Anda di halaman 1dari 35

OD PTERYGIUM NASAL Gr.

II + OS
PTERYGIUM NASAL Gr. II

Chrisandi Yusuf R.
Zuhrotus Sholichah
Jodi Reza

Dosen Pembimbing : dr. Hera Dwi Novita,Sp. M (K)


EPIDEMIOLOGI
• Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih
banyak di daerah iklim panas dan kering
Daerah yang terletak kurang 37 0 Lintang Utara dan
Selatan dari ekuator
Insiden tinggi pada umur antara 20 dan 49. Kejadian
berulang (rekuren) lebih sering pada umur muda
daripada umur tua. Laki-laki 4 kali lebih resiko dari
perempuan dan berhubungan dengan merokok,
pendidikan rendah, riwayat terpapar lingkungan di
luar rumah
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
TINJAUAN PUSTAKA
PTERYGIUM : suatu pertumbuhan
fibrovaskular berbentuk segitiga yang
Pterygium dibagi
melewati konjungtiva bulba kearah
kornea. Pertumbuhan ini biasanya
menjadi 3 bagian
terletak pada celah kelopak mata bagian
nasal ataupun temporal konjungtiva
yaitu body, apex
yang meluas kearah kornea. (head), dan cap.
FAKTOR RESIKO dan ETIOLOGI

FAKTOR RESIKO ETIOLOGI

PTERYGIUM  multifaktorial Etiologi Pasti : belum diketahui


• Paparan Sinar Ultraviolet Diduga akibat iritasi kronis yang dipicu
• Genetik dari faktor-faktor lingkungan seperti
terpapar matahari (sinar ultraviolet),
• Lain- lain udara panas dan kering, udara
– Tinggal di Daerah-daerah berangin, dan debu yang banyak
Ekuator
– Pekerjaan di Luar Rumah
– Virus Papilloma
PATOGENESIS
PATOGENESIS

Mutagen p53

Kerusakan stem sel limbus

Kerusakan Peningkatan kolagenase


membran terjadi perubahan degenerasi colagen dan
basement dan proliferasi jaringan granulasi vascular dibawah
epithelium yang akhirnya menembus kornea
pertumbuhan
jaringan PTERYGIUM
fibrotik
DERAJAT (menurut Youngson)
Derajat 1 : terbatas pada
limbus kornea

Derajat 2 : melewati limbus


kornea tetapi tidak lebih dari 2
mm

Derajat 3 : sudah melebihi


derajat 2 tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam
keadaan cahaya normal (pupil
dalam keadaan normal sekitar 3
– 4 mm)

Derajat 4 : pertumbuhan
pterygium sampai ke pupil
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
- Fase awal biasanya tanpa
gejala
- Pasien biasanya memiliki
gejala yang bervariasi
– Mata merah
– Penglihatan kabur
– Iritasi
– Gatal
– Mata kering
– Rasa mengganjal
– Rasa berpasir pada mata
Pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : tampak jaringan
fibrovaskular berbentuk
segitiga dengan bagian cap,
head dan body berwarna putih
Pemeriksaan Visus
dapat ditemukan penurunan
visus sekunder terjadi akibat
pertumbuhan pterigium • Pterigium. A) Cap; B)
menutupi aksis visual dan
akibat astigmatisma kornea Head; C) Body
irregular
Pemeriksaan slit lamp
Diagnosis Banding

Pinguekula adalah Pseudopterygium


benjolan pada adalah perlekatan
konjungtiva bulbi konjungtiva dengan
yang sering kornea.
ditemukan pada
orang tua.
TATALAKSANA

Konserv Pembed
atif ahan

Bare Sclera

Artificial Tears ●
Autograft

Steroid Conjungtiva
Topical

Amnion
Membrane T
rekuren
Ko

Merah/irit
Ko

pterigium
asi post operasi

Skar kronis >>
konjungtiv
a dan
kornea mp

perforasi
korneosklera
,
mpl

Diplopia

graft oedem,
graft ikasi
distorsi
lika

hemorrhage,
dan
sew
graft
penglihata retraksi,
n sentral
si

jahitan
berkurang longgar,

Komplikasi
yang

granuloma
konjungtiva, akt
Pte

epithelial
jarang

malignan
degenerasi ●
inclusion
cysts,
skar
u
rigi
pada
jaringan
epitel di
konjungtiva,
skar kornea
dan
ope
astigmatisma
atas
pterigium
yang ada um ●
,
disinsersi
rasi
otot rektus
PROGNOSIS PENCEGAHAN
Pada umumnya kosmetik Pencegahannya pasien
dan visual pada pasien dapat melindungi diri
pterygium yang telah
dilakukan pembedahan
dari paparan radiasi
memiliki prognosis yang ultraviolet yang
baik. Akan tetapi, pterigium berlebihan
sering mengakibatkan
rekurensi
LAPORAN KASUS
• Nama : Ny. S
• Jenis kelamin : Wanita
• Usia : 28 tahun
• Alamat : Malang
• Pekerjaan : Petani
• Agama/Suku : Islam/Jawa
• No. Register : 1115xxxx
• Tgl. Pemeriksaan : 28 November 2016
Anamnesa
Keluhan utama
• Pasien mengeluh mata kanan dan kiri tumbuh selaput

Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien mengeluhkan mata kanan dan kiri tumbuh selaput putih
sejak 5 tahun yang lalu. Awalnya hanya berupa lapisan tipis
yang berada di bagian putih mata, lama kelamaan lapisan
makin tebal dan makin bergerak ke arah tengah sehingga
pasien merasa tidak nyaman. Pasien juga mengeluhkan selaput
ini terasa mengganjal pada kedua mata pasien dan lebih terasa
pada mata kiri, terkadang disertai perih dan gatal. Mata merah
(-), mata berair (-), silau (-), keluar kotoran (-).
Riwayat Penyakit Terdahulu
• Pasien tidak pernah mempunyai keluhan yang serupa sebelumnya. Riw HTN (-) DM (-)
riwayat trauma (-) Riwayat sakit mata (-) Riwayat operasi mata (-)
•  

Riwayat Penyakit Keluarga


• Tidak ada anggota keluarga yang memiliki selaput yang serupa dengan pasien

Riwayat Pengobatan
• Pasien sempat meneteskan obat insto pasien menggunakan 3x sehari selama 1 minggu
tapi tidak terjadi perubahan. Pasien belum pernah operasi.

Riwayat Alergi
• Pasien menyatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
 
Riwayat Trauma dan Operasi Mata
• Pasien menyatakan tidak pernah mengalami trauma pada mata dan operasi pada mata

Riwayat Sosial
• Pasien merupakan seorang petani.
Status Oftalmologi (28 November 2016)
5/5 VISUS 5/20
Orthoporia POSISI BM Orthoporia
GERAKAN BM
 
 

Oedem (-), spasme (-) PALPEBRA Oedem (-), spasme (-)


CI (-), PCI (-), jaringan CONJUNCTIVA CI (-), PCI (-), jaringan fibrovaskular
fibrovaskular(+) di nasal (+) di nasal

Apeks jaringan fibrovaskular CORNEA Apeks jaringan fibrovaskular 2mm


1mm dari limbus dari limbus

Dalam C.O.A. Dalam


Rad line (+) IRIS Rad line (+)
Bulat, Ø 3mm, RP (+), PUPIL Bulat, Ø 3mm, RP (+)
Jernih LENSA Jernih
n/p T.I.O. n/p
FOTO KLINIS MATA PASIEN
OD OS
Assesment
• ODS Pterigium Nasal grade II
Planning
Planning Terapi
• Operasi pterigium (pro OS extirpasi pterigium +
CLG/LA), pasien menyetujui untuk operasi pada
tanggal 28 november 2016
• Protagent A ed 6X1 OD
Planning Edukasi
• Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien
menderita penyakit kelainan jaringan bola mata.
Sehingga untuk pengobatan pasien disarankan
menjalani operasi dan dijelaskan mengenai prosedur
operasi. Setelah dilakukan operasi harus dilakukan
perawatan pada mata pasien dengan melindungi
mata dari paparan sinar matahari dalam jangka
waktu yang lama. Pasien kembali control 1 minggu
lagi untuk mengevaluasi hasil operasi.
Foto Klinis Pasien Durante Operasi 28
November 2016
Post Operasi 28 November 2016
• Pasien dilakukan operasi pada tanggal 28 November 2016. Jenis operasi
pterigium yang dilakukan adalah eksisi pterigium dan CLG dengan Local
Anestesi.
 
• 1. Subyektif : pasien mengeluh rasa tidak nyaman pada mata yang dioperasi
• 2. Obyektif : Pada okuli sinistra ditemukan adanya Subkonjungtival hemorage,
selaput fibrous pada kornea, flapping attach dan suture
• 3. Assement : OS Pterygium nasal grade II post CLG / LA dengan
komplikasi SCH, dan scar kornea
OD Pterygium nasal grade II
• 4. Planning Terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien setelah post
operasi adalah Ciprofloxacin 2x500mg Tab, Asam Mefenamat 3x500mg Tab,
Artificial Tears 6x1 ODS. Pasien direncanakan untuk kontrol tanggal 29
November 2016 di poli.
Follow Up
(29 NOVEMBER 2016)
• Subjektif : Rasa mengganjal dan nyeri di mata kiri
• Objektif :

• OS
Status Oftalmologi (29 November 2016)
5/5 VISUS 5/12 ph (-)
Orthoporia POSISI BM Orthoporia
GERAKAN BM
 
 

Oedem (-), spasme (-) PALPEBRA Oedem (-), spasme (+)


CI (-), PCI (-), jaringan fibrovaskular(+) CONJUNCTIVA CI (+), PCI (+), graft (+) flap
di nasal attached(+), suture (+)

Jernih, apeks jaringan fibrovaskular 1 CORNEA Sisa jaringan fibrovaskular


mm dari limbus
Dalam C.O.A. Dalam
Rad line (+) IRIS Rad line (+)
Bulat, Ø 3mm, RP (+), PUPIL Bulat, Ø 3mm, RP (+)
Jernih LENSA Jernih
n/p T.I.O. n/p
• Assesment :
• OD Pterygium Nasal Grade II
• OS Pterygium Nasal gr II Post Ekstirpasi
Pterygium +CLG/LA
Planning terapi:
1. Asam Mefenamat 3x500 mg
2. Ciprofloxacain 2x500mg Tab
3. Tobroson ed 6x1 OS
4. Protagent A 6x1 ODS
5. Kontrol 1 minggu lagi
Prognosis

• Ad vitam : bonam
• Ad visam : bonam
• Ad fungsionam : bonam
• Ad kosmetika : bonam
TEORI PASIEN
Tinggal di negara beriklim tropis, yaitu Pada kasus ini, kondisi negara tempat
Indonesia, paparan sinar ultraviolet tinggial pasien berada didaerah Indonesia
merupakan faktor resiko terjadinya dengan iklim tropis dan jenis kelamin
pterygium. Umumnya angka prevalensi pasien ini adalah wanita
pterigium pada daerah tropis lebih tinggi
dibandingkan daerah lainnya. (Gazzard,
2002). Dan prevalensi laki-laki 4 kali lebih
tinggi daripada wanita

Pterigium dapat disebabkan oleh iritasi Pasien bekerja sebagai petani yang mana
kronik akibat debu, angin, kosmetik dan profesi ini hampir sebagian besar
sinar UV atau mikroutama yang pekerjaan berada di luar rumah dengan
mengenai mata. Pterigium banyak paparan sinar UV dan debu yang tinggi.
dijumpai pada orang yang bekerja diluar Selain itu dengan tingkat profesi ini,
ruangan dan bersinggungan dengan diperkirakan tingkat edukasi pasien untuk
debu,udara dan sinar UV dalam waktu menggunakan alat pelindung diri juga
yang lama (Swastika, 2008). rendah
TEORI PASIEN
Pada pasien pterygium dapat ditemukan: Pasien mengeluhkan selaput di mata
1. Mata sering berair dan tampak merah mengganjal pada kedua mata pasien dan
2. Merasa seperti ada benda asing lebih terasa pada mata kiri, terkadang
timbul astigmatisme akibat kornea disertai perih dan gatal.
tertarik oleh pertumbuhan pterigium Mata merah (-),
tersebut, mata berair (-),
3. Aigmatisme with the rule ataupun silau (-),
astigmatisme irregular sehingga keluar kotoran (-).
menganggu pengelihatan

Derajat 1 : Jika pterigium hanya terbatas Pada pasien ini, termasuk pada grade II,
pada limbus kornea karena belum melebihi pinggiran pupil
Derajat 2 :Jika pterigium sudah melewati dan tidak ada perununan visus mendadak
limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea
Derajat 3 : Jika pterigium sudah melebihi
derajat dua tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan
cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4
mm)
Derajat 4 : Jika pertumbuhan pterigium
sudah melewati pupil sehingga
mengganggu (Ilyas dan Yuliati,2014).
TEORI PASIEN

Terletak pada celah kelopak bagian nasal Pada mata pasien ini ditemukan sebuah apeks
atupun temporal konjungtiva yang meluas ke jaringan kurang lebih 2mm dibagian sinistra dan
kornea berbentuk segitiga dengan puncak di 1mm dibagian dekstra. Selain itu terdapat tiga
bagian sentral atau di daerah kornea (Ilyas, komponen ciri khas dari pterygium adalah
Sidarta dan Sri Rahayu Yulianti, 2014). didapatkan body, apex dan cap.
Pterygium dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
body, apex (head) dan cap suatu zona
avaskular

Diagnosa Banding Pemeriksaan


Pseudopterigium: inflamasi permukaan Tidak ada riwayat trauma dan lokasi tidak khas
okular sebelumnya seperti trauma, trauma pterygium  pseudopterigium
kimia, konjungtivitis sikatrikal, trauma bedah Bentuk lesi tidak kekuningan dan progresif
atau ulkus perifer kornea. Identifikasi:tidak  Bukan pinguekula
melekat pada limbus kornea.
Pinguecula: Paparan sinar ultraviolet bukan
faktor resiko, penumpukan lemak progresif
pada konjungtiva mata warna kekuningan
TEORI PASIEN
Teknik transplantasi autograft konjungtiva Operasi pterigium (pro OS extirpasi pterigium
dalam mencegah kekambuhan dibandingkan CLG/LA), pasien menyetujui untuk operasi pad
dengan teknik bare sclera maupun tanggal 28 november 2016
transplantasi amnion ( Özer etal., 2009).

Pada pasien ini setelah dilakukan operasi,


diberikan pengobata follow up, yaitu diberika
Pada paska operasi diberikan AAO adalah artifial tears untuk memper cepat repeirelisas
untuk memberi perlindungan mata digunakan menggunakan ProtagentA, dan diberikan
semalaman, dan diberikan obat tetes mata Tobroson dan Ciprofloxacin dimana Tobromyc
kombinasi steroid dan antibiotik 4 kali sehari dan dokter refa untuk menghindari infeksi
selama 1 bulan (AAO,. 2015). sekunder atau berulang lalu didalam Tobroson
terdapat steroi fungsinya untuk mengurangi
inflamasi dan juga diberikan asam mefenama
TEORI PASIEN
Mencegah: menggunakan kacamata pelindung setiap
Kacamata anti UV keluar rumah untuk mengurangi paparan sinar
Kosmetik yang tidak berlebihan UV, debu dan udara kering.
Topi ada pinggiran
obat seperti artificial tears pada pasien yang
belum ditemukan gangguan penglihatan tetapi
pengobatan ini tidak dapat menghilangkan
progresifitas pterygium
Kesimpulan
• Pterigium adalah pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva
yang bersifat degeneratif dan invasive
• Pterigium dapat disebabkan oleh iritasi kronik akibat debu,
angin, dan sinar UV atau mikroutama yang mengenai mata.
• Terapi pterigium terdiri terapi konservatif dan pembedahan
• Pasien dengan resiko tinggi timbulnya pterigium seperti
riwayat keluarga atau karena terpapar sinar matahari yang
lama dianjurkan memakai kacamata sunblock dan
mengurangi terpapar sinar matahari
Thank You

Anda mungkin juga menyukai