Anda di halaman 1dari 47

GAMBARAN SELF CARE PENDERITA

DIABETES MELITUS (DM) DI


WILAYAH SUMATERA UTARA 
TAHUN 2020
Pembimbing : Dr.dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc, CM-FM, M.Pd.Ked
Oleh: Muhammad Ridhansyah Pohan (190131111)
Novri Angelina Tambunan (190131127)
Nurhari Setyoprawiro (190131130)
Prilly Tri Tania (190131138)
Rahel Imelda Panggabean (190131143)
MON

TUE
Bab 01
WED

THU
Pendahuluan
FRI
Latar Belakang
● Diabetes melitus atau orang awam biasa menyebutnya kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit
MON metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa di dalam tubuh (American Diabetes Association,
2017).
TUE ● Menurut World Health Organization (2016) Diabetes melitus saat ini menjadi salah satu masalah kesehatan
yang perlu mendapat perhatian dunia, meskipun bukan tergolong dalam penyakit menular. Penyakit diabetes
melitus menjadi penyebab utama ketujuh kematian pada tahun 2016.
WED

THU

FRI
Latar Belakang
Indonesia berada pada peringkat ke tujuh
penderita diabetes terbanyak di dunia dengan
jumlah sekitar 10,3 juta orang

Hasil Riset Kesehatan Dasar


(2018) memperlihatkan
peningkatan angka
prevalensi diabetes yang
cukup signifikan, yaitu dari
6,9% di tahun 2013 menjadi
8,5% di tahun 2018,
sehingga estimasi jumlah
penderita di Indonesia
mencapai lebih dari 16 juta
orang
INDONESIA
Latar Belakang
● Diabetes melitus dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan penderitanya dan dapat mengancam jiwa
apabila tidak segera ditangani dan dilakukan pengontrolan yang tepat. Berbagai masalah tersebut dapat
diminimalkan jika pasien memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk melakukan pengelolaan
terhadap penyakitnya yaitu dengan cara melakukan self care
● self care merupakan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan,
meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, mengatasi kecacatan dengan atau tanpa
dukungan penyedia layanan kesehatan.
● Peran individu serta keluarga sangat penting untuk mendukung penderita diabetes melakukan perawatan
diri (self care), karena self care memiliki tujuan untuk menjaga kadar glukosa dalam darah mendekati
normal (Kusniawati, 2011). 
MON
Rumusan Masalah
TUE ● Bagaimanakah gambaran Self care penderita Diabetes Melitus
di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2020?
WED

THU

FRI
Manfaat Penelitian

 Bidang Penelitian

Tujuan Penelitian Informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat


memberikan pemahaman Self care penderita Diabetes
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Melitus pada tahun 2020 dan menjadi referensi dan
karakteristik penderita DM di Sumatera Utara tolak ukur untuk penelitian-penelitian yang akan
dan gambaran Self care penderita Diabetes datang.
Melitus di wilayah Sumatera Utara tahun 2020.
 Bidang Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber data


yang valid sebagai dasar untuk mengukur Self care di
antara wilayah Sumatera Utara mengenai Diabetes
Melitus pada tahun 2020.
MON

TUE
Bab 02
WED

THU
Tinjauan Pustaka
FRI
Diabetes
Melitus
(DM)
Definisi
● DM merupakan penyakit gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah
MON (hiperglikemia) disebabkan karena tidak seimbangnya antara suplai dan kebutuhan insulin.

TUE

WED

THU

FRI
Epidemiologi

Jumlah penderita DM di
seluruh dunia mencapai 422
juta penderita pada tahun Satu dari sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7
2014.
juta kematian disebabkan oleh DM maupun komplikasi dari
DM (WHO, 2016)
Epidemiologi
Indonesia pada tahun 2013 berada diperingkat ke7 penderita DM
terbanyak di dunia dengan jumlah penderita 7,6 juta

(Perkeni, 2015). 

Penderita DM di
Indonesia berdasarkan
data dari IDF pada
tahun 2014 berjumlah
9,1 juta atau 5,7 %
dari total penduduk.

INDONESIA
Etiologi

DM Tipe 1 G
en
eti
k
I
mun
ologi
Li
ngkun
U gan
s
i
a
Etiologi
Diabetes tipe II terjadi ketika sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin sebagaimana mestinya sehingga insulin
menjadi resisten. Faktor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya resistensi insulin antara lain : 

a) Usia, resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun. 


b) Obesitas
c) Hipertensi 
d) Riwayat keluarga 
e) Gaya hidup (merokok, kurang olahraga, stres dan kurang istirahat).
Klasifikasi

DM Tipe 1 DM Tipe 2

DM Gestasional
Patofisiologi
Gejala Klinis

Poliuria Polidipsia Polifagia

Penurunan BB
Diagnosis
Pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke dalam Hasil kelompok
prediabetes yang meliputi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT),
(Macgilchrist C, 2019).

1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) 


Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam <
140 mg/dl 
2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 
Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140- 199 mg/dl dan glukosa plasma puasa < 100
mg/dl 
3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT 
4. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1C yang menunjukkan angka
5,7-6,4%, (Melisa, 2019)
Tatalaksana Farmakologis
Golongan Sulfonilurea

Golongan Biguanad/Metformin

Insulin
Tatalaksana Non-Farmakologis
● Mengikuti pola makan sehat (diet)
● Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur
● Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan   teratur. 
● Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobata, (Munali, 2019).
Komplikasi

Komplikasi Akut Komplikasi Kronis

Hipoglikemia Makrovaskular

Hiperglikemia Mikrovaskular
Self Care
Definisi
Menurut WHO (2009), self care (perawatan diri) adalah kemampuan individu,
keluarga, dan komunitas untuk meningkatkan kesehatan/promosi kesehatan,
mencegah penyakit, dan menjaga kesehatan dan menangani penyakit dan disabilitas
dengan atau tanpa bantuan penyedia layanan kesehatan (Webber et al., 2013)

Ruang lingkup dari self care meliputi promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengontrolan penyakit, pengobatan sendiri, perawatan reaktif dan penyembuhan
(menunjuk spesialis dan institusi untuk perawatan, dan rehabilitasi termasuk
perawatan paliatif) (WHO, 2009)
Definisi
1. Pelatihan self-care dapat meliputi beberapa bidang dari self-care dan perilaku spesifik antara lain (Webber et
al., 2013) :
2. Gerakan kesehatan termasuk kemampuan individu untuk mendapatkan, memproses dan mengerti informasi
kesehatan dasar dan pelayanan dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang sesuai.
3.  Kewaspadaan diri terhadap kondisi fisik dan mental meliputi mengetahui indeks massa tubuh sendiri, level
kolesterol, tekanan darah, screening kesehatan.
4. Aktivitas fisik meliputi aktivitas fisik intensitas moderat seperti berjalan, bersepeda, atau berenang.
5. Aktivitas fisik meliputi aktivitas fisik intensitas moderat seperti berjalan, bersepeda, atau berenang.
6. Partisipasi dalam olahraga yang diinginkan secara teratur.
7.  Makan makanan sehat meliputi diet yang bernutrisi dan seimbang dengan asupan kalori yang sesuai.
8. Menghindari perilaku beresiko seperti berhenti merokok, membatasi penggunaan alkohol, melakukan
vaksinasi, melakukan hubungan seksual yang aman, menggunakan tabir surya.
9. Higienitas yang baik meliputi mencuci tangan teratur, menggosok gigi dan mencuci makanan sebelum
dikonsumsi.
10. Penggunaan produk, servis, diagnostik, dan obat-obatan yang rasional dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan bahayanya dan digunakan sesuai kebutuhan
Program Self Care pada Pasien Diabetes
American Association of Diabetes Educators (AADE) mengeluarkan AADE7 Self-
Care Behaviors sebagai kerangka edukasi manajemen pasien diabetes secara
terpusat dan juga pelayanannya. Perilaku penting self-care untuk keberhasilan dan
efektivitas manajemen diri diabetes ada tujuh yaitu (AADE, 2014):

1. Pola makanan yang sehat


2. Meningkatkan kegiatan jasmani
3. Memantau kadar gula darah
4. Mengonsumsi obat sesuai aturan
5. Keterampilan mengatasi masalah
6. Berperilaku sehat
7. Menurunkan resiko.
Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku self
care pasien Diabetes
Lama
Jenis Tingkat Aspek
Usia Pendidikan
Menderita
Emosional
Motivasi
Kelamin Diabetes

Dukungan Sosial Komunikasi Pengetah


Dokter Pasien uan
Sosial Ekonomi
Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku self
care pasien Diabetes
• Efikasi (Self Efficacy)

• Pembiyaan Kesehatan
Kerangka Konsep Penelitian
Kesehatan Psikologis
Pengetahuan
Fisik Hubungan
Sikap Sosial
Motivasi Kualitas Lingkungan

Efikasi diri Hidup

Komunikasi Perilaku Kontrol


Dokter Self Metabolik
Pembiyaa
Pasien Care
n
HbA1C
Dukungan
Kesehata Kontrol
Sosial
n Lipid KGD

Total Kolesterol
Keterangan:
Variabel laten Trigliserida
  HDL
Variabel Indikator LDL
 
Pengaruh
Dibentuk
MON

TUE
Bab 03
WED

THU
Metode Penelitian
FRI
Jenis Penelitian
• Survei deskriptif

Waktu Penelitian
Waktu penelitian dan pengambilan data dilakukan pada Juli
2020. Pengelolahan data direncanakan pada bulan September
2021.

Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah penderita DM yang berada
di wilayah Sumatera Utara dengan jumlah 547 orang.
Sampel Penelitian
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria yang layak untuk diteliti. Kriteria ini
menggambarkan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang akan diteliti. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Penderita DM yang telah terdiagnosa minimal 3 bulan
2) Dapat berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang tidak layak untuk diteliti atau kriteria yang
menghilangkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab. Pada
penelitian ini tidak terdapat kriteria eksklusi khusus yang ditetapkan peneliti.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah berasal dari data
sekunder dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang
dikumpulkan dengan memberikan kuesioner berupa self-care kepada
masyarakat yang menderita diabetes.
Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Indikator / Cara Ukur Skala
Alat Ukur Ukur
Perilaku Tingkah laku seorang Dimensi perilaku self Wawancara Interval
Self Care pasien dalam merawat care yang hasil  
  dirinya agar dapat dikembangkan pengisian  
  mengontrol penyakit adalah berasal dari kuesioner  
  diabetes yang dideritanya faktor    
  serta mencegah predisposisi(pengeta-    
  komplikasi yang meliputi huan, sikap,    
  pengaturan makan, olah motivasi, efikasi    
  raga dan makan obat. diri), faktor    
    pemungkin    
    (komunikasi dan    
    pembiyaan) dan    
    faktor penguat    
    (dukungan sosial)    

Kualitas Kondisi fisik, mental dan Dimensi kualitas Wawancara Interval


Hidup emosional pasien diabetes hidup adalah estimasi hasil  
  tipe 2 yang berhubungan derajat kesejahteraan pengisian  
  dengan penyakit yang yang berhubungan kuesioner  
  dideritanya sekarang ini. dengan status    
    kesehatan seseorang.    
    Meliputi dimensi    
    kesehatan fisik,    
    dimensi psikologis,    
    dimensi hubungan    
    sosial, dimensi    
    lingkungan    
Variabel dan Defenisi Operasional
Kadar Kadar /jumlah glukosa Alat yang digunakan: Pengambilan Rasio
HbA1C yang berikatan dengan Premier Hb 9210, darah vena  
  Hemoglobin di dalam sel Metode Pemeriksaan dan langsung  
  darah merah pasien dengan diperiksa di  
  penderita DM Tipe 2 pada menggunakan laboratorium  
  saat dilakukan Metode afinitas    
  pemeriksaan Doronat + Metode    
    Modifikasi HPLC    
KGD Jumlah gula atau kadar Alat yang digunakan: Pengambilan Rasio
  gula yang beredar di Pentra 400, Metode darah vena  
  dalam darah pasien pemeriksaan dengan dan langsung  
  penderita DM Tipe 2 pada Spectrophotometer diperiksa di  
  saat dilakukan Colorimeter + Full laboratorium  
  pemeriksaan Automatic Method    
Profil Kadar/jumlah lemak Alat yang digunakan: Pengambilan Rasio
Lemak yang berada dalam aliran Pentra 400, Metode darah vena  
  darah, meliputi kadar pemeriksaan dengan dan langsung  
  Cholesterol, HDL, LDL Spectrophotometer diperiksa di  
  dan Total Cholesterol Colorimeter + Full laboratorium  
METODE ANALISIS DATA
● Pada penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
● Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
● Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
○ Editing
○ Coding
○ Entry
○ Cleaning data
○ Saving
○ Analisis data.
MON

TUE
Bab 04
WED

THU
Hasil dan Pembahasan
FRI
Deskripsi Lokasi Penelitian
● Penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara. Sumatera Utara (disingkat Sumut) adalah
sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Utara Pulau Sumatera.
● Penduduk Sumatera Utara terdiri dari berbagai etnis antara lain Melayu, Batak Toba, Batak
Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun, Jawa, Banten, Minang, Aceh, China dan India
dengan pemeluk agama mayoritas Islam dan yang mempunyai kesadaran politik dan
keamanan yang cukup tinggi, sehingga mendukung kondisi keamanan yang
sangat kondusif.
Karakteristik Responden Penelitian
● Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe 2 di Sumatera Utara, penentuan
sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sehingga dapat dikumpulkan sampel
sebanyak 547 orang. Untuk data karakteristik yang responden pada penelitian ini meliputi
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status pernikan dan suku bangsa. untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel
Karakterisktik Responden Penelitian
Karakteristik Frekuensi (orang) Persentase (%)
Jenis Kelamin    
Laki-laki 86 41,7
Perempuan 120 58,3
Tingkat Pendidikan    
SD 19 9,2
SLTP 34 16,5
SLTA 105 51
DIPLOMA 48 23,2
Usia    
Dewasa Awal (26-35 tahun) 5 2,4
Dewasa akhir (36-45tahun) 9 4,4
Lansia awal (46-55 tahun) 145 70,4
Lansia akhir (56-65 tahun) 205 99,5
Pekerjaan    
Tidak bekerja/IRT 86 41,7
Swasta 20 9,7
Buruh 52 25,2
PNS/TNI/POLRI 26 12,6
Lain-lain 22 10,7
Karakterisktik Responden Penelitian

Status Perkawinan    
Menikah 182 88,3
Belum Menikah 3 1,5
Janda/Duda 21 10,2
Suku 51 44,4
Batak 130 63,1
Mandailing 11 5,3
Jawa 47 22,8
Melayu 5 2,4
Aceh 1 0,5
Lain-Lain 12 5,8
Jumlah 206 100
Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Tabel diketahui jenis kelamin pasien diabetes mayoritas adalah perempuan dengan proporsi 58,3%.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Amelia Rina, 2020) bahwa jenis kelamin pasien diabetes
mayoritas perempuan dengan proporsi 73,9%. Berdasarkan tingkat pendidikan, paling banyak tingkat pendidikan
pasien diabetes adalah SLTA dengan proporsi 51%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri
linda, 2017) bahwa tingkat pendidikan pasien diabetes mayoritas SLTA dengan proporsi 32,6%. Berdasarkan usia
pasien diabetes mayoritas adalah usia akhir (56-65 tahun) dengan proporsi 99,5%. %. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Amelia Rina, 2020) usia pasien diabetes mayoritas usia akhir (56-65 tahun)
dengan proporsi 55,7%. Berdasarkan pekerjaan maka melalui survei diketahui bahwa pasien penyakit DM Tipe 2
didominasi oleh pesien yang tidak bekerja/IRT sebanyak 41,7%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Istiawanti Hari, 2018) bahwa Mayoritas responden pasien DM tidak bekerja dengan proporsi
(43,5%). Mayoritas responden menikah dengan proporsi 88,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Sidabutar Sari Artia, 2016) pasien diabetes mayoritas menikah dengan proporsi 86,6%. Kemudian
mayoritas pasien merupakan penduduk bersuku batak dengan proporsi 63,1%. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Sidabutar Sari Artia, 2016) suku pasien diabetes mayoritas suku batak dengan proporsi
86,6%.
Karakteristik Self care dan Dimensi Pembentuk Self care Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Sumatera Utara

Dimensi Baik Kurang


Perilaku Self care n % n %
Pengetahuan 165 80,1 41 19,9
Sikap 118 57,3 88 42,7
Komunikasi 198 96,1 8 3,9
Pembiayaan 156 75,7 50 24,3
Dukungan Keluarga 188 91,3 18 8,7
Motivasi 184 89,3 22 10,7
Efikasi Diri 146 70,9 60 29,1
Karakteristik Self care dan Dimensi Pembentuk Self care Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Sumatera Utara

Hasil Tabel 4.2 menunjukkan dimensi self care yang paling baik adalah dimensi komunikasi
pasien dalam berobat (96,1%), sedangkan dimensi yang kecil adalah sikap (57,3 %). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Amelia Rina, 2020) bahwa dimensi perilaku self
care pasien diabetes pengetahuan, sikap, komunikasi, pembiayaan, dukungan keluarga, motivasi
mayoritas baik. Namun dimensi motivasi pada penelitian sebelumnya merupakan yang paling
baik sedangkan pada penelitian ini yang paling baik adalah dimensi komunikasi, hal ini
dikarenakan responden pada penelitian ini terdapat perbedaan tempat kontrol di fasilitas
pelayanan kesehatan dan perbedaan lokasi penelitian.
MON

TUE
Bab 05
WED

THU
Kesimpulan dan Saran
FRI
Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, didapati kesimpulan bahwa :
● Karakteristik penderita DM di Sumatera Utara mayoritas berjenis kelamin wanita, tingkat
pendidikan SLTA, usia Lansia akhir (56-65 tahun), pekerjaan tidak bekerja/IRT, menikah,
dan suku batak.
● Gambaran Self care penderita Diabetes Melitus di wilayah Sumatera Utara tahun 2020
berdasarkan indikator pembentuknya yaitu pengetahuan, sikap, komunikasi, dukungan
keluarga, pembiayaan, motivasi dan efikasi diri adalah baik.
Saran
● Hasil penelitian ini menjadi masukan kepada setiap pelayanan primer untuk meningkatkan
aspek-aspek yang dapat meningkatkan perilaku self care.

● Model perilaku self care dapat digunakan di pelayanan primer untuk perbaikan pelayanan
pasien diabetes untuk Sumatera Utara dan mungkin juga bisa digunakan di kota lain di
Indonesia.

● Kepada Pelayanan kesehatan di Sumatera Utara untuk meningkatkan program edukasi


kepada pasien diabetes dan meningkatkan keterlibatan keluarga sehingga perilaku yang
sudah baik dapat dipertahankan.
Terima
MON

TUE

WED

Kasih
THU

FRI

Anda mungkin juga menyukai