Anda di halaman 1dari 16

Pancasila Sebagai Etika Politik

Kelompok 3
Kelompok 3

RAHMA NOVI SABRINA


H041211058 H041211090
MUNAWARAH RIZQAH ABUGAR
H041211065 L061211022
NURHALISAH M.FAUZAN CHAERUDDIN
H041211072 L061211029
MUH. AKZA ASIS ANNISA ARIANTI
H041211079 L061211036
Pembahasan

Konsep Realita Masalah Solusi


PART 01
Konsep Pancasila
Sebagai Etika Politik
01 Konsep
Pancasila merupakan dasar Negara dan sekaligus ideologi bangsa, oleh sebab itu
nilai-nilai yang tersurat maupun yang tersirat harus dijadikan landasan dan
tujuan mengelola kehidupan Negara, bangsa maupun masyarakat. Dengan kata
lain nilai-nilai Pancasila wajib dijadikan norma moral dalam menyelenggarakan
Negara menuju cita-cita sebagaimana dirumuskan dalam alinea IV Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945.
Etika politik Pancasila mengamanatkan bahwa Pancasila sebagai nilai-nilai dasar
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat harus dijabarkan dalam
bentuk perundang-undangan, peraturan atau ketentuan yang dibuat oleh
penguasa. Dengan kata lain semua produk hukum yang berlaku di Indonesia
tidak boleh bertentangan dengan jiwa dan semangat Pancasila.
02 Konsep
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism,
karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Sekalipun
Pancasila memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah
diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-
nilai secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi
sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila
adalah milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat
legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat
dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya.  
Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu
berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
PART 02
Realita Pancasila
Sebagai Etika Politik
Realita
Jepang terkenal memiliki nilai-nilai pengorbanan diri dan dedikasi yang tinggi
terhadap komunitasnya. Nilai lain yang dimiliki oleh mereka adalah loyalitas,
dimana seseorang memberikan loyalitasnya kepada keluarga, kampung halaman,
komunitas, serta kepada negara. Di masa tersebut, loyalitas juga dapat berbentuk
tindakan seppuku (hara-kiri) yang dilakukan oleh seorang samurai (prajurit)
dengan menusuk perutnya menggunakan pedang.
Di era modern Jepang saat ini, nilai-nilai tradisional tersebut diwariskan dan
diwujudkan dalam bentuk lain seperti: kerja keras, rasa hormat, pelayanan, kinerja
nyata, serta moral yang tinggi kepada komunitas dan negaranya. Nilai-nilai
tersebut masih mendarah daging dan sudah menjadi
bagian dari keseharian masyarakat Jepang pada umumnya. Oleh karena itu, di
dalam etika politik dan pemerintahan, dapat dikatakan bahwa metode
pengunduran diri seorang politisi ataupun pejabat negara di Jepang dianggap
sebagai bentuk rasa tanggung jawab yang bersangkutan karena telah merugikan
kepentingan bersama dan malah mengutamakan kepentingan pribadi.
Realita Indonesia
Indonesia sebenarnya memiliki nilai-nilai tradisional yang
juga ditanamkan sejak dahulu, seperti: nilai-nilai budaya,
agama, dan adat istiadat yang bermacam-macam bentuknya
dari Sabang hingga Merauke. Nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya antara lain seperti: kejujuran, keteladanan,
sportifitas, toleransi, tanggung jawab, reputasi, disiplin, etos
kerja, gotong royong, dan lain-lain. Nilai-nilai tersebut sangat
dihormati dan dipatuhi oleh segenap elemen masyarakat
hingga saat ini dan juga diimplementasikan di dalam
pemerintahan. Bahkan mengenai etika politik dan
pemerintahan yang diatur di dalam perundangan, secara
khusus ada juga aturan yang menegaskan bahwa dalam
memberikan pelayanan kepada publik, seorang pejabat
negara harus siap mundur
PART 03
Masalah Pancasila
Sebagai Etika Politik
Masalah

Dekandensi modal
Pelanggaran HAM

Korupsi

Kerusakan
Masalah Lingkungan
pemabangunan
Tantangan Pancasila Sebagai Etika
a. Zaman Orde Lama
Tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem etika pada zaman orde lama berupa sikap otoriter
dalam pemerintahan, sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan negara yang menerapkan
sistem demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang lebih
menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
b. Zaman Orde Baru
Tantangan terhadap Pancasila sebagai sitem etika pada zaman orde baru terkait dengan masalah KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang merugikan penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai
dengan keadilan sosial karena korupsi, kolusi, dan nepotisme hanya menguntungkan segelintir orang
atau kelompok tertentu.
c. Era Reformasi
Tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem etika pada era reformasi berupa eforia kebebasan,
berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya, munculnya anarkisme yang
memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
PART 04
Solusi Pancasila
Sebagai Etika Politik
01 Solusi
Upaya Pendidikan Politik

Pada hakekatnya, tujuan pendidikan


politik disetiap negara berbeda-beda.
Hal ini terjadi karena landasan serta
tujuan pelaksanaan pendidikan politik
disesuaikan dengan dasar dan falsafah
bangsa. Pendidikan politik bertujuan
membentuk warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan
dengan baik hak-hak dan kewajibannya
sebagai individu warga negara
02 Solusi

Memahami Makna Etika Politik

Secara sederhana etika politik dapat diartikan sebagai


cabang etika yang mempertanyakan tanggung jawab
dan kewajiban manusia dalam menjalankan
kehidupannya. Jadi, etika politik tidak hanya
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban
manusia sebagai warga negara saja, melainkan
seluruh aktivitas hidupnya. Hal ini dikarenakan ruang
lingkup kehidupan politik yang mencakup bidang
kehidupan lainnya. Dengan kata lain, etika politik
berkenaan dengan dimensi politis kehidupan manusia.
Thank you for listening

Anda mungkin juga menyukai