Anda di halaman 1dari 37

PROSES KEPERAWATAN DALAM

PELAYANAN HOME CARE


KEPERAWATAN HOME CARE
KELOMPOK VI :
1. LILIK SUPARWATI (P07220218010)

2. LOIS GREIS DOMBULAN (P07220218011)

3. MARIA REGOLINDA OLO (P07220218012)

4. M. BALEGH PRASTA PRIBADI (P07220218017)

5. PRISKA (P07220218026)

6. RIZA NUR FAUZI (P07220218028)

7. YUDISTIRA WAHYU PRADANA (P07220218039)


Pengertian Home Care

Home Care adalah komponen dari pelayanan kesehatan yang


komprehensif dimana pelayanan kesehatan disediakan untuk
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan
mempromosikan, mempertahankan atau memaksimalkan level
kemandirian serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan
kesakitan termasuk di dalamnya penyakit terminal. Definisi ini
menggabungkan komponen dari home care meliputi pasien,
keluarga, pemberi pelayanan yang profesional (multidisiplin) dan
tujuannya, yaitu untuk membantu pasien kembali pada level
kesehatan optimum dan kemandirian.
Proses Keperawatan Pada Home Care

1. Mekanisme Pelayanan Home Care


Berikut ini adalah mekanisme pelayanan Home Care menurut
Triwibowo (2012)
a. Proses Penerimaan Kasus
b. Proses Pelayanan Keperawatan Kesehatan di Rumahome
1)Persiapan
2)Pelaksanaan
3)Monitoring dan evaluasi
4)Proses penghentian pelayanan keperawatan
Gambaran Pelayanan Asuhan Keperawatan Home Care

Menurut Azwar (1996), pelayanan asuhan keperawatan profesional


membutuhkan strategi dan standar kompetensi tertentu, untuk
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu.
American Nurses Association ( ANA) 1998 telah mengembangkan
standar praktek perawatan rawat rumah yang mewajibkan perawat
untuk selalu mengkaji mutu asuhan dan mengembangkan upaya
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Gambaran aktifitas asuhan keperawatan pasien rawat
rumah, menurut Smith (1995), terbagi menjadi beberapa
fase dari kunjungan rumah sebagai berikut

Pengkajian Diagnosa
Keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi

1)Pengkajian riwayat
Diagnosa keperawatan dirumuskan Perencanaan merupakan proses
kesehatan Implementasi keperawatan dilakukan
Evaluasi dilakukan
berdasarkan data yang terkumpul penyusunan strategi atau intervensi sesuai dengan prosedur keperawatan
2)Pengkajian lingkungan sosial untuk mengukur
hasil pengkajian dan discharge
untuk merefleksi respon pasien. keperawatan yang dibutuhkan untuk planning yang ada, menetapkan efektifitas dan efisiensi
dan budaya pelayanan yang telah
Diagnose keperawatan yang mencegah, mengurangi, memelihara, masalah dan kebutuhan pelayanan
keperawatan serta melaksanakan dilakukan dan sejauh
3)Pengkajian spiritual mana pemanfaatan
dirumuskan berkaitan dengan atau mengatasi masalah kesehatan prosedur tindakan keperawatan sesuai
mencakup nilai dan keyakinan kebutuhan pasien seperti memasang sumber-sumber yang
masalah actual, dan resiko, atau pasien yang telah diidentifikasi dan tersedia.
yang dianut yang kateter, merawat luka, perawatan
potensial.content telah divalidasi selama fase perumusan kolostomi, penggantian peritoneal
mempengaruhi kesehatan dialysis, dll.
diagnosa.content
Tujuan proses keperawatan
Hidayat (2021), tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menghasilkan
asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi sehingga masalah kebutuhan klien dapat
teratasi. Sedangkan untuk mencapai tujuan umum tersebut terdapat tujuan khusus yang
sesuai dengan tahapan dari proses keperawatan yang harus dicapai yaitu :

Perawat mampu menentukan


Perawat mampu rencana tindakan
mengidentifikasi keperawatan yang cocok
berbagai kebutuhan untuk mengatasi masalah
dasar klien.content klien.

Perawat mampu Perawat melakukan


menentukan masalah evaluasi dari tindakan
yang telah dilakukan,
keperawatan pada untuk menentukan
klien setelah dilakukan tingkat keberhasilan
identifikasi masalah. asuhan keperawatan.
Manurung (2011), tujuan proses keperawatan adalah sebagai
berikut:

1 Mengaplikasikan metode pemecahan


masalah dalam praktik keperawatan.

01

2 Menggunakan standar untuk 02 03 3 Memperoleh metoda yang


praktik keperawatan. baku dan sesuai, rasional dan
sistematis dalam memberikan
asuhan keperawatan pada
pasien.
Memperoleh metoda yang 04 05
4
dapat digunakan dalam 5 Memperoleh hasil asuhan
segala situasi.
keperawatan dengan
kualitas tinggi.
Langkah-langkah Pelayanan Home Care
Menurut Kholifah (2012), ada beberapa fase dalam memberikan pelayanan
keperawatan keluarga

1 Fase persiapan/preinisiasi

01
2 Fase perkenalan/inisiasi 3
Fase implementasi
02 03

4 5
Fase Terminasi 04 05 Fase pasca kunjungan
KASUS KLIEN DENGAN
KONDISI KHUSUS
KLIEN DENGAN POST-PARTUM
Definisi pelayanan nifas
Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalin oleh tenaga kesehatan, Asuhan masa nifas penting
diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis
baik ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibu
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian pada masa
nifas terjadi 24 jam pertama. Demikian halnya dengan masa
neonatus juga merupakan masa krisis dari kehidupan bayi.
Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelah
persalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari
setelah lahir.
Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas
Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 x. Adapun
tujuan kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi
baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan menangani
komplikasi pada masa nifas. Kunjungan rumah memiliki
keuntungan sebagai berikut: perawat dapat melihat dan
berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang alami dan
aman serta perawat mampu mengkaji kecukupan sumber yang
ada, keamanan dan lingkungan di rumah. Sedangkan
keterbatasan dari kunjungan rumah adalah memerlukan biaya
yang banyak, jumlah perawat terbatas dan kekhawatiran
tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.
Jadwal Kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah :
Kunjungan I (6-8 Jam post-partum), Kunjungan II (6 hari postpartum), Kunjungan II (6 hari postpartum),
meliputi: meliputi: meliputi:
a) Mencegah perdarahan masa
a) Memastikan involusi uterus
nifas oleh karena atonia uteri. a) Menanyakan penyulit-penyulit
berjalan normal, uterus
b) Deteksi dan perawatan yang dialami ibu selama nmasa
berkontraksi baik, tunggi fundus
penyebab lain perdarahan serta nifas
uteri di bawah umbilikus, tidak
lakukan rujukan bila b) Memberikan konseling KB
ada perdarahan abnormal.
perdarahan berlanjut. secara dini.
b) Menilai adanya tanda-tanda
c) Pemberian ASI awal.
demam, infeksi dan perdarahan.
d) Konseling ibu dan keluarga
c) Memastikan ibu cukup istirahat,
tentang cara mencegah
makanan dan cairan.
perdarahan karena atonia uteri.
d) Memastikan ibu menyusui dengan
e) Mengajarkan cara mempererat
baik dan benar serta tidak ada
hubungan ibu dan bayi baru
tanda-tanda kesulitan menyusui.
lahir.
e) Memberikan konseling tentang
f) Menjaga bayi tetap sehat
perawatan bayi baru lahir.
melalui pencegahanhipotermi.
Asuhan lanjutan masa nifas di rumah
Prinsip pemberian asuhan lanjutan
1
pada masa nifas di rumah

01

2 02 03 3 Merencanakan tujuan
Perencanaan kunjungan
rumah yang ingin di capai dan
menyusun alat serta
perlengkapan yang
4 04 digunakan
Keamanan pada saat
kunjungan rumah
Pelaksanaan asuhan masa nifas di rumah
1 Pada saat ibu baru pulang dari rumah sakit

01
2 3
Kunjungan post natal 02 03 Pengamatan pada
rutin psikologi ibu
Pendidikan kesehatan
masa nifas

Gizi : Kebersihan diri/bayi: Istirahat/tidur:


Pendidikan kesehatan kebersihan Pendidikan kesehatan untuk ibu
Pendidikan kesehatangizi
nifas dalam hal istirahat/tidur
diri untuk ibu nifas antara lain:
untuk ibu menyusui antara meliputi: menganjurkan ibu untuk
menganjurkan kebersihan seluruh
lain: konsumsi tambahan cukup istirahat, menyarankan ibu
tubuh, mengajarkan ibu cara untuk kembali ke kegiatan rumah
500 kalori setiap hari,
membersihkan daerah kelamin, secara perlahan-lahan, menjelaskan
makan dengan diet menyarankan ibu untuk pada ibu bahwa kurang istirahat
seimbang, minum sedikitnya mengganti pembalut, akan pengaruhi ibu dalam jumlah
3 liter air setiap hari, tablet menyarankan ibu untuk cuci ASI yang diproduksi, memperlambat
proses involusi uterus dan
zat besi harus diminum tangan sebelum dan sesudah
memperbanyak perdarahan,
selama 40 hari pasca membersihkan daerah kelamin,
menyebabkan depresi dan
jika ibu mempunyai luka
bersalin dan minum kapsul ketidakmampuan untuk merawat
episiotomi atau laserasi, bayi serta diri sendiri
vitamin A (200.000 unit).
menyarankan untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
Pendidikan kesehatan
masa nifas

Hubungan seks dan KB :


Pemberian asi: Latihan/senam nifas:
Pendidikan kesehatan tentang
Pendidikan kesehatan untuk ibu Pendidikan kesehatan tentang
seks dan keluarga berencana
nifas dalam pemberian ASI latihan/senam nifas meliputi:
yaitu: hubungan seks dan KB
sangat bermanfaat, karena mendiskusikan pentingnya
dapat dilakukan saat darah
pemberian ASI merupakan cara pengembalian otot-otot perut dan
nifas sudah berhenti dan ibu
yang terbaik untuk ibu dan bayi. panggul kembali normal;
sudah merasa nyaman,
Oleh karena itu, berikan KIE menjelaskan bahwa latihan
keputusan untuk segera
tentang proses laktasi dan ASI, tertentu beberapa menit setiap
melakukan hubungan seks dan
mengajarkan cara perawatan hari dapat bantu mempercepat
KB tergantung pada pasangan
payudara. pengembalian otot-otot perut dan
yang bersangkutan, berikan KIE
panggul kembali normal.
tentang alat kontrasepsi KB.
KLIEN DENGAN LANJUT USIA (LANSIA)
Strategi komunikasi pada pasien dengan kondisi lansia
• Dekati klien dari depan,jangan dari belakang untuk mencegah respons terkejut
 Orientasi dan perkenalkan diri kepada klien dengan tepat
 Berbicara dengan perlahan,tenang dan tidak berburu buru
 Meluruskan klien secara perlahan tentang kesalahan persepsinya setelah terjalin hubungan saling percaya
 Gunakana sentuhan yang bijaksana,dan minta ijin sebelum menyentuh klien
 Perinci setiap perintah menjadi langkah-langkah sederhama yang dapat dicapai
 Perhatikan saat klien menggunakan konfabulasi (suka mengarang hal-hal yang tidak bisa diingat)
 Buat pernyataan yang spesifik dan terfokus (contoh “Anda membutuhkan jaket anda”)
 Berkomunikasi secara nonverbal jika klien sudah kehilangan penggunaan bahasa.
Diagnosa keperawatan : Risiko terhadap trauma/cedera

Tujuan Khusus 1 : Klien dan keluarga akan mengamankan segala bentuk bahaya yang mugkin terjadi dalam lingkungan rumah
dan sekitar 
Kriteria hasil:
 Dapat beradaptasi dengan lingkungan umtuk mengurangi risiko trauma/cedera
 Mengurangi potensi mengalam trauma/cedera
Intervensi:
 Ciptakan agar lingkugan aman dengan cara menyimpan semua benda yang berpotensi berbahaya didalam temapat
aman,terkunci dan diberi label
 Identifikasi tempat yang aman bagi klien didalam rumah dan pertahankan supaya tempat tersebut tetap bebas dari berbahaya
 Simpan semua obat-obatan seperti aspirin dll
Tujuan Khusus 2 : Klien berpartisipasi dalam aktivitas kegiatan sehari-hari yang
Menyenangkan dengan pengawasan yang ketat
 
Kriteria hasil:
 Meningkatkan tingkat aktivitas
 Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahao-tahap untuk memperbaikinya
 
Intervensi:
 Dampingi klien selama ambulasi,dan bawa klien ke luar ruangan untuk olahraga jika memungkinkan
 Minimal dan awasi secara ketat setiap pengeloahan makanan dan minuman
 
Diagnosa Keperawatan :Defisit perawatan Diri
Tujuan Khusus 1 : Klien memaksimalkan partisipasi dalam aktivitas personal hygiene dan aktivitas perawatan diri
Kriteria Hasil:
 Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan
 Mampu melakukan aktivitas persona hygiene sesuai dengan tingkat kemampuan
 Mampu melakukan aktivitas ke toilet sesuai dengan tingkat kemampuan
Intervensi:
 Identifikasi kesulitan dala melakukan aktivitas perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit)personal hygiene (mandi/gosok gigi)
toileting(Eliminasi urin dan feses) keteratasan gerak fisik,kesadaran apatis,depresi atau penurunan kognitif
 Identifikasi kebutuhan perawatan diri (Perawatan rambut/kuku/kulit)Personal hygiene(mandi/gosok gigi) Toileting (eliminasi urin dan feses)
dan berikan bantuan jika diperlukan
 Dorong klien untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri(rambut/kuku/kulit)personal hygiene (mandi/gosok gigi) Toileting (eliminasi urin dan
feses) yang dapat dilakuka dengan aman,mandiri dan tanpa mengeluarkan banyak energy.
 
Tujuan Khusus 2 : Klien mempertahankan jadual tidur,istirahat dan aktivitas yang cukup
 
Kriteria hasil:
 Memahami faktor penyebab ga
 ngguan tidur
 Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat
 TAmpak atau melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
Intervensi:
 Buat jadual aktivitas yang mencakup istirahat setelah melakukan aktivitas
 Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berefek negative terhadap tidur pada malam hari
 Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien(missal minum susu hangan sebelum tidur)
 Memberikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan kualitas tidur,seperti mematikan lampu,ventilasi ruang adekuat dll
 
Terapi

Metode terapi dibagi menjadi 2 yaitu:


a. Terapi kelompok
 Tingkatkan orientasi ke lingkungan dan diskusikan secara singkat peristiwa-peristiwa yang
terkait baru saja terjadi
 Diskusikan keadaan disini dan saat ini utnuk periode waktu yang singkat
 Doreng terapi mengenang, yang berfokus pada berbagai pengalaman tentang memori masa lalu
 Batasi pembicaraan pada hal-hal yang sudah dikenal dan bermakna untuk member penguatan
pada realita dan mendorong klien untuk berpartisipasi
 Bantu para partisipan untuk bicara mengenai masa lalu mereka sebagai cara untuk meningkatkan
harga diri
 Dorong klien untuk berbicara dengan orang lain
a. Terapi di Keluarga
 Sediakan imformasi dan dukungan emosional untuk keluarga selama tiga fase demensia
 Bantu keluarga umtuk membentuk jaringan pendukung sosial
 Ajarkan kepada keluarga cara menangani atau memperjuangkan kebutuhan perawatan diri klien
 Identifikais sumber-sumber komunitas,layanan keperawatan dan layanan pembantu rumah tangga yang
terampil,serta kelompok pendukung untuk pemberi perawatan dan amggota pkeluarga yang lain
 Evaluasi lingkungan rumah,dan bantu keluarga untuk mencipatakan perubahan yang penting bagi keamanan
 Dorong keluarga untuk menyatakan secara verbal perasaan,kekhawatairan dan rasa frustasi mereka berkenan
dengan situais yang mereka hadapi
 Bantu anggota keluarga untuk mengantisipasi rasa berduka karena kehilangan yang yang mereka cintai
 
KLIEN DENGAN GANGGUAN
KESEHATAN MENTAL
Definisi Kesehatan Mental
Definisi menurut WHO, kesehatan mental adalah “a state of well-
being in which the individual realizes his or her own abilities, can
cope with the normal stresses of life, canwork productively and
fruitfully, and is able to contribute to his or her community”.

Dengan demikian berdasarkan definisi WHO, orang yang sehat


mental setidaknya memenuhi empat aspek yaitu :
1. Mampu menyadari kemampuannnya
2. Dapat mengatasi tekanan hidup secara normal
3. Dapat melakukan pekerjaan secara produktif dan menghasilkan
manfaat
4. Mampu berkontribusi terhadap komunitas
Determinan Kesehatan Mental

Faktor determinan/penyebab yang sering


disebut dengan Sosial Determinant menurut
(Herrman, Moodie, Saxena, Izutsu, & Tsutsumi,
2017) :
1. Kemiskinan (baik kemiskinan absolut atau
relative)
2. Ketidaksetaraan gender
3. Pengucilan secara sosial
4. Kekerasan (violance)
Dalam buku berjudul The Social Determinants of Mental Health disebutkan
sembilan determinan sosial dari kesehatan mental, antara lain (Shim, et al., 2015):
1 Diskriminasi Sosial

Pengalaman hidup yang


2
tidak diharapkan pada
01
usia dini atau adverse
Early Life Experience 02 03 3 Pendidikan yang buruk
(AELF)

4 Pengangguran
5 Ketidakadilan secara
(unemployment), 04 05
ekonomi (economic
pengangguran tidak kentara
inequality), kemiskinan
(underemployment), dan
(poverty), dan pengucilan
ketidakpastian pekerjaan (job
oleh tetangga
insecurity). (neighborhod deprivation).
Dalam buku berjudul The Social Determinants of Mental Health disebutkan
sembilan determinan sosial dari kesehatan mental, antara lain (Shim, et al., 2015):
6 Ketidakpastian terhadap pangan
(Food insecurity)
Kualitas perumahan yang
7
buruk (poor housing 8
06 Pengembangan
quality) dan
ketidakstabilan dalam
lingkungan yang tidak
07 08
perumahan (housing diharapkan (adverse
instability) features of the built
environment)
9 09
Akses yang buruk terhadap
pelayanan kesehatan mental
Pelayanan Kesehatan Mental

Pelayanan kesehatan mental tingkat pertama atau


primary care mental health menurut WHO berkaitan
dengan dua aspek (Gask, Lester, Kendrick, & Paveler,
2009) :
1. Intervensi kesehatan mental tingkat pertama yang
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
keseluruhan
2. Pelayanan kesehetan mental oleh petugas
kesehatan tingkat pertama yang memiliki
keterampilan, kemampuan, dan dukungan terhadap
pelayanan kesehatan mental
S t rate gi Pe n c e ga h an Da la m Ke s e h atan M e ntal
Jenis Intervensi Sasaran Populasi Tujuan Contoh
Promosi Masyarakat secara umum Meningkatkan kehidupan secara psikologis Program kesehatan mental di
Kesehatan Mental atau seluruh populasi dan mempertinggi kemampuan untuk sekolah tingkat dasar untuk
menerima tahap-tahap perkembangan mengajarkan cara makan yang
hidup. Memperkuat kemampuan untuk sehat, atau untuk
beradaptasi dalam rangka membangun meningkatkan keterampilan
ketahanan dan kompetensi mengatasi masalah mental.

Pencegahan Masyarakat secara umum Mencegah berkembangnya satu atau lebih Program kesehatan mental di
primer secara atau seluruh populasi, kondisi yang berisiko terhadap gangguan sekolah yang bertujuan
universal terutama pada individu yang mental pada seluruh populasi. Intervensi ini mengatasi “bullying”
berisiko memiliki efeftivitas tinggi, aman dan
berbiaya rendah

Pencegahan Individu atau kelompok Mengembangkan kemampuan individu atau Intervensi terhadap pasien
primer secara populasi yang memiliki risiko kelompok individu dalam mencegah kondisi yang memiliki keturunan
selektif lebih tinggi dibandingkan yang yang dapat menimbulkan gangguan mental. menderita gangguan mental
lainnya terhadap gangguan Intervensi ini efektif dan berisiko rendah
mental berdasarkan faktor- terhadap efek samping serta berbiaya
faktor biologis, psikologis dan sedang.
sosial (biopsikososial)
Jenis Intervensi Sasaran Populasi Tujuan Contoh

Pencegahan Individu yang terdeteksi Mengobati manifestasi subklinis untuk Intervensi terhadap pasien
primer bagi berisiko tinggi dan terdapat mencegah gangguan mental berkembang yang secara klinis berisiko
individu manifestasi klinis, namun menjadi lebih luas. Mencegah kondisi yang mengalami psikosis (seperti
terindikasi belum ditemukan diagnosa menimbulkan risiko pda individu dan memperlihatkan gejala-gejala
secara klinis memperkuat kemampuan individu dalam kelemahan psikis dan
membangun ketahanan hidup. Intervensi ini pengurangan fungsi dalam
membutuhkan biaya tinggi dan kehidupan)
kemungkinan berisiko tinggi.

Pencegahan Individu yang terdiagnonosis Deteksi dini dan melakukan pencegahan Intervensi untuk meningkatkan
sekunder secara klinis mengalami terhadap pasien yang terdiagnosa deteksi dini dan akses
gangguan mental tingkat awal mengalami gangguan mental. Intervensi ini terhadap pelayanan kesehatan
menghasilkan pengobatan yang memadai, pada pasien yang mengalami
meningkatkan kepuasan terhadap depresi agar tidak terlampau
pengobatan, mengurangi penyalahgunaan lama tertangani.
zat terlarang, dan mencegah kekambuhan.
Pencegahan Individu yang memiliki Mengobati penyakit mental yang sudah ada Intervensi untuk menghentikan
tersier gangguan mental untuk mencegah memburuknya penyakit, merokok dan memperbaiki pola
disabilitias, dan kondisi-kondisi lanjutan. pikir pasien skizoprenia.
Mencegah bunuh diri dengan
terapi Lithium pada pasien
gangguan bipolar (bipolar
disorder)
Contoh pelayanan kesehatan mental di fasilitas kesehatan primer
antara lain (World Health Organization,
Add a headline here 2003) :

1 Dokter umum, perawat, dan petugas kesehatan lainnya memberikan layanan


di faskes primer seperti menyediakan layanan diagnostic, pengobatan dan
layanan rujukan bagi gangguan mental

2 Dokter umum, perawat dan petugas kesehatan lainnya melakukan


kunjungan rumah (home visit) untuk mengelola gangguan mental pasien

3 Staff non-medis terlibat dalam promosi kesehatan promosi kesehatan dan


upaya pencegahan, seperti memberikan edukasi kesehatan mental, dan
deteksi dini gangguan mental di sekolah.

4 Petugas kesehatan faskes pertama dan petugas perbantuan memberikan


intervensi berbentuk penyampain informasi, edukasi, pedoman, dan
pengobatan terhadap trauma pada bencana alam dan aksi-aksi kekerasan
Kebijakan Kesehatan Mental
1 Undang-undang No.36 tahun 2009 BAB IX Pasal
144-151 mengatur tentang kesehatan jiwa

2
Undang-Undang No. 01
18 Tahun 2014 tentang 3 Permenkes No. 54 tahun 2017
02 03 tentang Penanggulangan
Kesehatan Jiwa
Pemasungan pada Orang
dengan Gangguan Jiwa
4 Kepmenkes No. 220 tahun 05
2002 tentang Pedoman 04 5 Kepmenkes No. 48 tahun
Umum Tim Pembina, Tim 06 2006 tentang Pedoman
Pengarah, Tim Pelaksana Penanggulangan Masalah
Kesehatan Jiwa Kesehatan Jiwa dan
Masyarakat (TPKJM). Kepmenkes No. 406 tahun Psikososial Masyarakat
6 Akibat Bencana Dan
2009 tentang Kesehatan Jiwa
Komunitas Konflik
THANK YOU
Any Question?

Department:XXX Date : 2019.12.25

Anda mungkin juga menyukai