Anda di halaman 1dari 12

Strategi Efesiensi Pajak

Penghasilan
PPh Pasal 23/26/Final
Strategi PPh Pasal 23/26/Final
1. Memahami peraturan dan perubahannya.
• PPh Pasal 23:
Jenis jasa lain yang dikenakan pemotongan cfm Peraturan Menkeu No.
141/PMK.03/2015 dan tarifnya

• PPh Final:
Lihat PP baru (PP 51, 71 tahun 2008 & PP 15,16,17,19,40 tahun 2009)

• PPh Pasal 26:


Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara pemerintah Indonesia
dengan Negara Treaty Partner

2. Memahami biaya-biaya yang merupakan objek pajak yang harus


dipotong/dipungut dan mengetahui tarif pemotongan

3. Untuk PPh final, hindari penggunaan supplier berjenjang agar biaya lebih
murah.
Strategi PPh Pasal 23/26/Final
4. Untuk menghindari koreksi objek PPh 23/26/final:
• Hindari penggunaan nama-nama perkiraan (account) yang mudah dipersepsikan
sebagai objek PPh Pasal 23/26/final.
• Pisahkan antara biaya jasa yang dilakukan oleh pihak lain (objek PPh Pasal 23)
dengan material/reimbursement/tenaga kerja dan biaya pemeliharaan yang
dilakukan sendiri (bukan objek PPh Pasal 23).

5. Dalam hal ada transaksi dengan pihak luar negeri, pastikan diperoleh
Certificate of Residence sehingga ketentuan dalam P3B dapat diterapkan.

6. Bila pihak yang harus dipungut/dipotong pajaknya tidak bersedia:


• Jika perusahaan trsbt untung dan pajaknya tidak bersifat final, pajak yang harus
dipungut lebih menguntungkan dihitung dengan metode gross-up ke dalam
objek pemotongan (withholding tax), shg pajak yang dipotong/disetor dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto peusahaan.
• Jika perusahaan trsbt rugi atau pajaknya bersifat final, metode gross-up tidak
efisien, karena akan menambah jumlah pajak yang harus dibayar.
Saat terutangnya pajak
• Terutang pada saat dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau jatuh
tempo pembayaran.
Tax Planning PPh Ps. 23
• Pahami ketentuan tentang objek dan tarif pemotongannya.
• Minta Kartu NPWP untuk penerapan tarif yang
sebenarnya (jika tidak, kenaikan 100%).
• Pahami saat terutangnya pajak
• Pemisahan antara tagihan material dan jasa  kecuali
untuk usaha jasa konstruksi dan catering
• Dokumentasi: SSP, kontrak
• Tax Review dan tax reconciliation
• UPDATE PERATURAN MENTERI
KEUANGAN
NOMOR 141 TAHUN 2015 TTG JASA LAIN
PPh Pasal 23/26/Final – Strategi
efisiensi

Contoh :
Perusahaan akan menyewa kantor dari Bapak Agus Rp. 90.000.000,00 untuk 4 tahun,
Agus tidak bersedia dipotong pajaknya sebesar 10%.
Perusahaan membayarkan withholding tax :
10% x Rp. 90.000.000 = Rp. 9.000.000  tidak boleh dibebankan sebagai biaya
Nilai transaksi digross-up :
100/90 x Rp. 90.000.000 = 100.000.000
Withholding tax atas sewa 10% x 100.000.000 = Rp. 10.000.000  boleh dibiayakan
# Tax Saving (25% x Rp. 10.000.000) – Rp 1.000.000 = Rp. 1.500.000
PPh Pasal 23/26/Final – Strategi efisiensi
Contoh :
PT. ABC membayar bunga pinjaman kepada Bank di luar negeri
sebesar Rp 100.000.000,00 yang sesuai dengan perjanjian Pajak
Penghasilannya ditanggung oleh badan tersebut. Tarif pemotongan
PPh Pasal 26 yang berlaku adalah 20%.
Dasar pengenaan PPh Pasal 26:
100/(100-20) x Rp 100.000.000,00 = Rp 125.000.000,00

PPh Pasal 26 yang terutang:


20% x Rp 125.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Jumlah biaya bunga yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto


PT. ABC adalah sebesar Rp 125.000.000,00 (Rp 100.000.000,00 +
Rp 25.000.000,00).
Penghasilan Obyek PPh Pasal 4 (2)

1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN PP No. 14 TAHUN 1997,


SAHAM DI BURSA EFEK (0,1% dan 0,5%) KMK 282/KMK.04/1997

2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN


PP No. 132 TAHUN 2000
(25 % X BRUTO)
3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK PP 71/2008 jo
PP No. 79 TAHUN 1999,
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
KMK No. 566/KMK.04/
(5 % X NILAI PENGALIHAN/NJOP 1999, SE-
mana yang lebih besar) 55/Pj.42/1999
4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN
PP No. 131 TAHUN 2000
TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI (20 % X
BRUTO)
5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH PP No. 5 TAHUN 2002,
DAN/ATAU BANGUNAN (10 % X BRUTO) KEP 227/Pj/2002

PP No. 6 TAHUN 2002,


6. PENGHASILAN BERUPA OBLIGASI YG DIPERDAGANG
KAN DI BURSA EFEK ( 20 %) KEP 241/Pj/2002,
SE 10/Pj.42/2002
7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI PP No. 51 TAHUN
(2 %, 4 % dan 6%) 2008, PMK .
187/PMK.03/200
8
PPh ATAS USAHA JASA
KONSTRUKSI
(PP NO.51 TAHUN 2008 jo. PMK No.187/PMK.03/2008)
• Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
• Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi
adalah:
 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud di atas;
 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau
Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha; dan
 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
Tax Planning PPh Ps. 4(2)
• Tingkatkan pemahaman yang
komprehensif
mengenai peraturan tentang PPh Ps. 4(2)
• Identifikasi obyek pajak
• Pahami saat terutang pajak
• Gunakan tarif yang tepat
• Dokumentasi: SSP, dll.
kontrak,
• Tax Review dan tax reconciliation
Tax Planning PPh Ps. 4 (2)
• Untuk penagihan dari pengusaha konstruksi:
– Penentuan kualifkasi usaha: stratifikasi yang
ditentukan
berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi.
– Penyedia jasa harus menyerahkan Surat Ijin Usaha
Jasa
PPh untuk jasa
Konstruksi agarkonstruksi
pengenaan atas
pajaknya sesuai
seluruh dengantanpa
tagihan tarif
perbedaan antara material dan jasa.
– Jika tidak ada SIUJK  potong PPh sesuai
dengan klasifikasi tidak memiliki kualifikasi usaha.
Strategi Efisiensi PPh Badan
1. Menunda penghasilan atau mempercepat pengakuan biaya/beban;

2. Permohonan penurunan angsuran PPh Pasal 25 dan SKB PPh 22/23;


3. Pengelolaan transaksi yang biayanya tidak boleh dikurangkan secara fiskal;
4. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan

kepada karyawan;

5. Optimalisasi
pengkreditan
6.
pajak yang telah
7. dibayar;
8. Penyertaan pada
Perseroan
Terbatas Dalam
Negeri;

Anda mungkin juga menyukai