5. PRISKA (P07220218026)
Pengkajian Diagnosa
Keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi
1)Pengkajian riwayat
Diagnosa keperawatan dirumuskan Perencanaan merupakan proses
kesehatan Implementasi keperawatan dilakukan
Evaluasi dilakukan
berdasarkan data yang terkumpul penyusunan strategi atau intervensi sesuai dengan prosedur keperawatan
2)Pengkajian lingkungan sosial untuk mengukur
hasil pengkajian dan discharge
untuk merefleksi respon pasien. keperawatan yang dibutuhkan untuk planning yang ada, menetapkan efektifitas dan efisiensi
dan budaya pelayanan yang telah
Diagnose keperawatan yang mencegah, mengurangi, memelihara, masalah dan kebutuhan pelayanan
keperawatan serta melaksanakan dilakukan dan sejauh
3)Pengkajian spiritual mana pemanfaatan
dirumuskan berkaitan dengan atau mengatasi masalah kesehatan prosedur tindakan keperawatan sesuai
mencakup nilai dan keyakinan kebutuhan pasien seperti memasang sumber-sumber yang
masalah actual, dan resiko, atau pasien yang telah diidentifikasi dan tersedia.
yang dianut yang kateter, merawat luka, perawatan
potensial.content telah divalidasi selama fase perumusan kolostomi, penggantian peritoneal
mempengaruhi kesehatan dialysis, dll.
diagnosa.content
Tujuan proses keperawatan
Hidayat (2021), tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menghasilkan
asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi sehingga masalah kebutuhan klien dapat
teratasi. Sedangkan untuk mencapai tujuan umum tersebut terdapat tujuan khusus yang
sesuai dengan tahapan dari proses keperawatan yang harus dicapai yaitu :
01
1 Fase persiapan/preinisiasi
01
2 Fase perkenalan/inisiasi 3
Fase implementasi
02 03
4 5
Fase Terminasi 04 05 Fase pasca kunjungan
KASUS KLIEN DENGAN
KONDISI KHUSUS
KLIEN DENGAN POST-PARTUM
Definisi pelayanan nifas
Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalin oleh tenaga kesehatan, Asuhan masa nifas penting
diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis
baik ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibu
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian pada masa
nifas terjadi 24 jam pertama. Demikian halnya dengan masa
neonatus juga merupakan masa krisis dari kehidupan bayi.
Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelah
persalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari
setelah lahir.
Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas
Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 x. Adapun
tujuan kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi
baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan menangani
komplikasi pada masa nifas. Kunjungan rumah memiliki
keuntungan sebagai berikut: perawat dapat melihat dan
berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang alami dan
aman serta perawat mampu mengkaji kecukupan sumber yang
ada, keamanan dan lingkungan di rumah. Sedangkan
keterbatasan dari kunjungan rumah adalah memerlukan biaya
yang banyak, jumlah perawat terbatas dan kekhawatiran
tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.
Jadwal Kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah :
Kunjungan I (6-8 Jam post-partum), Kunjungan II (6 hari postpartum), Kunjungan II (6 hari postpartum),
meliputi: meliputi: meliputi:
a) Mencegah perdarahan masa
a) Memastikan involusi uterus
nifas oleh karena atonia uteri. a) Menanyakan penyulit-penyulit
berjalan normal, uterus
b) Deteksi dan perawatan yang dialami ibu selama nmasa
berkontraksi baik, tunggi fundus
penyebab lain perdarahan serta nifas
uteri di bawah umbilikus, tidak
lakukan rujukan bila b) Memberikan konseling KB
ada perdarahan abnormal.
perdarahan berlanjut. secara dini.
b) Menilai adanya tanda-tanda
c) Pemberian ASI awal.
demam, infeksi dan perdarahan.
d) Konseling ibu dan keluarga
c) Memastikan ibu cukup istirahat,
tentang cara mencegah
makanan dan cairan.
perdarahan karena atonia uteri.
d) Memastikan ibu menyusui dengan
e) Mengajarkan cara mempererat
baik dan benar serta tidak ada
hubungan ibu dan bayi baru
tanda-tanda kesulitan menyusui.
lahir.
e) Memberikan konseling tentang
f) Menjaga bayi tetap sehat
perawatan bayi baru lahir.
melalui pencegahanhipotermi.
Asuhan lanjutan masa nifas di rumah
Prinsip pemberian asuhan lanjutan
1
pada masa nifas di rumah
01
2 02 03 3 Merencanakan tujuan
Perencanaan kunjungan
rumah yang ingin di capai dan
menyusun alat serta
perlengkapan yang
4 04 digunakan
Keamanan pada saat
kunjungan rumah
Pelaksanaan asuhan masa nifas di rumah
1 Pada saat ibu baru pulang dari rumah sakit
01
2 3
Kunjungan post natal 02 03 Pengamatan pada
rutin psikologi ibu
Pendidikan kesehatan
masa nifas
Tujuan Khusus 1 : Klien dan keluarga akan mengamankan segala bentuk bahaya yang mugkin terjadi dalam lingkungan rumah
dan sekitar
Kriteria hasil:
Dapat beradaptasi dengan lingkungan umtuk mengurangi risiko trauma/cedera
Mengurangi potensi mengalam trauma/cedera
Intervensi:
Ciptakan agar lingkugan aman dengan cara menyimpan semua benda yang berpotensi berbahaya didalam temapat
aman,terkunci dan diberi label
Identifikasi tempat yang aman bagi klien didalam rumah dan pertahankan supaya tempat tersebut tetap bebas dari berbahaya
Simpan semua obat-obatan seperti aspirin dll
Tujuan Khusus 2 : Klien berpartisipasi dalam aktivitas kegiatan sehari-hari yang
Menyenangkan dengan pengawasan yang ketat
Kriteria hasil:
Meningkatkan tingkat aktivitas
Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahao-tahap untuk memperbaikinya
Intervensi:
Dampingi klien selama ambulasi,dan bawa klien ke luar ruangan untuk olahraga jika memungkinkan
Minimal dan awasi secara ketat setiap pengeloahan makanan dan minuman
Diagnosa Keperawatan :Defisit perawatan Diri
Tujuan Khusus 1 : Klien memaksimalkan partisipasi dalam aktivitas personal hygiene dan aktivitas perawatan diri
Kriteria Hasil:
Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan
Mampu melakukan aktivitas persona hygiene sesuai dengan tingkat kemampuan
Mampu melakukan aktivitas ke toilet sesuai dengan tingkat kemampuan
Intervensi:
Identifikasi kesulitan dala melakukan aktivitas perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit)personal hygiene (mandi/gosok gigi)
toileting(Eliminasi urin dan feses) keteratasan gerak fisik,kesadaran apatis,depresi atau penurunan kognitif
Identifikasi kebutuhan perawatan diri (Perawatan rambut/kuku/kulit)Personal hygiene(mandi/gosok gigi) Toileting (eliminasi urin dan feses)
dan berikan bantuan jika diperlukan
Dorong klien untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri(rambut/kuku/kulit)personal hygiene (mandi/gosok gigi) Toileting (eliminasi urin dan
feses) yang dapat dilakuka dengan aman,mandiri dan tanpa mengeluarkan banyak energy.
Tujuan Khusus 2 : Klien mempertahankan jadual tidur,istirahat dan aktivitas yang cukup
Kriteria hasil:
Memahami faktor penyebab ga
ngguan tidur
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat
TAmpak atau melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
Intervensi:
Buat jadual aktivitas yang mencakup istirahat setelah melakukan aktivitas
Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berefek negative terhadap tidur pada malam hari
Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien(missal minum susu hangan sebelum tidur)
Memberikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan kualitas tidur,seperti mematikan lampu,ventilasi ruang adekuat dll
Terapi
4 Pengangguran
5 Ketidakadilan secara
(unemployment), 04 05
ekonomi (economic
pengangguran tidak kentara
inequality), kemiskinan
(underemployment), dan
(poverty), dan pengucilan
ketidakpastian pekerjaan (job
oleh tetangga
insecurity). (neighborhod deprivation).
Dalam buku berjudul The Social Determinants of Mental Health disebutkan
sembilan determinan sosial dari kesehatan mental, antara lain (Shim, et al., 2015):
6 Ketidakpastian terhadap pangan
(Food insecurity)
Kualitas perumahan yang
7
buruk (poor housing 8
06 Pengembangan
quality) dan
ketidakstabilan dalam
lingkungan yang tidak
07 08
perumahan (housing diharapkan (adverse
instability) features of the built
environment)
9 09
Akses yang buruk terhadap
pelayanan kesehatan mental
Pelayanan Kesehatan Mental
Pencegahan Masyarakat secara umum Mencegah berkembangnya satu atau lebih Program kesehatan mental di
primer secara atau seluruh populasi, kondisi yang berisiko terhadap gangguan sekolah yang bertujuan
universal terutama pada individu yang mental pada seluruh populasi. Intervensi ini mengatasi “bullying”
berisiko memiliki efeftivitas tinggi, aman dan
berbiaya rendah
Pencegahan Individu atau kelompok Mengembangkan kemampuan individu atau Intervensi terhadap pasien
primer secara populasi yang memiliki risiko kelompok individu dalam mencegah kondisi yang memiliki keturunan
selektif lebih tinggi dibandingkan yang yang dapat menimbulkan gangguan mental. menderita gangguan mental
lainnya terhadap gangguan Intervensi ini efektif dan berisiko rendah
mental berdasarkan faktor- terhadap efek samping serta berbiaya
faktor biologis, psikologis dan sedang.
sosial (biopsikososial)
Jenis Intervensi Sasaran Populasi Tujuan Contoh
Pencegahan Individu yang terdeteksi Mengobati manifestasi subklinis untuk Intervensi terhadap pasien
primer bagi berisiko tinggi dan terdapat mencegah gangguan mental berkembang yang secara klinis berisiko
individu manifestasi klinis, namun menjadi lebih luas. Mencegah kondisi yang mengalami psikosis (seperti
terindikasi belum ditemukan diagnosa menimbulkan risiko pda individu dan memperlihatkan gejala-gejala
secara klinis memperkuat kemampuan individu dalam kelemahan psikis dan
membangun ketahanan hidup. Intervensi ini pengurangan fungsi dalam
membutuhkan biaya tinggi dan kehidupan)
kemungkinan berisiko tinggi.
Pencegahan Individu yang terdiagnonosis Deteksi dini dan melakukan pencegahan Intervensi untuk meningkatkan
sekunder secara klinis mengalami terhadap pasien yang terdiagnosa deteksi dini dan akses
gangguan mental tingkat awal mengalami gangguan mental. Intervensi ini terhadap pelayanan kesehatan
menghasilkan pengobatan yang memadai, pada pasien yang mengalami
meningkatkan kepuasan terhadap depresi agar tidak terlampau
pengobatan, mengurangi penyalahgunaan lama tertangani.
zat terlarang, dan mencegah kekambuhan.
Pencegahan Individu yang memiliki Mengobati penyakit mental yang sudah ada Intervensi untuk menghentikan
tersier gangguan mental untuk mencegah memburuknya penyakit, merokok dan memperbaiki pola
disabilitias, dan kondisi-kondisi lanjutan. pikir pasien skizoprenia.
Mencegah bunuh diri dengan
terapi Lithium pada pasien
gangguan bipolar (bipolar
disorder)
Contoh pelayanan kesehatan mental di fasilitas kesehatan primer
antara lain (World Health Organization,
Add a headline here 2003) :
2
Undang-Undang No. 01
18 Tahun 2014 tentang 3 Permenkes No. 54 tahun 2017
02 03 tentang Penanggulangan
Kesehatan Jiwa
Pemasungan pada Orang
dengan Gangguan Jiwa
4 Kepmenkes No. 220 tahun 05
2002 tentang Pedoman 04 5 Kepmenkes No. 48 tahun
Umum Tim Pembina, Tim 06 2006 tentang Pedoman
Pengarah, Tim Pelaksana Penanggulangan Masalah
Kesehatan Jiwa Kesehatan Jiwa dan
Masyarakat (TPKJM). Kepmenkes No. 406 tahun Psikososial Masyarakat
6 Akibat Bencana Dan
2009 tentang Kesehatan Jiwa
Komunitas Konflik
THANK YOU
Any Question?