“HUKUM KEWARISAN x
DALAM ISLAM” Nama Anggota Kelompok 2:
Hilma (33220036)
Agustinra Dewi (33220037)
Asriani (33220039)
Natasya (33220040)
Siti Nur Awaliah (33220041)
Ayu (33220042)
Putri Nur Resqi Aliani (33220043)
Pengertian
v
SUMBER-SUMBER HUKUM
Ketentuan-ketentuan yang mengatur masalah
waris terdapat di dalam:
1. Al-Qur’an.
2. Al Hadits.
3. Al Ijma’ dan ijtihad.
…
1. Dzulfaraidh
Dzulfaraidh adalah ahli waris yang menerima c
bagian pasti, yaitu ayah, ibu, c
janda, dan duda. Artinya, bagian untuk ahli waris
ini dikeluarkan terlebih dahulu dalam perhitungan
pembagian warisan.
2. Dzulqarabat
Dzulqarabat adalah ahli waris yang
mendapatkan bagian tidak tentu.
c
PENERIMA Mereka memperoleh warisan sisa setelah
WARISAN c bagian ahli waris dzulfaraidh telah dikeluarkan.
Kelompok ini berisi anak perempuan dan laki-
laki dari pewaris.
3. Dzul-arham
Dzul-arham adalah kerabat jauh atau orang
yang menerima warisan jika
kelompok dzulfaraidh dan dzulqarabat tidak ada
…
Yang tergolong kelompok Dzul-arham
adalah :
Cucu laki-laki dan perempuan dari anak perempuan;
Anak laki-laki dan perempuan dari cucu perempuan;
Kakek dari pihak ibu dan nenek dari pihak kakek;
Anak perempuan dari saudara laki-laki (sekandung, sebapak, atau seibu);
Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu;
Anak saudara perempuan sekandung, sebapak, dan seibu;
Saudara perempuan bapak dan saudara perempuan kakek;
Saudara laki-laki seibu dengan bapak dan saudara laki-laki seibu dengan
kakek;
Saudara laki-laki dan perempuan dari ibu; dan
Anak perempuan paman dan bibi dari pihak ibu.
…
BESARAN BAGIAN AHLI WARIS
1) Anak perempuan yang hanya seorang akan mendapatkan setengah bagian, bila 2
orang atau lebih maka bersama-sama mendapatkan bagian, bila bersama dengan anak
laki-laki maka anak laki-laki mendapatkan 2:1 dengan anak perempuan.
2) Ayah mendapatkan bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada anak maka
ayah mendapatkan .
3) Ibu mendapatkan bagian bila ada anak atau 2 saudara atau lebih. Bila tidak ada, maka
ibu mendapatkan bagian.
4) Ibu mendapatkan bagian dari sisa sesudah diambil janda atau duda bila bersama-sama
dengan ayah.
5) Duda mendapatkan bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila meninggalkan
anak maka duda mendapatkan .
v
BESARAN BAGIAN AHLI WARIS
6) Janda mendapatkan bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila meninggalkan anak maka janda
mendapatkan .
7) Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-laki dan perempuan
seibu masing-masing mendapatkan bagian. Bila mereka 2 orang atau lebih, maka mereka bersama-sama
mendapatkan bagian.
8) Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedangkan dirinya memiliki saudara
kandung seayah, maka ia mendapatkan bagian. Bila mereka 2 orang atau lebih maka bersama-sama
mendapatkan bagian. Bila mereka memiliki saudara laki-laki seayah maka bagian saudara laki-laki adalah
2:1 dengan saudara perempuan.
v
Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam
1. Asas Ijbari (Memaksa)
perolehan harta dari Pewaris kepada ahli waris berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah
SWT tanpa tergantung kepada kehendak pewaris atau ahli waris:
(a) Peralihan harta pasti terjadi;
(b) Besarnya bagian sudah ditentukan secara pasti oleh Allah;
(c) Ahli waris sudah ditentukan secara pasti, yaitu karena adanya hubungan darah dan semenda.
2. Asas Kematian
Peralihan harta baru berlaku apabila pemilik harta meninggal dunia. Hukum kewarisan Islam hanya
mengenal kewarisan akibat kematian (kewarisan abintestato), dan tidak mengenal kewarisan atas dasar
wasiat (kewarisan testamentair).
3. Asas Bilateral
Bahwa setiap orang baik laki-laki maupun perempuan berhak mewaris baik dari pihak garis keturunan
laki-laki dan pihak garis keturunan perempuan. Dasar: Q.S. 4 ayat 7, 11, 12 dan 176.
4. Asas Individual
Harta warisan dapat dibagi untuk dimiliki secara perorangan dan tidak terikat dengan ahli waris
lainnya. Ketentuan ini wajib dilaksanakan. Lihat Q.S. 4 ayat 13 dan 14.
5. Asas Keadilan Berimbang
Artinya harus ada keseimbangan antara kewajiban dan hak. Dalam sisitem kewarisan Islam, harta
peninggalan yg diterima pewaris pada hakikatnya pelanjutan tanggung jawab thdp keluarga. Perolehan yg
diterima berimbang dg tanggung jawab yg dipikul.
SYUKRON