Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PRAKTEK KGD

PENATALAKSANAAN PADA FRAKTUR TERBUKA

OLEH :

KELOMPOK 2

1. Alfita Sari
2. Ayu Melani Putri
3. Fatihattir Rahmi
4. Maharani Lubis
5. Nabila Febriani Anantri
6. Priska Yulanda
7. Sela Febriani
8. Yova Aprilia

Dosen Pembimbing :

Ns. Vino Rika Novia, M.Kep

S1 KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

PENATALAKSANAAN PADA FRAKTUR TERBUKA.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Praktek Keperawatan Gawat Darurat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang Penatalaksanaan Pada Fraktur Terbuka bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Padang, 12 Oktober 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................................3

A. Definisi.........................................................................................................................3

B. Klasifikasi Fraktur Terbuka..........................................................................................4

C. Etiologi Fraktur............................................................................................................8

D. Patofisiologi.................................................................................................................8

E. Manifestasi Klinis Fraktur............................................................................................9

F. Penatalaksanaan.........................................................................................................11

G. SOP Fraktur Terbuka.................................................................................................14

BAB III..................................................................................................................................19

PENUTUP.............................................................................................................................19

A. Kesimpulan................................................................................................................19

B. Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf

halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan

mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi

peningkatan penggunaan alat-alat transportasi atau kendaraan bermotor

khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah

ketidakteraturan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat

meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor.

Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Penanganan segera pada pasien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah

dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi

fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001). Penanganan

tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya

oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan

infeksi (Rasjad, 1998).

1
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan

keperawatan langsung kepada pasien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik

memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai

peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada

pasien fraktur melalui metode ilmiah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah

adalah bagaimana penatalaksanaan pada fraktur terbuka yang baik dan benar.

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada fraktur terbuka yang baik

dan benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Fraktur terbuka adalah fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat

fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa

menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000).

Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang terbuka adalah suatu fraktur

yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi

(Handerson, M. A, 1992).

Fraktur terbuka mengacu pada gangguan osseous di mana cedera di kulit dan

jaringan lunak yang mendasari berhubungan langsung dengan fraktur dan

hematoma.Cedera jaringan lunak pada fraktur terbuka mungkin memiliki tiga

konsekuensi penting: 1) Kontaminasi luka dan fraktur dengan paparan lingkungan

eksternal, 2) Penghancuran, pengupasan, dan devaskularisasi yang menghasilkan

kompromi jaringan lunak dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, 3)

Kehancuran atau kehilangan amplop jaringan lunak dapat mempengaruhi metode

imobilisasi fraktur, membahayakan kontribusi jaringan lunak di atasnya untuk

penyembuhan fraktur (misalnya, kontribusi sel osteoprogenitor), dan

3
mengakibatkan hilangnya fungsi dari otot, tendon, saraf, vaskular, ligamen, atau

kerusakan kulit. (Egol K.,dkk, 2010).

Kontaminasi dan cedera pada sistem yg menutupi, myofascial, neurologic,

vascular, dan / atau skeletal adalah faktor-faktor yang secara historis telah

digunakan untuk mengidentifikasi pola fraktur terbuka dengan riwayat alam yang

sama atau untuk memandu strategi perawatan khusus cedera.Sistem klasifikasi

ganda telah digunakan untuk fraktur terbuka. Dari jumlah tersebut, yang paling

banyak digunakan adalah sistem Gustilo dan Anderson. Kesederhanaan dan

kemampuannya untuk stratifikasi keparahan fraktur terbuka dalam urutan logis

telah memungkinkannya bertahan dalam ujian waktu. (Orthopaedic Trauma

Association, 2010).

B. Klasifikasi Fraktur Terbuka


Type Luka Level Cedera Jaringan Cedera Tulang

Kontaminsi Lunak
I Panjang < 1 cm Bersih Minimal Sederhana,

kominitas/pemecahan

minial
II Panjang > 1 cm Sedang Sedang, beberapa Kominitas sedang

kerusakan otot
III Panjang Berat Parah, dapat Biasanya terjadi

biasanya > 10 menghancurkan kominitas; cakupan

A cm tulang memadai

(masih ditutupi

4
jaringan lunak)
B Panjang Berat Hilangnya cakupan Cakupan tulang

biasanya >10 yang sangat parah, buruk (tidak

cm biasnya menutupi jaringan

membutuhkan lunak), variable,

operasi mungkin kominitas

rekonstruksi menengah ke berat

jaringan lunak
C Panjang Berat Hilangnya cakupan Cakupan tulang

biasanya >10 yang sangat parah buruk, variable,

cm + cedera vascular mungkin kominitas

yang menengah ke berat

membutuhkan

perbaikan,

memerlukan

operasi

rekonstruksi

jaringan lunak

Gambar

5
open fracture grade I

Open fracture grade II

Open fracture grade III A

6
Open fracture grade III B

Open fracture grade III C

C. Etiologi Fraktur
1. Kekerasan Langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintang atau miring.

2. Kekerasan Tidak Langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian

yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

7
3. Kekerasan Akibat Tarikan Otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan.

D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang

dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan

rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum

dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang

membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan

terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera

berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini

menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,

eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang

merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya .

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur :

1. Faktor ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung

terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2. Faktor intrinsic

8
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya

tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,

elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

E. Manifestasi Klinis Fraktur


Manifestasi klinis fraktur menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah nyeri,

hilangnya fungsi , deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus,edema lokal,

serta perubahan warna. Namun, tidak semua gejala ini ada pada setiap fraktur dan

kebanyakan justru tidak terdapat pada fraktur linear (fisur) atau fraktur impaksi

(permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Berikut adalah gejala fraktur

yaitu :

1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang

dimobilisasi. Spasme otot yang mnyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen

tulang.

2. Bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara

alamiah (gerakan luar biasa) setelah terjadinya fraktur. Pergeseran

fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas

(terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada

integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

9
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas daan bawah tempat fraktur. Fragmen

sering saling melengkapi satu sama lainnya sampai 2,5 – 5cm (1- 2 inci).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang

dinamakan krepitus yang teraba karena adanya gesekan antar fragmen satu

dengan yang lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan

jaringan lunak yang lebih berat.

5. Edema dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan

perdarahan yang menyertai fraktur. Edema dan perubahan warna biasanya

terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera terjadi.

Menurut Nursing Care Related to the Musculoskeletal system (2013),beberapa

tanda dan gejala yang terkait dengan fraktur adalah : 1) Nyeri, 2) Deformitas

(terlihat atau teraba), 3) Gerakan salah; mobilitas abnormal di situs fraktur, 4)

Perubahan warna, 5) Edema, 6) Krepitus, 7) Hilangnya fungsi, 8) Memperpendek

ekstremitas.

F. Penatalaksanaan
1. Fraktur terbuka grade I dan II

Semua fraktur terbuka, meskipun kelihatannya sepele, harus tetap

diasumsikan telah terkontaminasi; penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Keempat hal penting dalam penatalaksaan pada open fracture adalah:

10
a) Pemberianantibiotik profilaksis, luka harus ditutup sampai pasien

mencapai ruang operasi. Antibiotik profilaksis pada fraktur terbuka

merupakan tambahan untuk debridemen luka yang teliti dan seharusnya

tidak diharapkan untuk mengatasi kegagalan dalam teknik aseptik atau

debridemen.Antibiotik profilaksis diberikan untukpencegahan terhadap

mayoritas bakteri Gram-positif dan Gram-negatif yang mungkin telah

memasuki luka pada saat cedera.

b) Luka mendesak dan debridemen fraktur,operasi ini bertujuan untuk

membersihkan luka dari bahan asing dan jaringan mati (misalnya,

fragmen tulang avaskular), meninggalkan bidang bedah bersih dan

jaringan dengan suplai darah yang baik.

c) Penutupan luka definitif awal, luka kecil yang tidak terkontaminasi pada

fraktur tipe I atau II dapat dijahit (setelah debridemen), asalkan hal ini

dilakukan tanpa ketegangan.

d) Stabilisasi fraktur/ imobilisasi, menstabilkan fraktur penting dalam

mengurangi kemungkinan infeksi dan membantu pemulihan jaringan

lunak.

2. Fraktur terbuka grade III

Penatalaksanaan fraktur terbuka derajat III meliputi tindakan life

saving dan life limb dengan resusitasi sesuai dengan indikasi, pembersihan

luka dengan irigasi, eksisi jaringan mati dan debridement, pemberian

antibiotik (sebelum, selama, dan sesudah operasi), penutupan luka, stabilisasi

11
fraktur dan fisioterapi. Prinsip penanganan fraktur terbuka derajat III secara

umum adalah :

a) Pertolongan pertama, untuk mengurangi / menghilangkan nyeri dan

mencegah gerakan fragmen yang dapat merusak jatringan sekitarnya.

Stabilisasi fraktur bisa menggunakan splint atau bandage yang mudah

dikerjakan dan efektif. Luka ditutup dengan material yang bersih dan

steril.

b) Resusitasi, yaitu penatalaksanaan sesuai ATLS (Advance Trauma Life

Support)dengan memberikan penanganan sesuai prioritas (resusitasi),

bersamaan dengan dikerjakan penanganan fraktur terbuka agar terhindar

dari komplikasi. Tindakan resusitasi dilakukan apabila ditemukan tanda

syok hipovolemik (kehilangan banyak darah pada pasien fraktur terbuka

grade III), gangguan nafas atau denyut jantung. Penderita diberikan

resusitasi cairan Ringer Laktat atau transfuse darah dan pemberian

analgetik selama tidak ada kontraindikasi.

c) Penilaian awal, merupakan dasar dalam observasi dan penanganan awal,

termasuk memeriksa adanya trauma pada daerah atau organ lain dan

komplikasi akibat fraktur itu sendiri.

d) Terapi antibiotik, pemberian antibiotik sebaiknya diberikan segera

mungkin setelah terjadinya trauma. Antibiotik yang berspektrum luas,

yaitu sefalosporin generasi 1 (cefazolin (1x1-2g)) dan dikombinasikan

dengan aminoglikosid (gentamisin (3 x 1-2mg/kgBB)) selama 5 hari.

12
Selanjutnya, perawatan luka dilakukan setiap hari dengan

memperhatikan sterilitas.

e) Terapi anti tetanus serum (ATS), pemberian anti tetanus diindikasikan

pada fraktur cruris atau humerus terbuka derajat III berhubungan dengan

kondisi luka yang dalam, luka yang terkontaminasi, luka dengan

kerusakan jaringan yang luas serta luka dengan kecurigaan sepsis.

f) Debridement, yaitu operasi yang bertujuan untuk membersihkan luka

dari benda asing dan jaringan mati, memberikan persediaan darah yang

baik diseluruh bagian itu.

g) Penanganan jaringan lunak, apabila terjadi kehilangan jaringan lunak

yang luas maka dapat dilakukan soft tissue transplantation atau falap

pada tindakan berikutnya, sedangkan tulang yang hilang dapat dilakukan

bone grafting setelah pengobatan infeksi berhasil baik.

h) Penutupan luka, pada luka kecil dan tidak banyak kontaminasi setelah

dilakukan debridement dan irigasi dapat langsung dilakukan penutupan

secara primer tanpa tegangan. Sementara, pada luka yang luas dengan

kontaminasi berat sebaiknya dirawat secara terbuka, luka dibalut kassa

steril dan dilakukan evaluasi setiap hari.

i) Stabilitas fraktur, dalam melakukan stabilitas fraktur awal penggunaan

gips dianjurkan sampai dicapai penanganan luka yang adekuat, baru bisa

dilanjutkan dengan pemasangan gips sirkuler, atau diganti fiksasi internal

dengan plate and screw, atau fiksasi eksternal sebagai terapi stabilisasi

13
definitif. Pemasangan fiksasi internal dapat dipasang setelah luka

jaringan lunak baik dan diyakini tidak ada infeksi lagi, sedangkan

pemasangan fiksasi ekternal pada fraktur terbuka derajat III adalah salah

satu pilihan untuk memfiksasi fragmen-fragmen fraktur tersebut guna

mempermudah perawatan luka harian. (Nixson, 2018).

G. SOP Fraktur Terbuka


1. Pengertian fraktur terbuka adalah suatu fraktur dimana terjadi

hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit

sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul

komplikasi berupa infeksi.


2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam

mengobati penyakit fraktur terbuka.


3. Alat dan Bahan  Alat untuk memeriksa tanda vital (tensi,

stetoskop, thermometer)

 Meteran

 Perban

 Spalk
4. Prosedur petugas melakukan anamnesa kepada pasien :

 Adanya patah tulang terbuka setelah terjadinya

trauma

 Nyeri

 Sulit digerakkan

 Deformitas

14
 Bengkak

 Perubahan warna

 Gangguan sensibilitas

 Kelemahan otot

Petugas melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien:

 Inspeksi (look)

Adanya luka terbuka pada kulit yang dapat

berupa tusukan tulang yang tajam keluar

menembus kulit atau dari luar oleh karena

tertembus, misalnya oleh peluru atau trauma

langsung dengan fraktur yang terpapar dengan

dunia luar.

 Palpasi (feel)

Robekan kulit yang terpapar dunia luar, nyeri

tekan, terabanya jaringan tulang yang menonjol

keluar, adanya deformitas, panjang anggota

gerak berkurang dibandingkan sisi yang sehat.

 Gerak (move)

Umumnya tidak dapat digerakkan

Petugas melakukan pemeriksaan penunjang yang

diperlukan :

15
 Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah,

untuk menilai kebutuhan penambahan darah,

memantau tanda-tanda infeksi.

Petugas memberikan penatalaksanaan kepada pasien :

 Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi

 Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain

yang dapat mengancam jiwa

 Lakukan irigasi luka

 Lakukan stabilisasi fraktur

 Pasang cairan dan berikan antibiotic intravena

yang sesuai dan adekuat misalnya setriakson dan

segera rujuk kelayanan sekunder

 Pembersihan terhadap luka fraktur, dengan cara

irigasi dengan NaCl fisiologis secara mekanis

untuk mengeluarkan benda asing yang melekat

 Balut luka untuk menghentikan perdarahan, pada

fraktur dengan tulang menonjol keluar sedapat

mungkin menghindari memasukkan komponen

tulang tersebut kembali ke dalam luka

 Fraktur dengan luka yang berat memerlukan

suatu traksi skeletal. Fraktur grade II dan III

16
sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.

 Pemberian antibiotika : merupakan cara efektif

mencegah terjadinya infeksi pada fraktur

terbuka. Antibiotic yang diberikan sebaiknya

dengan dosis yang besar. Untuk fraktur terbuka

antibiotic yang dianjurkan adalah golongan

cephalosporin, dan dikombinasi dengan

golongan aminoglikosida.

 Pencegahan tetanus : semua penderita dengan

fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan

tetanus pada penderita yang telah mendapat

imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid

tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit

tetanus immunoglobulin (manusia).

Petugas merujuk pasien ke layanan sekunder dengan

tetap mengawasi tanda vital dan memberikan

penanganan awal.
5. Hal-hal yang perlu Nilai tanda vital dan kondisi umum pasien

diperhatikan
6. Unit kerja terkait  Ruang rawat inap

 Ruang gawat darurat

 Ruang pelayanan umum


7. Dokumen terkait Rekam medic pasien

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur terbuka adalah fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat

fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa

menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000).

Klasifikasi fraktur terbuka : fraktur terbuka derajat I, Fraktur terbuka derajat

II, fraktur terbuka derajat III A, fraktur terbuka derajat III B, fraktur terbuka

derajat III C.

Etiologi dari fraktur : kekerasan langsung, kekerasan tidak langsung dan

kekerasan akibat tarikan otot. Faktor yang mempengaruhi fraktur ada 2 yaitu

faktor ekstrinsik dan faktor ekstrinsik.

18
B. Saran
Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan

pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien dan

keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat total.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ns. Arif Muttaqin, S.Kep. (2005). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan

Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC

Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.

Vol 3. Jakarta. EGC

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .

Edisi 4. Jakarta. EGC

19
20

Anda mungkin juga menyukai