Menurut The National Institute of Neurological and Communicative Disorders and Stroke
(NINCDS)
A. Gejala utama
1) Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan atau tanpa
disertai ataksia
2) Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general
B. Gejala tambahan
1) Progresivitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4 minggu.
2) Biasanya simetris
3) Adanya gejala sensoris yang ringan
4) Gejala saraf kranial, 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral.
5) Disfungsi saraf otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dan gejala vasomotor.
6) Tidak disertai demam saat onset gejala neurologis
7) Pemulihan dimulai antara minggu ke 2 sampai ke 4 setelah progresivitas berhenti. Penyembuhan
umumnya fungsionil dapat kembali
C. Pemeriksaan CSS
1) Peningkatan protein
2) Sel MN < 10 /μl
D. Pemeriksaan elektrodiagnostik
1) Terlihat adanya perlambatan atau blok pada konduksi impuls saraf
E. Gejala yang menyingkirkan diagnosis
1) Kelemahan yang sifatnya asimetri
2) Disfungsi vesika urinaria yang sifatnya persisten
3) Sel PMN atau MN di dalam CSS > 50/ul
4) Gejala sensoris yang nyata
3. Jelaskan Klasifikasi GBS?
Klasifikasi GBS
Laboratorium:
• Antibodi anti Campylobacter jejuni, antibodi antiGMl, antiGDla
(belum dapat dilakukan di Indonesia).
• Analisis cairan serebrospinal: sesuai dengan kriteria AIDP
• Elektrodiagnosis sesuai dengan kriteria GBS pada pemeriksaan
penunjang
Neuropati Aksonal Motorik-Sensorik Akut
(AMSAN)
Gambaran klinis:
1. Kelemahan progresif cepat
2. Arefleksia
3. Hilangnya sensorik distal
Laboratorium:
• antibodi antiGMl, GMlb, GDla (belum dapat dilakukan di Indonesia)
• Analisis cairan serebrospinal: sesuai dengan kriteria AIDP
• Elektrodiagnosis sesuai dengan kriteria GBS pada Bab pemeriksaan
penunjang
VARIAN GBS
Varian Faringeal-Servikai-Brakial
• Gambaran klinis: kelemahan pada otot faring, leher atau ekstremitas atas pada
awal onset yang kemudian dapat meluas ke ekstremitas bawah. Sering
ditemukan Ptosis
• Analisis cairan serebrospinal: dapat ditemukan disosiasi sitoalbumin
• Elektrodiagnosis: Pemeriksaan konduksi saraf menunjukkan gambaran
demielinisasi dan aksonal pada ekstremitas atas. Blink reflex dapat
menunjukkan gambaran demielinisasi
• Laboratorium: antibodi AntiGTla, GQlb, GDla.
Varian Neuropati Kranial Multipel
• Gambaran klinis: paresis nervus kranial multi pel (nervus IX, X, XI, VII, Ill,
IV, VI) dapat bilateral atau simetris yang kemudian dapat diikuti dengan
gejala sensorik dan kelemahan motorik. Umumnya disertai arefleksia atau
hiporeflexsia.
• Analisis cairan serebrospinal: Disosiasi Sitoalbumin
• Elektrodiagnosis: pemeriksaan konduksi saraf dapat menunjukkan
abnormalitas pada SNAP, CMAP, dan gelombang F
Pandisotonomia Akut
• Gambaran klinis: gangguan otonom dapat berupa nyeri abdomen, muntah,
konstipasi, diare, tanda atau gejala gastroparesis atau ileus, kepala terasa ringan,
hipotensi, hipertensi, takikardia, bradikardia, gangguan miksi, gangguan
fungsi ereksi, akrosianosis, gangguan lakrimasi, gangguan salivasi, gangguan
produksi keringat, dapat disertai gangguan sensorik, tapi biasanya tanpa
gangguan motorik. Umumnya disertai hiporefleksia/arefleksia.
• Analisis cairan serebrospinal: Disosiasi Sitoalbumin
• Elektrodiagnosis: Pemeriksaan konduksi saraf dapat normal
atau menunjukkan abnormalitas pada SNAP
4. Sebutkan tatalaksana pasien dengan
GBS?
Pedoman Tatalaksana PERDOSSI Hal 12-13
GBS
GBS disability GBS disability
Score <3 Score ≥ 3
Ya Tidak
Rawat Inap
Intubasi
Observasi
Perawatan ICU Perburukan gejala
IVIG 0,4 g/kg BB selama 5 hari
klinis
Plasmafaresis 200-250 ml/kgBB/kali
( 5 kali dalam 2 minggu)
IVIG 0,4 g/kg BB selama 5 hari
Plasmafaresis 200-250
ml/kgBB/kali ( 5 kali dalam 2
minggu)
Evaluasi
4-8 minggu
Treatment Related
Fluctuation