API
DERMATITIS
(ATOPIK,
KONTAK, POPOK)
apt. Onny Ziasti F, S.Farm, M.Farm.Klin
Pharmacy, Health Faculty
Sari Mulia University
Visi & Misi Universitas Sari Mulia
Visi Misi
Menjadi Universitas terkemuka dalam 1.Menyelenggarakan pendidikan secara
mengembangkan nilai potensi profesional dan berkesinambungan melalui
kekayaan lokal untuk menghasilkan pendekatan pendidikan lintas profesi.
lulusan yang berkarakter unggul dan 2.Meningkatkan kualitas dan mengembangkan
penelitian budaya dan kekayaan hayati lokal.
berdaya saing di tingkat wilayah,
3.Meningkatkan kualitas pelayanan dan
nasional, dan internasional tahun
pengabdian kepada masyarakat melalui
2030.
pendekatan kerjasama lintas profesi,
4.Menjalin kemitraan yang intensif untuk
menunjang terwujudnya penyelenggaraan
tridharma perguruan tinggi dan luaran yang unggul.
Misi
1.Menyelenggarakan pendidikan farmasi yang inovatif,
Visi konstruktif, revolusioner dan terakreditasi di tingkat Nasional.
2.Mengembangkan penelitian di bidang farmasi demi
Menjadi program studi farmasi yang unggul di kemajuan ilmu farmasi yang berorientasi pada kebutuhan
tahun 2025 dan mampu menghasilkan lulusan masyarakat.
yang kompeten di bidang kefarmasian dengan 3.Melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat
keunggulan pada pharmaceutical care dan terutama dalam pelayanan kefarmasian sebagai bentuk
berjiwa enterpreneurship. tanggung jawab sosial demi meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat.
4.Mengembangkan kerjasama dalam negeri maupun luar
negeri guna mendukung kegiatan tridharma perguruan tinggi.
03 TANDA GEJALA
04 PENGOBATAN SWAMEDIKASI
Health Faculty, Sari Mulia University
CAPAIAN
PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami swamedikasi pada
Dermatitis
8
Struktur kulit
Kulit merupakan organ aktif secara
metabolik yang memiliki fungsi vital, yaitu
dalam perlidungan dan homeostasis tubuh.
Secara alami, kulit merupakan organ
immunologis yang penting dan mengandung
seluruh elemen immunitas seluler, kecuali sel
B limfosit. Komponen immunologis dari kulit
dibagi atas tiga bagian: struktur organ, sistem
fungsional dan immunogenetik.
9
Health Faculty, Sari Mulia University
PENYAKIT
1 KULIT
Penyakit kulit merupakan salah satu
penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Menurut
data depkes RI prevalensi penyakit kulit
diseluruh Indonesia ditahun 2012 adalah
8,46 % kemudian meningkat ditahun 2013
sebesar 9 %.
(Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
✗ Dermatitis Atopik
✗ Dermatitis Kontak
✗ Dermatitis Popok
11
Health Faculty, Sari Mulia University
DERM
ATITIS
ATOPI
K
12
Health Faculty, Sari Mulia University
DERMATITIS ATOPIK
✗ Prevalensi penderita dermatitis atopik memang
cukup tinggi. Menurut data World Allergy
Organization 2018, angka kejadian dermatitis
atopik pada anak mencapai 30%, sementara pada
orang dewasa 10% dari populasi dunia. Sementara
itu, di Indonesia prevalensi dermatitis atopik pada
anak cukup tinggi yakni 23,67%.
13
Health Faculty, Sari Mulia University
DERMATITIS ATOPIK
✗Dermatitis atopik (DA) merupakan peradangan kulit yang bersifat kronis berulang,
disertai rasa gatal, timbul pada tempat predileksi tertentu dan berhubungan dengan
penyakit atopi lainnya, misalnya rinitis alergi dan asma bronkial.
✗Kelainan dapat terjadi pada semua usia, merupakan salah satu penyakit tersering pada
bayi dan anak, sebanyak 45% terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan. Terdapat 2
bentuk DA, yaitu ekstrinsik/alergik dan intrinsik/non alergik.
14
Health Faculty, Sari Mulia University
ETIOLOGI
✗Faktor Intrinstik, meliputi beberapa faktor :
1. Genetik (familial, mutasi gen filaggrin)
2. Gangguan fungsi sawar kulit
3. Imunologis (disregulasi faktor imun : innate dan adaptif, autoalergen)
4. Psikologis
✗ Faktor ekstrinsik : lingkungan misalnya berbagai iritam, polutan, alergen
hirup maupun makanan
15
Health Faculty, Sari Mulia University
GEJALA KLINIS
✗ Tanda utama dermatitis atopic yaitu papula pruritic yang menetap )padat,
berbatas tegas diameter lesi yang meninggi < 1 cm)Rasa gatal (pruritus),
dapat sangat berat sehingga mengganggu tidur
✗ Vesikel (berbatas sangat jelas, lesi meninggi yang berisi cairan)
✗ Efloresensi lesi sangat bergantung dan berat penyakit.
✗ Hill dan Sulzberger membagi dalam 3 fase.
16
Health Faculty, Sari Mulia University
GEJALA KLINIS
Hill dan Sulzberger membagi dalam 3 fase.
✗ Fase bayi (usia 0-2 tahun) Bentuk lesi: lesi akut, eritematosa, papul,
vesikel, erosi, eksudasi/oozing dan krusta. Lokasi lesi: kedua pipi, kulit
kepala, dahi, telinga, leher dan badan dengan bertambah usia, lesi dapat
mengenai bagian ekstensor ekstremitas.
17
Health Faculty, Sari Mulia University
GEJALA KLINIS
✗ Fase anak (usia 2 tahun-pubertas) Bentuk lesi: lesi subakut, lebih kering, plak
eritematosa, skuama, batas tidak tegas dapat disertai eksudat, krusta dan
ekskoriasi. Lokasi lesi: distribusi lesi simetris, di daerah fleksural pergelangan
tangan, pergelangan kaki, daerah antekubital, popliteal, leher dan infragluteal.
18
Health Faculty, Sari Mulia University
GEJALA KLINIS
✗ 3. Fase dewasa Bentuk lesi: lesi kronik, kering, papul/plak
19
Health Faculty, Sari Mulia University
TANDA DAN GEJALA
Usia Lokasi Tanda
2 Bulan Dada, Wajah Vesikel merah,
meninggi, kulit kering,
berdarah
2 Tahun Kulit kepala, leher, dan Lesi sedikit akut,
permukaan ekstensor edema, eritema
ekstremitas
2-4 Tahun Leher, Pergelangan Plak kering, menebal,
tangan, Siku, Lutut hiperpigmentasi
10-20 Tahun Fleksor, Tangan Plak kering, menebal,
hiperpigmentasi
20
KRITERIA
DIAGNOSIS
Suatu keadaan kulit gatal ditambah tiga atau lebih kriteria berikut:
1. Onset terjadi pada usia < 2 tahun
2. Riwayat kulit terkena lipata kulit (tms pipi pada anak < 10 tahun)
3. Riwayat kulit kering menyeluruh
4. Memiliki riwayat pribadi menderita penyakit atopic lain
5. Dermatitis pipi/dahi dan ekstrimitas luar lainnya pada anak < 4 tahun
21
Health Faculty, Sari Mulia University
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Bila diperlukan:
1. Pemeriksaan prick test
2. Pemeriksaan atopy patch test
3. Pemeriksaan serologi: kadar IgE total dan IgE RAST
4. Eliminasi makanan
5. Open challenge test
6. Double blind placebo controlled food challenge test (DBPCFC)
22
Health Faculty, Sari Mulia University
PENILAIAN DERAJAT
KEPARAHAN
1. Three Items Severity Score (TISS)
Penilaian intensitas eritema, edema/papul dan ekskoriasi dengan nilai 0-3. Serupa dengan
Score of Atopic Dermatitis (SCORAD), tiap penilaian dilakukan pada lesi yang paling
representative
2. Indeks SCORAD
Merupakan salah satu alat ukur yang paling sering digunakan. Penilaian SCORAD yaitu
Luas lesi kulit, Intensitas morfologi lesi dan Keluhan subjektif
23
Health Faculty, Sari Mulia University
DERMATITIS ATOPIK
PENATALAKSANAAN
24
Health Faculty, Sari Mulia University
NON-FARMAKOLOGI
1. Produk mandi gandum koloidal mengandung pati, protein, dan sedikit minyak (menghaluskan dan
bersifat antipruritic serta memiliki efek pelumas)
2. Astringen (Aluminuium asetat) dapat mengahmabt pembentukan dan pengeluaran cairan atau
pendarahan dari lesi dermatitis
3. Uerea dalam konsentrasi 10-30% bersifat keratolitik ringan dan dapat meningkatkan daya serap air
ke dalam stratu, korneum shg menghasilkan kapasitas ikatan yg tinggi
4. Ion Magnesium menghambat fungsi penyaji antigen sel kulit shg dapat mengurangi iritasi dan
inflamasi kulit
25
Health Faculty, Sari Mulia University
MEMPERBAIKI
FUNGSI SAWAR KULIT
26
Health Faculty, Sari Mulia University
FARMAKOLOGI
PILIHAN TERAPI CONTOH
Antihistamin oral CTM, Loratadin, cetrizin dll, topical (difenhidramin namun > 7 hari)
Emolien, Pembersih dan Pelindung kulit Preparat yang mengandung paraffin lunak (paraffin cair, minyak
mineral) emolien dan protektif ( gliserin, lesitin, pentilen glikol), proteksi
sinar UV ( octylmethoxucinnamate, titanium dioxide) dan seng
(calamine)
Antiseptik dan Desinfektan kulit Povidone iodine, hexamidine, lactic acid, lactoserum
Hidrokortison 0,5% atau 1 % merupakan agen farmakologik tanpa resep utama yang di gunakan
untuk mengurangi peradangan dan menghilangkan rasa gatal yang disebabkan oleh dermatitis
atopic
27
Health Faculty, Sari Mulia University
Kekuatan kortikosteroid
TOPIKAL
28
Health Faculty, Sari Mulia University
ALUR SWAMEDIKASI
29
Health Faculty, Sari Mulia University
ALUR SWAMEDIKASI
30
Health Faculty, Sari Mulia University
ALUR SWAMEDIKASI
31
Health Faculty, Sari Mulia University
DERMATITIS
2 KONTAK
o Merupakan inflamasi non infeksi pada kulit yang di akibatkan oleh senyawa
yang kontak dengan kulit.
o Ciri Umum dari dermatitis kontak adalag adanya eritema (kemerahan),
edema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 55 mm),
vesikel (tonjolan berisi cairan diameter < 5 mm), crust.
o Secara umum, dermatitis kontak dibagi menjadi dua: dermatitis kontak iritan
dan dermatitis kontak alergi
33
Health Faculty, Sari Mulia University
etiologi
34
Health Faculty, Sari Mulia University
PERBEDAAN DKI dan
DKA
35
Health Faculty, Sari Mulia University
Tanda dan gejala
Gejala/Karaketristik DKA DKI
Eritema Ya Ya
Edema dermal Ya Ya
36
Health Faculty, Sari Mulia University
Patofisiologi DKA
Sel Langerhans memberi sinyal
kepada sel limfosit mengenai
informasi antigen dan kemudian sel
limfosit berproloferasi
menghasilkan sel T limfosit
tersensitisasi. Setelah sistem imun
tersensitisasi, maka dengan
pemaparan selanjutnya akan
menginduksi hipersensitifitas
tertunda tipe IV
37
Health Faculty, Sari Mulia University
Patofisiologi DKI
✗ Pertama, bahan kimia mungkin merusak sel dermal secara langsung dengan absorpsi langsung melewati
membran sel kemudin merusak sistem sel.
✗ Mekanisme kedua, setelah adanya sel yang mengalami kerusakan maka akan merangsang pelepasan mediator
inflamasi ke daerah tersebut oleh sel T maupun sel mast secara non- spesifik. Misalnya, setelah kulit terpapar
asam sulfat maka asam sulfat akan menembus ke dalam sel kulit kemudian mengakibatkan kerusakan sel
sehingga memacu pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dengan bantuan fosfolipase.
✗ Asam arakidonat kemudian dirubah oleh siklooksigenase (menghasilkan prostaglandin, tromboksan) dan
lipoosigenase (menghasilkan leukotrien). Prostaglandin dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah (sehingga
terlihat berwarna merah) dan mempengaruhi saraf (sehingga terasa sakit); leukotrien meningkaykan permebilitas
vaskuler di daerah tersebut (sehingga meningkatkan jumlah air dan terlihat bengkak) serta berefek kemotaktik
kuat terhadap eosinofil, netrofil dan makrofag.
✗ Mediator pada inflamasi akut adalah histamin, serotonin, prostaglandin, leukotrien, sedangkan pada inflamasi
kronis adalah IL1, IL2, IL3, TNFα2. Reaksi ini bukanlah akibat imun spesifik dan tidak membutuhkan
pemaparan sebelumnya agar iritan menampakkan reaksi.
38
Health Faculty, Sari Mulia University
Gambar dki
39
Health Faculty, Sari Mulia University
Gambar dka
40
Health Faculty, Sari Mulia University
PENATALAKSANAAN
Sasaran terapi dermatitis kontak iritan adalah:
1. Menghilangkan inflamasi, rasa sakit saat kulit ditekan dan iritasi
2. Mencegah pemaparan lebih lanjut pada agen iritan
3. Edukasi pada pasien mengenai metode untuk mencegah recurrent
41
Health Faculty, Sari Mulia University
Alur swamedikasi
42
Health Faculty, Sari Mulia University
Terapi non farmakologi
Dermatitis kontak iritan adalah:
1. Pencucian sesegera mungkin pada area yang terpapar agen iritan akan
mengurangi waktu kontak agen iritan dengan kulit, dan jika terjadi respon kulit, hal
ini akan membantu untuk mencegah penyebaran dermatitis.
2. Beberapa substansi yang dapat menyebabkan respon iritasi pada kulit sebaiknya
dihindari. Mengedukasikan kepada pasien bagaimana cara untuk mengurangi
resiko terpapar merupakan hal yang penting.
3. Penggunaan baju pelindung, sarung tangan, dan peralatan proteksi lainnya akan
mengurangi pemaparan iritan dan sebaiknya penggunaan alat proteksi diganti
secara periodik.
4. Hidropel dan pelembab penghalang kulit hollister dapat digunakan untuk mencegah
ICD jika digunakan sebelum kontak dengan iritan.
43
Health Faculty, Sari Mulia University
Terapi non farmakologi
Dermatitis kontak alergi adalah:
1. Membersihkan bagian yang teriritasi
Dilakukan dengan cara mengompres kulit yang teriritasi dengan air hangat
(32,2oC) atau lebih dingin. Namun, farmasis harus mengingatkan agar tidak
menggunakan air panas 40,5oC atau lebih sebab akan memperparah luka, dan
bahkan dapat menyebabkan luka bakar tingkat kedua..Pencucian menggunakan
sabun hipoallergenik dan jangan menggosok bagian yang ruam.
2. Menghindari Ruam
44
Health Faculty, Sari Mulia University
Terapi non farmakologi
Dermatitis kontak alergi adalah:
Apabila terpapar agen allergen maka untuk mencegah terjdinya ruam-ruam di kulit
adalah dengan:
Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis
kontak alergi
Menghindari substansi allergen.
Mengganti semua pakaian yang terkena allergen
Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada
sabun bilas dengan air.
Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar alergen
Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian lain
Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar alergen
Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang
berisiko terhadap paparan alergen
45
Health Faculty, Sari Mulia University
TERAPI
FARMAKOLOGI
Kortikosteroid topikal
• Hidrokortison merupakan kortikosteroid topikal yang paling efektif dalam mengatasi
gejala pada Dermatitis kontak ringan hingga sedang yang tidak meliputi daerah
yang sangat luas. Kortikosteroid lainnya adalah: betametason, fluticasone,
clobetasol, prednison, prednisolon.
• Indikasi : hidrokortison merupakan kortikosteroid potensi rendah yang mampu
mengatasi rasa gatal dan mengurangi inflamasi akibat dermatitis
• Keamanan : hidrokortison aman untuk diaplikasikan pada semua daerah tubuh,
kecuali mata dan kelopak mata, wajah dan kulit yang terbuka
46
Health Faculty, Sari Mulia University
TERAPI
FARMAKOLOGI
Kortikosteroid topikal
• Efek samping : Penggunaan kortikosteroid dalam jangka lama akan
menimbulkan efek samping akibat khasiat glukokortikoid maupun khasiat
mineralokortikoid
• Kontraindikasi : infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotic sistemik, hindari
vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis imunosupresive
• Perhatian : Hidrokortison topikal sebaiknya tidak digunakan untuk anak usia < 2
tahun sebab berpotensi dalam supresi adrenal. Disarankan pada pasien bahwa
sebaiknya hidrokortison tidak digunakan apabila dermatitis lebih dari 7 hari atau jika
gejala mincul kembali dalam beberapa hari.
Contoh
Berlicort : komposisi, hidrokortison acetate
Dosis : Oleskan tipis pada tempat yang sakit 2-4x sehari
Dermacort : komposisi, hidrokortison 1 %, camphor 1 %
Dosis : Oleskan 2-4x sehari
47
Health Faculty, Sari Mulia University
TERAPI
FARMAKOLOGI
Antihistamin/Antipruritus Topikal
Preparat ini mengandung antihistamin topikal (chlorpheniramine, chlorpenoxamine,
dimethindene, difenhidramin, mepiramin) atau antipruritus (calamine, champor, mentol,
phenol) secara tunggal atau kombinasi
• Mekanisme: Antihistamin/antipruritus dapat mendepresi reseptor sensorik di kulit
sehingga memberikan efek analgetik topikal. Walaupun antihistamin dapat memblok
reseptor histamin namun reseptor tersebut tidak berperab penting dalam respon
hipersensitivitas diperlambat tipe IV
• Indikasi : mengatasi rasa gatal dan analgetik topikal pada dermatitis
• Perhatian : Penggunaan antipruritus pada luka terbuka tidak karena
dapat memperparah rasa terbakar. Antihistamin dapat
mengakibatkan inflamasi sekunder sehingga bila gejala
tambah parah maka segera cuci/bilas daerah kulit tersebut dan
hentikan pemakaian
48
Health Faculty, Sari Mulia University
TERAPI
FARMAKOLOGI
Contoh Antihistamin/Antipruritus Topikal
1. Regata
Komposisi : Difenhidramin HCl 1%, calamine 8%, champora 0,1%
Penggunaan : dioleskan pada daerah yang sakit sesudah mandi. Kocok dahulu sebelum digunakan,
4 kali sehari
Perhatia : Jangan dioleskan pada kulit yang melepuh. Hindari penggunaan kontak dengan
mata atau selaput lendir. Hati-hati dengan penggunaan dengan preparat difenhidramin lainnua dan
penggunaan lebih dari 7 hari
2. Caladryl
Komposisi : Calamine 8%, champora 0,1%, difenhidramin HCl 1%,
alkohol 2%
Penggunaan : krim oleskan sesuai dengan kebutuhan, 4 kali sehari
Perhatian : hati-hati dengan kontak kulit terkelupas. Hindari kontak dengan mata atau
selaput lendir lainnya
49
Health Faculty, Sari Mulia University
TERAPI
FARMAKOLOGI
Anastetik topikal
Anastetik topikal yang dapat diberikan tanpa resep adalah benzokain.
50
Health Faculty, Sari Mulia University
TERAPI
FARMAKOLOGI
Anastetik topikal
Perhatian : penggunaan anastetik topikal merupakan langkah terakhir setelah
antipruritik (anti gatal) lainnya gagal dalam terapi sebab anastetik
lokal dapat menyebabkan inflamasi sekunder dan meningkatkan rasa
gatal karena diketahui memiliki kemampuan sensitisasi. Bila setelah
digunakan, kondisi dermatitis makin parah maka segera dibilas
dengan air atau sabun lembut dan tidak digunakan lagi sediaan ini.
(Keefner, 2004)
Contoh
Benzomid
Komposisi : Benzokain 3%, cetrimid 0,5%
Penggunaan : dioleskan pada daerah yang sakit
51
Health Faculty, Sari Mulia University
TERAPI
FARMAKOLOGI
Antiinfeksi topikal
Antiinfeksi topikal digunakan untuk mengatasi infeksi sekunder yang dapat terjadi pada dermatitis. Antiinfeksi tersebut
adalah: bacitracin, kloramfenikol, gentamicin, nitrofurazon, clotrimazole, neomycin
Contoh
• Dermagen (Gentamicin sulfat)
Indikasi : Dermatitis, infeksi kulit primer dan sekunder
Penggunaan : Oleskan 3-4 kali sehari
• Farsycol (Kloramfenikol)
Indikasi : Infeksi kulit karena gram positif dan gram negatif serta kuman yang peka lainnya
Penggunaan : oleskan pada bagian yang sakit 2-3 kali sehari
Perhatian : Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan jangka panjang dapat menyebabkan
resistensi mikroba
Efek samping : Gatal, panas, engioneurotik
52
Health Faculty, Sari Mulia University
TERAPI
FARMAKOLOGI
Astringent
Astringent diketahui merupakan agen presipitasi protein yang digunakan untuk menghentikan
dan mengurangi cairan mengalir dari kapiler maupun cairan yang dikeluarkan dari blister
akibat inflamasi. Zat ini membantu mengeringkan dermatitis basah serta mempercepat
kesembuhan. Beberapa astringet adalah: Burrow’ssolution (alumunium asetat), zinc oxide,
zinc acetat, calamine, natrium bicarbonat. Mereka biasa digunakan dengan cara
pengompresan.
53
Health Faculty, Sari Mulia University
Pengecualian untuk
swamedikasi
1. Berusia kurang dari 2 tahun
2. Dermatitis lebih dari 2 minggu
3. Lebih dari 25% bagian tubuh yang terkena
4. Terlalu banyaknya bulla
5. Gatal, iritasi, atau jumlah vesikel dan bulla yang ekstrim
6. Pembengkakan pada tubuh atau extremitas
7. Pembengkakan pada mata atau kelopak mata
8. Genitalia tidak nyaman karena gatal, kemerahan, bengkak, atau iritasi.
9. Gatal pada membran mukosa mulut, mata, hidung, dan anus.
10. Toleransi rendah pada nyeri, gatal, atau gejala yang tidak nyaman.
11. Gangguan aktivitas sehari-hari
54
Health Faculty, Sari Mulia University
DERMATITIS
3 POPOK
Diaper dermatitis atau disebut juga diaper rash
atau ruam popok, merupakan erupsi inflamasi di
daerah yang tertutupi oleh popok, yaitu daerah
paha, bokong, dan anal. Penyakit ini merupakan
salah satu penyakit kulit tersering pada bayi dan
anak-anak yang popoknya selalu basah dan
jarang diganti, dapat pula terjadi pada pasien-
pasien inkontinen yang memerlukan popok untuk
menampung urin ataupun feses.
• Angka kejadian diaper dermatitis pada bayi sekitar 7% sampai 35% dengan puncak insidens
antara 9 sampai 12 bulan
• Pada tahun 1997 data statistik menunjukkan bahwa angka kejadian pada orang Asia adalah
4,5%, dengan 79,3% kulit putih, 15,1% kulit hitam, dan 1% orang Indian-Amerika.4
56
Health Faculty, Sari Mulia University
ETIOLOGI
Etiologi dermatitis popok adalah multifactorial
• Oklusi : kelembapan; bakteri; pergeseran yang jauh dari pH kulit asam normal (4,0-5,5) ke pH
yang lebih basa; gesekan dan radang mekanis; serta ensim proteolitik dan garam empedu
dari saluran pencernaan dapat bergadung secara aditif dan sinergis untuk menyebabkan ruam
popok
57
Health Faculty, Sari Mulia University
patofisiologi
58
Health Faculty, Sari Mulia University
TANDA dan GEJALA
• Bercak merah sampai ternaf (eritema), kadang-kadang mengkilap, tampak basah dan lesi
pada kulit. Ruam popok dapat tampak merah kehitaman atau keunguan pada kulit yang lebih
gelap
• Ruam dpt menyebar ke luar area popok samapi ke perut atau ke atas bokokng dan punggung
bawah
• Onset ruam popok yang dapat diamati tjd di antara pergantian dua popok
59
Health Faculty, Sari Mulia University
ALUR SWAMEDIKASI
60
Health Faculty, Sari Mulia University
ALUR SWAMEDIKASI
61
Health Faculty, Sari Mulia University
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
1. Pengobatan yang trebaik adalah pencegahan. Frekuensi pergantian popok minimal 6X sehari
2. Menyiram kulit dengan hati-hati dengan air biasa di ikuti dengan pengeringan lembut
3. Penegringan secara lembut dengan kain atau pembersih lembut
4. Popok sekali pakai
62
Health Faculty, Sari Mulia University
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
1. Pelindung kulit merupakan satu-satunya produk yang dianggap aman dan efektif untuk
digunakan pada ruam popok tanpa pengawasan seorang praktisi medis
2. Pelindung kulit berfungsi sebagai penghambat fisik anatara kulit dan iritas eksternal. Dengan
mencegah kerusakan atau keparahan lebih lanjut, produk ini melindungi permukaan kulit
yang sedang dalam penyembuhan
3. Pelindung kulit juga berfungsi sebagai pelumas di daerah yang terjadinya gesekan kulit
dengan popok serta mampu menyerap kelembapan atua mencegah kelembapan
63
Health Faculty, Sari Mulia University
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Kalamin Petrolatum
Lanolin
64
Health Faculty, Sari Mulia University
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
1. Pelindung kulit hrs digunakan pada semua daerah kulit disekitar popok
2. Pelindung kulit harus digunakan kembali jika perlu dan setiap kali mengganti popok
3. Pelindung kulit tersedia terutama dalam bentuk bubuk dan formulasi semisolid
65
Health Faculty, Sari Mulia University
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan umumnya tidak perlu sampai lebih dari 7 hari.
2. Jika 7 hari telah berlalu dan kondisi memebaik tetapi tidak sembuh terapi harus dilanjutkan
selama 3 hari lagi atau sampai terjadi penyembuhan totoal
3. Jika kondisi tidak membaik atau memburuk setelah 7 hari pengobatan, rujuk ke dokter
66
Health Faculty, Sari Mulia University
Thanks
!
67
“Kalau impianmu tak bisa
membuatmu takut, mungkin karena
impianmu tak cukup besar.”
– Muhammad Ali
Find more maps at slidescarnival.com/extra-free-resources-icons-and-maps
68