Anda di halaman 1dari 14

x

“HUKUM KEWARISAN x
DALAM ISLAM” Nama Anggota Kelompok 2:

 Hilma (33220036)
 Agustinra Dewi (33220037)
 Asriani (33220039)
 Natasya (33220040)
 Siti Nur Awaliah (33220041)
 Ayu (33220042)
 Putri Nur Resqi Aliani (33220043)
Pengertian

Hukum Waris Islam atau ilmu


faraidh adalah ilmu yang diketahui
siapa yang berhak mendapat waris
dan siapa yang tidak berhak, dan
juga berapa ukuran untuk setiap
ahli waris.
MANFAAT HUKUM WARIS

Adapun manfaat dari hukum waris diantaranya:


1. Terciptanya Kentetraman hidup dan suasana
kekuluargaan yang harmonis.
2. Terciptanya keadilan dan mencegah konflik.
3. Terhindar dari kedzaliman dalam pembagian harta
waris.
4. Menjaga hak-hak manusia yang telah Allah tetapkan.
5. Menjaga syariat Allah dan menyebarkannya di tengah-
tengah umat.

v
SUMBER-SUMBER HUKUM
Ketentuan-ketentuan yang mengatur masalah
waris terdapat di dalam:
1. Al-Qur’an.
2. Al Hadits.
3. Al Ijma’ dan ijtihad.

Sejumlah ketentuan tentang faraidh telah


diatur secara jelas di dalam Al-Qur’an surah
An-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 176 dan surah-surah
lainnya. Sejumlah ketentuan lahir dan diatur dalam Al
Hadits, ima’ dan ijtihad para sahabat.
ASAS PRINSIP KEWARISAN ISLAM
… TUJUAN:
… 1) Menunaikan perintah Al-Qur’an.
2) Memberikan kamaslahatan bagi kehidupan keluarga.
3) Melangsungkan keutuhan kehidupan keluarga.
4) Melakukan proses peralihan dan perolehan hak secara benar dan
bertanggung jawab.
5) Menghindarkan konflik keluarga.
6) Memperkuat ukhuwwah.
C NILAI:
Yaitu ‘Ilahiyah’ atau tauhid/nilai ini mengandung abstrak dan unversal, yaitu
segala tindakan manusia dan segala bentuk objek atau harta yang ada di dunia,
semuanya dalam kendali/kekuasaan Allah SWT. karena nilai harus pula
terimplementasi dalam sistem kewarisan islam dalam asas/prinsip.
RUKUN WARIS

1. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia, dan ahli warisnya


berhak untuk mewarisi harta peninggalannya.
2. Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau
menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan
kekerabatan (nasab) atau ikatan pernikahan, atau lainnya.
3. Harta warisan, yaitu segala jenis benda atau kepemilikan yang
ditinggalkan pewaris, baik berupa uang, tanah, dan sebagainya.
SYARAT WARIS

Syarat-syarat waris ada tiga:


1. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun
secara hukum (misalnya dianggap telah meninggal).
2. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris
meninggal dunia.
3. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah
bagian masing-masing.
v

PERUNTUKAN HARTA PENINGGALAN

Harta peninggalan secara berturut-


turut, diperuntukkan bagi:
1. Biaya perawatan.
C 2. Utang-utang.
3. Wasiat.
4. Waris.


1. Dzulfaraidh
Dzulfaraidh adalah ahli waris yang menerima c
bagian pasti, yaitu ayah, ibu, c
janda, dan duda. Artinya, bagian untuk ahli waris
ini dikeluarkan terlebih dahulu dalam perhitungan
pembagian warisan.
2. Dzulqarabat
Dzulqarabat adalah ahli waris yang
mendapatkan bagian tidak tentu.
c
PENERIMA Mereka memperoleh warisan sisa setelah
WARISAN c bagian ahli waris dzulfaraidh telah dikeluarkan.
Kelompok ini berisi anak perempuan dan laki-
laki dari pewaris.
3. Dzul-arham
Dzul-arham adalah kerabat jauh atau orang
yang menerima warisan jika
kelompok dzulfaraidh dan dzulqarabat tidak ada

Yang tergolong kelompok Dzul-arham
adalah :
Cucu laki-laki dan perempuan dari anak perempuan;
Anak laki-laki dan perempuan dari cucu perempuan;
Kakek dari pihak ibu dan nenek dari pihak kakek;
Anak perempuan dari saudara laki-laki (sekandung, sebapak, atau seibu);
Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu;
Anak saudara perempuan sekandung, sebapak, dan seibu;
Saudara perempuan bapak dan saudara perempuan kakek;
Saudara laki-laki seibu dengan bapak dan saudara laki-laki seibu dengan
kakek;
Saudara laki-laki dan perempuan dari ibu; dan
Anak perempuan paman dan bibi dari pihak ibu.

BESARAN BAGIAN AHLI WARIS

 1) Anak perempuan yang hanya seorang akan mendapatkan setengah bagian, bila 2
orang atau lebih maka bersama-sama mendapatkan bagian, bila bersama dengan anak
laki-laki maka anak laki-laki mendapatkan 2:1 dengan anak perempuan.
2) Ayah mendapatkan bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada anak maka
ayah mendapatkan .
3) Ibu mendapatkan bagian bila ada anak atau 2 saudara atau lebih. Bila tidak ada, maka
ibu mendapatkan bagian.
4) Ibu mendapatkan bagian dari sisa sesudah diambil janda atau duda bila bersama-sama
dengan ayah.
5) Duda mendapatkan bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila meninggalkan
anak maka duda mendapatkan .

v
BESARAN BAGIAN AHLI WARIS

 6) Janda mendapatkan bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila meninggalkan anak maka janda
mendapatkan .
7) Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-laki dan perempuan
seibu masing-masing mendapatkan bagian. Bila mereka 2 orang atau lebih, maka mereka bersama-sama
mendapatkan bagian.
8) Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedangkan dirinya memiliki saudara
kandung seayah, maka ia mendapatkan bagian. Bila mereka 2 orang atau lebih maka bersama-sama
mendapatkan bagian. Bila mereka memiliki saudara laki-laki seayah maka bagian saudara laki-laki adalah
2:1 dengan saudara perempuan.

v
Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam
1. Asas Ijbari (Memaksa)
perolehan harta dari Pewaris kepada ahli waris berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah
SWT tanpa tergantung kepada kehendak pewaris atau ahli waris:
(a) Peralihan harta pasti terjadi;
(b) Besarnya bagian sudah ditentukan secara pasti oleh Allah;
(c) Ahli waris sudah ditentukan secara pasti, yaitu karena adanya hubungan darah dan semenda.
2. Asas Kematian
Peralihan harta baru berlaku apabila pemilik harta meninggal dunia. Hukum kewarisan Islam hanya
mengenal kewarisan akibat kematian (kewarisan abintestato), dan tidak mengenal kewarisan atas dasar
wasiat (kewarisan testamentair).
3. Asas Bilateral
Bahwa setiap orang baik laki-laki maupun perempuan berhak mewaris baik dari pihak garis keturunan
laki-laki dan pihak garis keturunan perempuan. Dasar: Q.S. 4 ayat 7, 11, 12 dan 176.
4. Asas Individual
Harta warisan dapat dibagi untuk dimiliki secara perorangan dan tidak terikat dengan ahli waris
lainnya. Ketentuan ini wajib dilaksanakan. Lihat Q.S. 4 ayat 13 dan 14.
5. Asas Keadilan Berimbang
Artinya harus ada keseimbangan antara kewajiban dan hak. Dalam sisitem kewarisan Islam, harta
peninggalan yg diterima pewaris pada hakikatnya pelanjutan tanggung jawab thdp keluarga. Perolehan yg
diterima berimbang dg tanggung jawab yg dipikul.
SYUKRON

Anda mungkin juga menyukai