Anda di halaman 1dari 30

STRATEGI NASIONAL DAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
TB RESISTAN OBAT DI INDONESIA

dr. Endang Lukitosari, MPH


Direktorat P2PML – Kemenkes RI
OUTLINE
• Latar Belakang
• Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
• Strategi Kegiatan TB RO
• Capaian Kegiatan TB RO
• Tantangan dan Upaya
Latar Belakang
KOMITMEN PRESIDEN INDONESIA DALAM ELIMINASI TB

Pelacakan secara agresif; Layanan diagnostik


maupun pengobatan TBC harus terus tetap
TB dalam RAPBN berlangsung; Upaya lintas sektor
Kasus Covid-19 berdasarkan Penyakit Penyerta
(Kondisi 31 Juli 2020)
Strategi Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis
TB MDR dan XDR
Ancaman dalam Antimikroba Resistan

TB Resistan salah satu atau lebih OAT

TB RESISTAN OBAT
Resistan terhadap INH dan Rifampisin

MDR
MDR + Resistan terhadap OAT Lini-2
(Quinolon dan Injeksi lini-2)
XDR
*Often resistant to additional drugs
**Resistant to any fluoroquinolone and at least one of three injectable second-line drugs (i.e., amikacin, kanamycin, or capreomycin
Strategi Nasional Penanggulangan TB, beberapa inisiatif
terbaru
1. Manajemen Infeksi Laten TB: memperluas penggunaan TPT jangka
pendek pada kontak serumah
2. Penemuan kasus secara intensif pada kelompok geriatrik dan diabetic
3. Penemuan kasus secara aktif pada populasi dengan perkiraan insiden
1%, misalnya Warga Binaan Pemasyarakatan, wilayah padat penduduk,
asrama, pondok pesantren
4. Perluasan penggunaan TCM untuk diagnosis TB
5. Penggunaan paduan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan
kepatuhan pengobatan
6. Pemberian enabler pada semua pasien TB RO dan pemberian insentif
berbasis kinerja kepada petugas Kesehatan dan komunitas pendukung
pasien
7. Menghubungkan Sistem Informasi TB dengan sistem pengolahan data
laboratorium, logistik, dan indikator kinerja utama dengan sistem
informasi Kesehatan nasional
8. Dukungan hukum terhadap diskriminasi dan stigmatisasi pasien TB
Strategi Kegiatan TB RO
Strategi Utama kegiatan TB RO
1. Mempercepat usaha penyediaan akses universal untuk
layanan diagnosis dan pengobatan TB RO yang
berkualitas Intervensi TB RO
2. Meningkatkan manajemen program TB RO, monev
3. Memastikan semua kasus TB RO terkonfirmasi P2TB bertujuan untuk menyediakan setidaknya
memulai pengobatan segera setelah terdiagnosis 1 fasyankes TBC RO di setiap kabupaten/kota
4. Pemberian layanan berpusat pasien (patient-centered pada akhir tahun 2024
services) untuk semua pasien, termasuk pengobatan
ramah pasien dan dukungan psikososial untuk 2020 : 100% seluruh RS dalam KMK memulai
menjamin kepatuhan dan keberlangsungan
pengobatan layanan TB RO
2024 : Minimal 1 RS TB RO per 1 Kab/Kota 
5. Memperkuat keterlibatan komunitas pada saat
diagnosis/sebelum pengobatan tambahan 189 layanan
6. Meningkatkan kualitas manajemen klinis dan program
TB RO di tingkat fasyankes dan kab/kota, didukung
dengan mentoring dan asistansi dari tingkat provinsi
dan nasional
7. Introduksi paduan pengobatan all oral
8. Memperkuatkan kepemilikan dan leaderships program
TB RO di setiap tingkat
INDIKATOR UTAMA TB RESISTAN OBAT

Sumber: Strategi Nasional Pengendalian Program TB 2020-2024


Akselerasi KEGIATAN TB RO TAHUN 2020
Masalah Utama Tujuan Akselerasi
1. Angka memulai pengobatan yang masih rendah
(hanya ~50% pasien TB RR terdiagnosis yang Meningkatkan cakupan pengobatan TB RO
memulai pengobatan TB RO)
dari 19% pada tahun 2018 menjadi 42%
2. Angka keberhasilan pengobatan yang rendah (~42% pada tahun 2020.
pasien TB RO yang diobati berhasil sembuh dan
menyelesaikan pengobatan) 24,000 24,000

3. Angka penemuan dan notifikasi kasus TB RO yang


belum mencapai target (tahun 2018, 9180 kasus TB
RO dilaporkan dari target 24,000 kasus TB RO = 42%
4476/24,000 19% 10,168/24,000
~42%)

TUJUAN KHUSUS AKSELERASI TB RO


Pasien TB RO Menurunkan gap
terdiagnosis Angka
70% memulai 75% keberhasilan 40% notifikasi penemuan
pengobatan pengobatan dari 62%  40%

Objective 1 Objective 2 Objective 3


Layanan Berpusat Pasien
Output yang diharapkan:

PRINSIP - Pasien mengakses layanan TCM/TB RO dengan mudah


- Pasien memulai pengobatan <1 minggu setelah diagnosis
- Pasien patuh berobat

AKSELERASI
- Pasien dan keluarga mendapatkan proteksi finansial
- Pasien dan keluarga mendapatkan dukungan psikososial,
konseling, dan edukasi kesehatan

Kualitas Program & Layanan TB RO


Output yang diharapkan: Pemanfaatan teknologi (digital health)
- Notifikasi TB RO sesuai estimasi - Peningkatan notifikasi TB RO
- Angka keberhasilan pengobatan meningkat - Komunikasi hasil laboratorium segera
- Angka kematian, kegagalan pengobatan - Peningkatan laporan efek samping obat
dan putus berobat menurun - Pemberian enablers melalui e-money
- Diagnosis segera semua kasus TB RO - Koordinasi antar fasyankes-komunitas dalam
- Manajemen logistik yang baik pemantauan pasien
- Jejaring layanan yang optimal - Mentoring dan pelatihan jarak jauh (via
- Tersedianya upaya pencegahan telekonferensi)
- PPI yang baik di fasyankes - Pengawasan menelan obat (video observed)
Intervensi Kegiatan yang akan dilaksanakan
1. Mengatasi masalah • Pertemuan advokasi dengan manajemen RS yang belum mulai layanan TB RO Ö
terkait fasyankes • Mentoring klinis dari tim nasional/provinsi Ö
dan mempercepat • Renovasi layanan TB RO (RS ataupun Puskesmas) Ö
ekspansi layanan • Pelibatan Pemda/Dinkes untuk mempercepat ekspansi layanan TB RO Ö
pengobatan TB RO • Kunjungan belajar ke RS TB RO yang sudah mulai layanan Ö
• Pelatihan MTPTRO untuk nakes Ö
• Pembuatan sistem pelatihan berbasis daring
2. Penyediaan layanan • Pelatihan konseling edukasi motivasi untuk nakes/konselor Ö
berpusat pasien dan • Penyediaan shelter untuk pasien luar kota/kabupaten Ö
mengatasi masalah • Penyediaan layanan ‘one stop service’ untuk TB RO Ö
terkait akses pasien • Implementasi PMO lebih ramah pasien: community-based, home-based, video-
TB RO observed treatment (VOT) Ö

Kegiatan •


Kolaborasi lintas sektoral untuk TB RO Ö
Pembuatan SOP rujukan pasien TB RO dari fasyankes TCM ke layanan TB RO Ö
Penggunaan NIK untuk registrasi pasien Ö

Objektif 1 : •


Penguatan pencatatan informasi kontak pasien Ö
Pengadaan dan instalasi GxAlert untuk 200 mesin
Pencetakan dan distribusi buku saku pasien pasien
70% pasien •

Revisi SOP pemberian enablers di awal untuk pasien TB RO
Pilot menggunaan e-money (GoPAY, OVO) untuk enablers
terdiagnosis memulai 3. Penguatan


Pembuatan materi KIE digital untuk TB RO
Pelatihan konseling edukasi motivasi untuk komunitas Ö

pengobatan keterlibatan
komunitas pada


Revisi SOP model manajemen kasus TB RO oleh komunitas
Penambahan jumlah komunitas (CSOs/peer) untuk TB RO
tahap sebelum • Penyediaan masker N95 untuk komunitas
inisiasi pengobatan • Introduksi pembayaran insentif berbasis kinerja untuk komunitas
4. Peningkatan • Membuat mekanisme pelaporan dari faskes TCM dan TB RO ke Dinkes Prov/KK Ö
  manajemen program • Supervisi rutin (benchmarking) dari Dinkes ke fasyankes TB RO Ö
• Pelaksaanaan MICA rutin (setiap bulan) di semua kabupaten/kota Ö
Kegiatan di level provinsi/distrik diberi • Penambahan 1 TO untuk setiap 5 kab/kota Ö
tanda centang () • Menjamin pelaporan hasil lab (kultur, DST, LPA) ke eTB manager tepat waktu Ö
• Validasi data pemeriksaan TCM untuk mengurangi hitungan ganda Ö
• Implementasi SITB Ö
• Penyediaan OAT lini kedua
• Pengadaaan kit LPA lini kedua
Capaian kegiatan TB Resistan Obat
Situasi TB Resistan Obat INDONESIA

• Pada tahun 2019, Perkiraan kasus TB RO di


Indonesia 24.000 per tahun
• 8,8/100.000 penduduk
• 2,4% dari seluruh pasien TB baru dan
• 13% dari pasien TB yang pernah diobati
• 11.500 (47,9%) pasien TB RR ditemukan dan
dilaporkan
• Hanya 48% pasien TB RR yang ditemukan
memulai pengobatan
• Angka keberhasilan pengobatan 45%
Data TB RO Nasional (TW 1 – 3 Tahun 2020)
12000 1200

10000 1000

8000 800

6000 600

4000 400

2000 200

0 0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Terkonfirmasi TB RO Inisiasi pengobatan Jumlah faskes TB RO Jumlah mesin TCM


PROGRESS AKSELERASI TB RO

Objective 1 :
Pasien terdiagnosis
RO memulai 2018 : 49% Target 2020 :
2019 : 48%
pengobatan 70%

Objective 2 :
Angka
keberhasilan Target 2018 :
2016 : 49% 2017 : 45%
pengobatan 75%

Objective 3 :
Gap Notifikasi
2018 : 62% Target 2020 :
penemuan TB RO 2019 : 52%
40%
PROGRESS LAYANAN TB RO DI INDONESIA

• KMK 350 / 2017 : Penetapan 360 RS dan Balkes di seluruh Indonesia untuk
menyediakan layanan TB RO yang berkualitas

• Pada November 2020, jumlah fasyankes dalam KMK 350/2017 yang sudah aktif
sebanyak 67% (242 dari 360)

• Terdapat 44 Fasyankes di luar KMK 350/2017 yang aktif menatalaksana pasien TB RO

• Total seluruh fasyankes TB RO di Indonesia per November 2020 yaitu 286 fasyankes
 Perlu upaya bersama dari seluruh pihak untuk mendorong tersedianya layanan TB RO di
seluruh Indonesia, baik yang tercantum dalam KMK 350/2017 ataupun tidak.
Peta Seluruh Layanan TB RO
Yang sudah beroperasional: 286 RS/Balkes (per November 2020)
Aceh : 13
RS Kaltara : 4
RS Sulteng : 6
Riau : 11 Gorontalo : 6
Kalbar : 6 RS
RS Kaltim : 9 RS
RS RS
Kepri : 4 RS Sulut : 4 RS

Malut : 6
RS Papua Barat : 8
Sumut : 29 RS
RS
Papua :
Babel : 8 RS 10RS
Sumbar : 4
RS

Jambi : 1 RS
DKI : 15 Kalteng : 8 RS
RS
Bengkulu : 6 Jateng : 22 Kalsel : 8
RS RS RS
Sumsel : 18 RS
Sulsel : 6
Lampung : 3 Sulbar : 2
RS
RS RS

Maluku : 7
Jabar : 8
RS
Banten : 3 RS Sultra : 3
RS DIY : 2 Jatim : 12 Bali : 10 NTT : 18 RS
RS NTB : 6
RS RS RS
RS
Layanan TB RO di Indonesia
per November 2020

242
(Masuk KMK 350/2017)
Aktif 44
Layanan TB (Di Luar KMK
RO 350/2017)
Belum 117 Sejak pertemuan 12 Nov 2020
terdapat 4 Rumah Sakit memulai

Aktif (Masuk KMK 350/2017)


layanan TB RO yaitu :

1. RSUD Taman Sari


2. RSUD Budi Asih
3. RSUD Palembang Bari
4. RSUD Ibnu Sutowo Baturaja

22
Tindak Lanjut
• Sebelumnya sudah dilakukan Pertemuan Koordinasi Kesiapan 121 Fasyankes
Penyedia Layanan TB RO, Tanggal 12 November 2020 yang dihadiri seluruh
Rumah Sakit
• Permasalahan Umum :
• Tim Pelaksana (DOTS) belum dilatih TB RO,
• Ruangan untuk poli dan ranap belum tersedia,
• Petugas belum tersosialisasi form pencatatan pelaporan dengan SITB,
• Belum tersosialisasi alur logistic, dsb
 Maka dilakukan Workshop Penyegaran bagi 117 RS TB RO yang belum
memulai
• Sejak pertemuan 12 Nov 2020 terdapat 4 Rumah Sakit memulai layanan TB RO
yaitu :
1. RSUD Taman Sari
2. RSUD Budi Asih
3. RSUD Palembang Bari
4. RSUD Ibnu Sutowo Baturaja
UPDATE PADUAN PENGOBATAN TB RO

• Strategi nasional pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO) di Indonesia


mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini di bidang kesehatan. Langkah ini
dimaksudkan untuk meningkatkan angka keberhasilan pengobatan.
• Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah melakukan kajian rekomendasi
yang dikeluarkan oleh WHO tahun 2019 tentang penggunaan paduan pengobatan TB
RO tanpa injeksi, baik untuk paduan pengobatan jangka pendek maupun untuk paduan
pengobatan jangka panjang. Hasil kajian menunjukkan bahwa rekomendasi tersebut
dinilai layak untuk diterapkan terhadap pengobatan pasien TB RO di Indonesia.
• Surat edaran ini dimaksudkan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan
kesehatan, pemerintah, dan pemangku kepentingan terkait pengobatan pasien TB RO.
S U R AT E D A R A N D I R JE N P2 P
N O M O R : H K .0 1 . 0 2 /I I I / 9 7 53 / 2 0 20
T E N TA N G PA D U A N P E N G O B ATA N PA S I E N T B R E S I S TA N O B AT D I I N D O N E S I A
Rekap Hasil Penilaian kesiapan calon
Fasyankes TB RO
Penilaian kesiapan fasyankes penyedia layanan TB RO

Aspek-Aspek Penilaian Kesiapan Fasyankes Penyedia Layanan TB RO


Penilaian dilakukan melaluai 70%

google form terdapat 5


aspek yang dinilai: 60%
57% 58%
60%

• Kesispan internal 50%

• Kesiapan Eksternal 41%


40%

• Kesiapan petugas
• Pencatatan dan pelaporan
30%

serta logistic 20%

• Tantangan dan solusi 10%

74 (61%) RS telah mengisis 0%


google form %

Kesipaan Interal Kesiapan eksternal kesiapan petugas pencatatn, pelaporan dan logistik
Tantangan dan solusi kesiapan fasyankes penyedia layanan TB RO

Tantangan SOLUSI
• Koordinasi dengan Dinkes • Melengkapi SOP
• Melengkapi alur pelayanan
• Belum ada koordinasi • Mengadakan rapat internal dan eksternal dg pihak terkait
internal antar spesialis lain tatalakasana,
dan manajemen masih • Adanya Dukungan Penuh Dari Direktur baik dari Sarana dan
Prasarana yang dibutuhkan
berfokus pada pandemi covid
• Segera melakukan pelatihan-pelatihan yang update tentang TB
• Keterbatasan SDM • Menyiapkan SDM
• Belum terdapat Nakes yang • Mengusulkan pembiayaan terkait ruangan
Terlatih • Ada bantuan dana unt renovasi ranap dan rajal unt pasien TB RO
• Adanya dokter spesialis terkait terutama dokter paru dan dokter
• Kesiapan sarana dan kejiawaan, minimal ada dokter tamu khusus menangani TB RO
prasarana • Penatalaksanaan efek samping obat blm lengkap terutama yg
mengalami gangguan pendengaran (audiometri blm ada)
• Dukungan langsung dari Dinas Kesehatan untuk mensosialisasikan
rencana untuk membuka layanan TB RO di rumah sakit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai