Anda di halaman 1dari 21

KONSEP KEBUTUHAN DASAR

PERNAFASAN KRITIS
SERTA KASUS PNEUMOTHORAX
DAN HEMOTHORAX
KELOMPOK 7 :
Aulia Fitri
Amelia Ulfa
Geby Ulfatmi
Salika Aprilia
Gustria Ayu Meldi
ANATOMI FISIOLOGI PERNAFASAN
PENJELASAN :
• Hidung 
Organ penciuman yang terletak di tengah-tengah wajah. Tubuh bisa mendapatkan oksigen melalui organ hidung yang
menangkap udara. Selain berfungsi menangkap udara, hidung juga berfungsi sebagai indera yang bisa menangkap
aroma, dan membersihkan udara luar yang masuk.
• Faring 
Merupakan nama lain dari tenggorokan bagian atas, berupa tabung yang terletak di belakang mulut dan rongga hidung,
dan menghubungkan keduanya ke trakea (batang tenggorokan). Fungsi faring dalam sistem pernapasan manusia
adalah menyalurkan aliran udara dari hidung dan mulut, ke trakea.
• Bronkus 
Cabang batang tenggorokan yang terletak setelah tenggorokan (trachea) sebelum paru-paru. Bagian ini merupakan
saluran udara yang memastikan udara masuk dengan baik dari trakea ke alveolus.
• Bronkiolus 
Cabang dari bronkus yang adalah cabang batang tenggorokan yang terletak setelah tenggorokan (trachea) sebelum
paru-paru. Bronkiolus berfungsi untuk menyalurkan udara dari bronkus ke alveoli.
• Alveolus
Jantung udara yang sangat kecil di paru-paru Anda. Lokasinya terletak di ujung bronkial dan berjumlah sekitar 480 juta
kantung.
Sambungan...

• Laring 
Bagian dari sistem pernapasan, berbentuk seperti tabung yang terhubung ke bagian atas batang
tenggorokan (trakea) yang berfungsi sebagai jalur udara menuju paru-paru. Sementara pita suara
adalah 2 pita otot di tengah laring yang membuat suara dan membantu Anda berbicara
• Epiglotis 
Merupakan katup berbentuk daun yang terletak di belakang lidah. Katup ini berfungsi menutup
batang tenggorokan pada saat seseorang menelan, agar makanan atau cairan tidak masuk ke
saluran pernapasan.
Therapy Modalitas Kekritisan Pernafasan

• Hygiene Brochial :
Untuk membersihkan sekret sehingga proses ventilasi optimal
• Selang Dada ( WSD) :
Mengevakuasi/mengeluarkan udara, cairan, darah maupun pus dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.
Mengembangkan kembali paru yang kolaps
Memasukkan obat ke dalam rongga pleura.
• Jalan nafas buatan
• Farmakologi
• Ventilator
CONTOH PENGKAJIAN KASUS PNEUMOTHORAX

PNEUMOTHORAX
Pengertian
Pneumotoraks(American College of Surgeons Commite on Trauma, 2005, Willimas, 2013) Pneumotoraks adalah
suatu kondisi adanya udara yang terperangkap di rongga pleura akibat robeknya pleura visceral, dapat terjadi
spontan atau karena trauma, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan negatif intrapleura sehingga
mengganggu proses pengembangan paru. Pneumotoraks terjadi karena trauma tumpul atau tembus toraks.Dapat
pula terjadi karena robekan pleura viseral yang disebut dengan barotrauma, atau robekan pleura mediastinal yang
disebut dengan trauma trakheobronkhial.
PENGKAJIAN
A. Pengkajian Keperawatan Menurut Potter dan Perry, (2011) pengkajian merupakan langkah utama dari proses
keperawatan yang dilakukan secara sistematis yaitu dengan cara mengumpulkan data, memvalidasi
data, mengorganisasikan data dan mencatat data yang telah diperoleh. Tujuan untuk mengumpulkan
informasi adalah membuat data dasar sebagai dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu.1.
Adanya Hipertensi Hasil anamnesa pada Ny.Y di peroleh data bahwa klien mempunyai hipertensi sejak
usia 29 tahun. Namun, klien tidak kunjung memeriksakan dirinya dengan rutin ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat. Tekanan darah sistolik Ny.Y selalu tinggi (diatas nilai normal 120/80 mmHg).
Menurut Black dan Hawks, (2014) pada klien yang mengalami pneumothorax berpotensi mengalami
hipotensi karena pasokkan oksigen yang masuk ke dalam pembuluh darah berkurang dan membuat kerja paru
menjadi tidak efektif. Analisa:Pada Ny. Y danteori terdapat kesenjanganyaitu tekanan darah klien tinggi hal
ini disebabkan karena tidak adanya pendarahan akibat benturan benda tumpul atau luka pada dada klien
yang dapat menyebabkan tekanan darah menurun. Hipertensi pada klien terjadi karena adanya riwayat
penyakit genetic pada generasi sebelumnya
• Pemeriksaan Fisik
Warna kulit normal tidak ada sianosis. Pada tanggal 19 November 2019 klien dilakukan pemasangan WSD di area ics 6
linea axilaris anterior. Frekuensi nafas 15x/menit, pola nafas menggunakan jenispernafasan perut, irama pernafasan
tampak tidak teratur. Pergerakkan dinding dada tampak asimetris pada dada dextra (lebih cembung dari pada dada
sinistra).
Palpasi: garis mediastinum mengalami pergeseran ke arah sinistra (bagian yang sehat), dada dextrateraba lebih lunak
dibandingkan dengan dada sinistra. Akral hangat dengan suhu 37, 1 oC , tekanan darah 145 / 86 mmhg, nadi 80x/menit
teraba lemah, taktil fremitus tidak dilakukan karena klien sedang mengalami penurunan kesadaran (koma).
Perkusi: dada dextra lebih hippersonnor dari pada dada sinistra, teraba dullnes di bagian apeks kanan. Dan
Auskultasi: suara nafas terdengar ronkhi pada apeks paru dextra, kemudian makin melemah di ics ke 4 bahkan sampai
tidak terdengar.
• Hasil Laboratorium
Tanggal 19 November 2019 didapatkan hasil pCO2 : 46.70mmHg; pO2: 66.50mmHg; HCO3 : 26.50 mmol/L;
TCO2 27.90 mmol/L; SPO2 : 90.80 % yang kesannya adalah asidosis respiratori terkompkensasi sempurna.
Leukosit 16,42 g/dL tinggi. Hasil rontgen toraks yaitu pneumothorax dexstra, diastrium sisi kiri dan empisema subkutis
dan regio bilateral dari dinding dada lateral kanan hingga dinding abdomen suspek infiltrat dari paru kiri. Hasil USG
yaitu tidak tampak cairan bebas intra abdomen, tidak tampak efusi pleura, terdapat pneumothorax pada dada dextra.
Diagnosa
• Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya jalan nafas (kelemahan otot pernapasan).
• Gangguan pertukaran gas b.d keseimbangan ventilasi perfusi
• Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif (pemasangan WSD).

Intervensi
DX 1
• Tujuan: pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil : Tidak tampak dispnea, pemanjangan fase ekspirasi, TTV
dalam batas normal (RR= 16—20 x/ menit, HR: 60-100 x/menit). Pengembangan dada klien tampak simetris. hasil AGD
dalam rentang normal PH= 7.350-7.450, PCO2=3500-4500 mmHg, PO2= 7500-10000 mmHg, HCO3=2100-2500 mmHg.

• Perencanaa: Kaji pernapasan klien dan cara klien bernapas, monitor pola nafas, irama, kedalaman, upaya
napas. Monitor ttv, memastikan posisi selang ETT secara benar, monitor adanya sputum, monitor saturasi oksigen,
monitor hasil AGD, Berikan klien posisi semi fowler, auskultasi bunyi napas, beri klien lingkungan yang
nyaman, kolaborasi dengan pemberian sedasi midazolam 2mg (iv), pada hari ke 3 perawatan dengan ventilator klien
dilakukan weaning ventilator.
DX II
• Tujuan: klien akan memiliki pertukaran gas yang adekuat. Kriteria hasil: auskultasi suara nafas (vesikuler), SPO3
dalam rentang normal 95% --100%, RR dalam rentang normal 16—20x/menit, hasil AGD dalam rentang
normal.
• Perencanaan: monitor RR klien setiap jam, monitor saturasi oksigen, monitor hasil AGD, auskultasi suara
nafas, bersihkan sisa-sisa sekret yang menempel pada mulut hidung dan trakea, berikan obat inhalasi
(ventolin) 2,5 mg3x/hari,beri tindakkan suction 2x/hari.

DX III
• Tujuan: risiko infeksi belum terjadi/actual. Kriteria hasil: Kadar sel darah putih tidak meningkat (suhu dalam
rentang normal 36,5 oC –37,5 oC), tidak ada 19 tanda tanda infeksi (kemerahan, bengkak, panas).
• Perencanaan: Monitor tanda dan gejala infeksi, cuci tangan 5 moment, pertahankan teknik aseptik, Cek dan
moniotorWSD, periksa tanda tanda vital, batasi jumlah pengunjung, kolaborasi dengan dokter tentahg
terapi farmakologi, pemberian ceftriaxone 1x250 mg (IV) pukul 05.00 dan 17.00.
CONTOH KASUS PENGKAJIAN HEMOTHORAX

Pengertian
Hemotoraks adalah perdarahan ke dalam rongga dada antara paru dandinding dada internal (rongga pleura).
Hemotoraks diklasifikasikan menurut jumlahdarah yang ada: minimal, sedang, atau besar. Hemotoraks dapat
disebabkan olehtrauma tumpul atau tembus pada dada. Pada cedera dada, tulang rusuk bisamencabik jaringan
paru-paru atau arteri, menyebabkan darah mengumpul di ronggapleura. Syok pada korban trauma sering terkait
dengan hemotoraks besar.Hemotoraks juga mungkin berhubungan dengan paru-paru kolaps (pneumotoraks).Pada
pasien hemotoraks dapat terjadi penurunan kesadaran yang disebabkan olehterganggunya fungsi pernapasan dan
selanjutnya juga dapat disebabkan olehdisfungsi kardiak.
• ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN HEMOTHORAK
PENGKAJIAN IDENTITAS PASIEN :
Nama : Tn. U
Umur : 50th
Agama : Islam
Sukuku/Bangsa : Sasak / Indonesia
Alamat : Mataram

1. ANAMNESIS ( pada tanggal 1Oktober 2010)


1.Keluhan Utama
Nyeri dada setelah kecelakaan
2.Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 28 september 2010 siang, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien pengendara sepeda motor. Pasien
jatuh sendiri karena pepetan. Saat jatuh pasien mengeluh nyeri ditangan kiri dan terasa sulit digerakkan. Setelah
kecelakaan pasien langsung dibawa ke RSI Mataram. Di RSI pasien di pasang rangsel verband. Pasien merasa sesak
dan kesakitan di dada sebelah kiri sehingga pasien dirujuk ke RSU mataram.
3.Riwayat Penyakit Dahulu
Asma: Disangkal
Hipertensi:Disangkal
Jantung: Disangkal
DM: Disangkal
4.Riwayat Penyakit Keluarga
Asma: Disangkal
Hipertensi:Disangkal
Jantung: Disangkal
DM: DisangkalI.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran: Compos Mentis
Vital Sign: TD : 100/70 mmhgS : 370C N: 80X / mntP : 24X / mnt
Kepala: mesosephal
Mata:Conjunctiva anemis ( -), sclera tidak ikterik
Telinga: Secret (-)
Hidung: Secret (-)
Thorax
• Pulmo:Inspeksi:
• Retraksi ( -), ketinggalan gerak ( + )
• Palpasi: Krepitasi ( + ), ketinggalan gerak ( + )
• Perkusi: Redup pada bagian basal paru kiri
• Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ( +), Wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi: Ictus Cordis tak tampak
• Palpasi: Ictus Cordis teraba di SIC IV
• Perkusi: Redup
• Auskultasi: Regular, bising ( -)
Abdomen
• Inspeksi: Perut sejajar dada.
• Palpasi: Hepar / lien tidak teraba, NT ( -)
• Perkusi: Pekak alih ( -)
• Auskultasi : Peristaltikbaik
• Ekstremitas:Akral hangat, Nadi kuat
• DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang berlebih, gumpalan darah
yang menghalangi pernapasan
2. Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan penurunan
kemampuan paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi sumbatan dan
suplai oksigen turun dalam jaringan

Anda mungkin juga menyukai