suatu poset. Selanjutnya akan
diperlihatkan bahwa dalam poset (B,) setiap dua elemennya
mempunyai batas bawah terbesar dan batas atas terkecil.

Untuk sebarang dua bilangan kabur dan berlaku sifat absorbs,


yaitu dan yang berarti bahwa dan . Jadi adalah batas bawah
dari dan . Misalkan adalah sebarang batas bawah dari dan ,
yaitu dan , maka .

Selanjutnya dengan menggunakan sifat asosiatif operasi min,


diperoleh , yang berarti bahwa . Jadi adalah batas bawah
terbesar dari dan .

Secara analog dapat diperlihatkan bahwa adalah batas atas


terkecil dari dan . Dengan demikian poset (B,) adalah suatu kisi,
yang disebut kisi bilangan kabur.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai