Zat-zat nutrien dan elemen yang dibutuhkan dalam kultivasi fungi yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan formasi produk yang dihasilkan:
1. Oksigen
2. Hidrogen
3. Mineral makro (C, N, P, K)
4. Mineral mikro (S, Mg, Fe, Zn, Cu)
Sel fungi membutuhkan komponen berkarbon sebagai sumber karbon dalam mempertahankan dan
mengembangkan pertumbuhan tubuhnya selama fase dinamis
Clado et al. (2002) melakukan studi terhadap produksi enzim kitinase oleh fungi Saccharomyces
cerevisiae, di mana penambahan glukosa (2%) sebagai sumber karbon dapat memproduksi lebih
banyak kitinase. Akan tetapi hasil yang lebih maksimal diperoleh dari medium yang lebih kompleks
dengan sumber karbon berupa galaktosa (2%)
KEBUTUHAN NUTRISI
Tidak selamanya penambahan sumber karbon dari molekul gula memberikan efek positif bagi
pertumbuhan fungi, hal yang harus dipertimbangkan adalah level optimum atau konsentrasi
pemberian pada medium
Konsentrasi glukosa dari 1- 10g l-1 merupakan range yang direkomendasikan untuk aktivitas lipase
yang optimal oleh Rhizopus arrhizus
Aspergillus carneus dengan medium glukosa pada 0,8% (w/v) merupakan dosis optimal untuk
produksi lipase
Elibor dan Ozer (2000) merekomendasikan range konsentrasi glukosa yang lebih kecil untuk
produksi lipase yaitu sebesar 1 dan 2,5 g/L, penambahan konsentrasi di atas nilai tersebut dapat
menekan produksi enzim lipase
KEBUTUHAN NUTRISI
TEMPERATUR
TEMPERATUR
Kultivasi fungi sangat dipengaruhi oleh temperatur, apabila berada di atas ambang batas toleransi
dapat menyebabkan rendahnya pertumbuhan dan sebaliknya apabila berada pada temperatur yang
suitable dapat berdampak pada hasil yang optimal
Ada 3 mode dalam mengatur temperatur selama kultivasi fungi berlangsung yaitu:
1. Konstan/single
2. Dua tahap/two stage
3. Oskilatori
Perubahan temperatur dapat mempengaruhi:
1. Konsentrasi produksi enzim fungi
2. Laju pertumbuhan
3. Laju fermentasi
4. Viabilitas
5. Panjang fase lag
6. Fungsi membran
TEMPERATUR
Komparasi dalam strategi pengaturan temperatur fermentasi single (30oC), two stage dan oskilatori
tidak mempengaruhi produksi biomassa dan biosintesis enzim elastase oleh Bacillus sp. EL 31410
Sener dan Cabas (2007) melakukan kajian terhadap pengaruh temperatur 18 dan 25 oC Zymoflore VL1
dan Saccharomyces cerevisiae, tidak menemukan fase lag selama pertumbuhan kedua sel ragi
tersebut
Hal yang lebih menarik, pada keadaan temperatur yang tidak tetap pada suhu 33 oC pada 24 jam
pertama kemudian diturunkan pada suhu 27 oC dapat mempersingkat proses fermentasi dari 96 jam
menjadi 76 jam
pH
pH
pH 5,5 merupakan nilai optimal dalam memproduksi β-glukosidase (16,6 U ml -1 min-1) oleh
Trichoderma viridae
Fusarium globulosum yang memproduksi lipase pada pH netral (7) walaupun dia tetap dapat
memproduksi enzim dengan range pH 3 - 10
Krik et al. (1978) melakukan studi pada Phanerochaete chrysosporium yang memproduksi
manganase peroksidase dapat merubah pH medium dari 4,5 – 6,0 menjadi 5,0
Komparasi dalam strategi pengaturan temperatur fermentasi single (30oC), two stage dan oskilatori
tidak mempengaruhi produksi biomassa dan biosintesis enzim elastase oleh Bacillus sp. EL 31410
Sener dan Cabas (2007) melakukan kajian terhadap pengaruh temperatur 18 dan 25 oC Zymoflore VL1
dan Saccharomyces cerevisiae, tidak menemukan fase lag selama pertumbuhan kedua sel ragi
tersebut
Hal yang lebih menarik, pada keadaan temperatur yang tidak tetap pada suhu 33 oC pada 24 jam
pertama kemudian diturunkan pada suhu 27 oC dapat mempersingkat proses fermentasi dari 96 jam
menjadi 76 jam
EFEK MEKANIS & TRANSFER
OKSIGEN
OKSIGEN
Efek kecepatan agitasi (550 – 1100 rpm) pada Aspergillus oryzae dalam kemostat (5,3 L) dapat
merubah morfologi fungi
Penambahan intensitas pengaduk (impeller) terhadap biomassa dan morfologi fungi sangat kecil
pengaruhnya
Perubahan morfologi fungi dapat diasosiasikan dengan jenis pengaduk seperti turbin Rushton, input
daya, diameter, tinggi bilah dan sudut kemiringan bilah pengaduk
Transfer oksigen pada produksi lipase oleh Rhizopus arrhizus memperhatikan oleh dua hal yaitu:
1. Pengontrolan konsentrasi oksigen
2. Pengontrolan laju aerasi
Secara keseluruhan efek kecepatan agitasi lebih kuat pengaruhnya terhadap produktivitas enzim
dibandingkan aerasi
OKSIGEN
Fermentor
KESIMPULAN
KESIMPULAN
A. Fungi dipertimbangkan sebagai sumber enzim untuk memenuhi kebutuhan industri karena
kemampuannya dalam memproduksi enzim ekstraseluler yang baik
B. Selama proses fermentasi berlangsung di mana pembentukan enzim membutuhkan karbon, nitrogen,
ion metal dengan kuantitas makro dan mikro
C. Kebutuhan oksigen melalui suplai gas oksigen harus diperhatikan untuk pertumbuhan fungi aerobik
D. Tingkat pH dan temperatur dapat disesuaikan untuk mendapatkan hasil yang optimal
E. Pencampuran secara mekanis dalam fermentor harus diperhatikan untuk menghindari kerusakan sel
fungi
F. Kecepatan agitasi dan jenis pengaduk harus diseleksi agar tidak mempengaruhi proses fermentasi
yang dapat menyebabkan turunnya produksi enzim
Thanks!