Anda di halaman 1dari 5

Nama Penyuluh : LALU KARDIMAN

Materi Bimluh. : Makna Dua Kalimat Syahadat


Sasaran : MT Nurul Huda
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Juni 2022, pukul 20.00 WITA
Tempat : Desa Lembah Makmur

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT

Kalimat Syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam.
Tanpa syahadah maka rukun Islam lainnya akan runtuh, begitu juga dengan rukun Iman.
Tegaknya syahadah dalam kehidupan individu akan menegakkan ibadah dan dien dalam
hidup kita. Dengan syahadatain terwujudlah sikap ruhani yang akan memberikan motivasi
kepada tingkah laku jasmaniah dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk melaksanakan
rukun Islam lainnya.

Tegaknya Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam, dan tegaknya rukun Islam
mesti didahului oleh tegaknya syahadah. Rasulullah saw. mengisyaratkan bahwa Islam itu
bagaikan sebuah bangunan. Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5
(lima) tiang pokok yaitu syahadatain, shalat, saum, zakat dan haji ke Baitulllah.

Kalimat syahadah mesti dipahami dengan benar, kerana di dalamnya terdapat makna
yang sangat tinggi. Dengan syahadah maka kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia
ataupun di akhirat. Syahadah sebagai kunci kehidupan dan tiang dari pada dien. Oleh karena
itu, marilah kita bersama memahami syahadatain ini.

1. Madkhol Ila Al-Islam (pintu masuk ke dalam Islam).

Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain. Kesempurnaan iman


seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain. Syahadatain
membedakan manusia kepada muslim dan kafir. Pada dasarnya setiap manusia telah
bersyahadah Rububiyah di alam arwah, tetapi ini saja belum cukup, untuk menjadi muslim
mereka harus bersyahadah Uluhiyah dan syahadah Risalah di dunia.

“Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman,
“Kamu akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah
mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika
mereka mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
kepada mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu
beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari
orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika
mereka mentaatimu dalam hal itu hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan
waspadalah terhadap doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada
dinding pembatas.” (Bukhari Muslim).

Pernyataan Rasulullah saw. tentang misi Laa ilaha illallah dan kewajiban manusia
untuk menerimanya. Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat.
Jika mereka telah melakukan hal itu, terperihalah darah dan harta benda mereka kecuali
dengan haknya sedangkan hisab mereka kepada Allah.” (Bukhari Muslim).

Pentingnya mengerti, memahami dan melaksanakan syahadatain. Manusia berdosa


akibat melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain. “Maka Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tingal.” (Muhammad: 19).

menunjukan bahwa ketidak konsistenan sikap seseorang dengan pernyataan tauhidnya


(Laa Ilaaha Illallah) adalah perbuatan dosa, karena pernyataan tersebut pada hakikatnya
adalah pernyataan ikrar kecintaan, ketaatan dan rasa takut hanya kepada Allah semata, maka
bila seseorang muslim tidak menunaikan shalat, tidak menutup aurat, terlibat dalam
pergaulan bebas antar lawan jenis, hal itu merupakan sikap tidak konsisiten dengan
pernyataan Laa Ilaaha Illallah. Karena dengan sikap seperti itu, cinta, taat, dan rasa takutnya
tidak diarahkan kepada Allah, tetapi kepada hawa nafsunya sendiri.

Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa ilaha illa Allah dan
tidak mau mengesakan Allah. “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri.” (As-Shaffat: 35).

Yang dimaksud menyombongkan diri ketika diperdengarkan kalimat ”Laa Ilaa ha


illallah” tidak semata-mata karena tidak mau mengucapkan atau mendengarkannya, tetapi
yang yang dimaksud adalah substansinya, yaitu hanya taat, takut dan cinta kepada Allah.
Karena itu kesombongan diri dalam ayat ini maksudnya adalah sikap tidak mau taat dan
tunduk kepada perintah Allah, seperti perintah shalat, menutup aurat, menjauhi pergaulan
bebas, berkhalwat dengan yang bukan mahramnya dan sebagainya.

2. Khulashah Ta’alim Islam (Ringkasan Ajaran Islam).

Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahamannya terhadap


syahadatain. Sebab seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat yang sederhana ini. Ada
3 hal prinsip syahadatain :

a. Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada
Allah saja. Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepada-Nya.
b. Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu
dari Muhammad saw. Dan Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Manhaj Allah.
c. Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan
manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.

Makna Laa ilaha illa Allah adalah penghambaan kepada Allah. 21:25, Rasul diutus
dengan membawa ajaran tauhid. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 21).
Manusia diciptakan untuk menghambakan dirinya kepada Allah semata. “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Az-
Dzariyat: 56). “Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan aku.” (AlAnbiya’: 25). Muhammad saw. adalah tauladan
dalam setiap aspek kehidupan. 3:31, aktifitas hidup hendaknya mengikuti ajaran Muhammad
SAW.

Islam adalah satu-satunya syariat yang diridhai Allah. Tidak dapat dicampur dengan
syariat lainnya. “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali Imran; 19).
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85).
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama
itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
Mengetahui.” (Al-Jatsiyah: 18). “Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 163).

3. Asasul Inqilab (dasar-dasar perubahan).

Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan


hidupnya. Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau
masyarakat.

Penggambaran Allah tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi, yang
dahulunya berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islam yang
gemilang. “Dan apakah orang yang sudah mati1 kemudian dia kami hidupkan dan kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-
tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita
yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir
itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 122).

Perubahan individu contohnya terjadi pada Muz’ab bin Umair yang sebelum mengikuti
dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di
kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang da’i, duta
rasul untuk kota Madinah. Kemudian menjadi syuhada Uhud. Saat syahidnya rasulullah
membacakan ayat ini. “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati
apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di
antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).”
(Al-Ahzab: 23). Reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimat tauhid. 85:6-10, reaksi musuh
terhadap keimanan kaum mukminin terhadap Allah 18:2, 8:30, musuh memerangi mereka
yang konsisten dengan pernyataan Tauhid.
4. Haqiqat Dakwah Rasul.

Setiap Rasul semenjak nabi Adam as. hingga nabi besar Muhammad saw. membawa
misi dakwahnya adalah syahadah. Apa yang diwahyukan kepada Rasulullah sama dengan apa
yang diwahyukan kepada nabi-nabi sebelumnya. Allah berfirman, “Sesungguhnya kami telah
memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan
nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim,
Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan kami
berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisa’: 163).

Nabi Ibrahim berdakwah kepada masyarakat untuk membawanya kepada pengabdian


Allah saja serta membebasakan diri dari kesyirikan. “Sesungguhnya telah ada suri teladan
yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka
berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada
apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami
dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya,2 "Sesungguhnya Aku akan
memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu
(siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami
bertawakal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami
kembali." (Al-Mumtahanah: 4).

Para nabi membawa dakwah bahwa ilah yang satu yaitu Allah saja. “Katakanlah:
Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Al-Kahfi: 110).

5. Fadailul A’dhim (ganjaran yang besar)

Banyak ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad saw.
Di antaranya seseorang akan dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan dari neraka seperti
sabda Rasulullah SAW.

Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari Nabi saw. beliau bersabda, “Barangsiapa
mengatakan tiada ilah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah
utusan-Nya dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang
dicampakkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah haq serta neraka itu
haq. Allah akan memasukkannya ke surge, apapun amal perbuatannya.” (Bukhari).

Dari Anas dari Nabi saw. bersabda, “keluar dari neraka orang yang mengucapkan la
ilaha illallah dn di hatinya ada seberat rambut kebaikan. Keluar dari neraka orang yang
mengucapkan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat gandum kebaikan. Dan keluar
dari neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat zarrah
kebaikan.” (Bukhari).
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. ditanya, siapakah orang yang paling berbahagia
dengan syafaatmu di hari Kiamat? Rasulullah saw bersabda, “Aku telah mengira ya Abu
Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang tanya tentang hadits ini yang lebih dahulu
daripada kamu, karena aku melihatmu sangat antusias terhadap hadits. Orang yang paling
bahagia dengan syafaatku di hari Kiamat adalah yang mengatakan la ilaha illallah secara
ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (Bukhari).

Mengetahui PAI Non PNS

Lalu Kardiman

Anda mungkin juga menyukai