Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN KEPERAWATAn

kejang PADA ANAK


Oleh
Meidiana Bangun
Tujuan
TUJUAN UMUM:

Memahami asuhan
keperawatan yang tepat
pada anak dengan kejang
Tujuan
TUJUAN KHUSUS:

 Mengetahui pengkajian keperawatan pada


anak dengan kejang
 Menentukan diagnosa keperawatan yang
tepat pada anak dengan kejang
 Membuat intervensi serta efektifitas
intervensi dengan pemberian medikasi
antipiretik pada anak dengan kejang
 Melakukan evaluasi.
Definisi
Kejang epileptik: Kejadian klinis yang
ditandai sinkronisasi sekumpulan neuron
otak yang abnormal, berlebihan , dan
bersifat transien.
Epilepsi:Serangan kejang paroksismal
berulang tanpa provokasi dengan interval
lebih dari 24 jam tanpa penyebab yang
jelas.
Klasifikasi
 Kejang Umum
Serangan kejang disertai dengan hilang kesadaran,
disertai gejala gerakan motorik yang terlihat: tonik,
klonik, tonik-klonik, miokonik, atau atonik.
 Kejang Parsial/Kejang Fokal
 Sederhana
 Kompleks
 Kejang Parsial – Umum
Kejang Demam
 Demam merupakan masalah umum yang sering terjadi
pada anak-anak (Murphy dalam Watts dkk, 2001).
 Demam adalah peningkatan pada titik set di mana suhu
tubuh diatur pada tingkat yang lebih tinggi (Wong, 2004).
 Demam dapat dijumpai pada masalah-masalah infeksi
sebagai tanda umum adanya infeksi, pada pasien
kanker, gangguan cairan, syok septik, rheumatik, dan
crohn disease (Hockenberry, 2007)
 Demam dapat menyebabkan terjadinya kejang dengan
angka kejadian 3% sampai dengan 4%, biasanya terjadi
pada anak usia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun.
TINJAUAN TEORI

FISIOLOGI DEMAM
Exogenous pyrogens
HYPOTHALAMUS
or trauma
Thermostat reset so now body
temperature = set temperature

Endogenous
Body’s cells pyrogens

Skeletal
Shivering
muscle

FEVER
Vasoconstriction Skin
TINJAUAN TEORI

PENYEBAB DEMAM
• Inflamasi, trauma, kerusakan jaringan,
dan kompleks antigen antibody
• Obat-obatan
– Reaksi hipersensitif
– Perubahan termoregulasi
– Aksi farmakologik
– Faktor yang berhubungan dengan
pemberian obat
TINJAUAN TEORI

PENGUKURAN TEMPERATUR TUBUH


 Oral (Sublingual),
 Rektal,
 Aksila.
 Timpanik (Kanal Telinga) atau
 Temporal (Arteri Temporalis)
TINJAUAN TEORI

PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN DI BERBAGAI TEMPAT

Tempat Pengukuran Normal Demam


Rektal 36,6 oC-38 oC > 38,8 oC
Oral 35,5 oC-37,5 oC > 37,8 oC
Aksila 34,7 oC-37,2 oC > 37,2 oC
Timpanik 35,8 oC-38 oC > 38 oC
Manajemen Kejang
Tindakan
1. Airway – Pertahankan kepatenan jalan nafas
2. Breathing – Nafas efektif: pemberian oksigen
3. Cegah Cedera – Tempatkan dalam posisi ‘semi-prone’ dan
longgarkan pakaian
4. Demam – Atasi demam dengan kompres hangat dan
pemberian paracetamol/ ibuprofen
5. Pertimbangkan pemberian obat (kolaborasi)
•Diazepam rektal jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit
•Antikonvulsan intravena yang sesuai (yaitu diazepam,
lorazepam atau fenobarbital) jika pasien masih kejang lebih
dari 15 Menit.
• Pemberian Paracetamol dinyatakan lebih efektif menurunkan
demam dengan hasil akhir mencegah terjadinya kejang demam,
meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan orang
tua.

• Kompres (sponging) secara klinis minimal dalam menurunkan


demam, hanya sedikit suhu tubuh yang dapat diturunkan dengan
metode ini, cara ini juga menyebabkan terjadinya
ketidaknyamanan pada pasien, bahkan ada orang tua yang tidak
yakin bahwa kompres (sponging) dapat menurunkan suhu, namun
bila dikombinasikan dengan pemberian antipiretik hal ini dapat
meningkatkan efektifitas penurunan suhu tubuh akibat demam.
Edukasi Orang Tua…..
Kejang selalu Menakutkan bagi Orang Tua,
Kecemasan dikurangi dengan cara:
 Meyakinkan bahwa KD mempunyai prognosis
baik.
 Memberitahukan cara penanganan kejang
 Memberikan informasi kemungkinan kejadian
berulang
 Memberikan obat untuk mencegah frekuensi KD
memang efektif tetapi harus diingatkan ESO
Web of Causation

WEB OF CAUSATION Kejang demam.doc


Tatalaksana Keperawatan
 Pengkajian
riwayat menyeluruh (ex. Trauma lahir,
obat2an, cedera, penyakit, riwayat
keluarga)
 Mencegah terjadinya cedera
 Dokumentasikan semua aktifitas
kejang:
 Faktor pemicu
 Prilaku sebelum kejang
 Waktu kejang berlangsung, awal dan akhir
 Manifestasi klinis
 Prilaku dan gejala pasca kejang
Lanjutan…
 Bantu mencegah kejang dengan
mencegah anak terpejan faktor presipitasi
(stres emosional, lampu yg berkedap-
kedip)
 minimalkan ansietas pada anak
dengan mendampingi anak selama terjadi
serangan dan tenangkan anak.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Lab
DPL, Elektrolit, Gula darah...
 Pungsi Lumbal
 Pemeriksaan EEG (Elektroensefalogram)
 Pencitraan (Foto X-Ray, CT- Scan, MRI)
Kasus
Anak AT, jenis kelamin perempuan usia 12 bulan, masuk
ke ruang rawat tgl 03/11/2021, saat pengkajian
didapatkan hasil: kluhan utama: panas mulai semalam,
ada kejang (+) jam 04.30, menurut orang tua kejang
hilang timbul sebanyak 3 kali lamanya: 1-3 menit, pasien
dapat stesolid (5mg) dan dumin supositoria (125 mg).
pagi ini pasien tidak ada kejang, panas (+) dengan suhu
: 38.8°C, nadi: 120x/mnt, RR: 28x/mnt. BB; 7,6 kg, TB:
70cm, keluhan mual (-), muntah ada 1X. bab konsistensi
cair 1X disertai ampas. Pasien memiliki riwayat kejang
dan sempat dirawat di rsud selama 4 hari.
Tanggal 24-28 Oktober 2021. Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 01/11/2021 adalah: Hb: 12.5 g/dl,
Ht: 37%, Trombosit: 222.000/ul, Lekosit: 12.400/ul,
natrium: 138 mmol/L, Kalium: 4.3mmol/L, Khlorida: 106
mmol/L, Kalsium: 9.3 mg/dl, GDS: 132.
Terapi yang diberikan : infus KaEn 3B: 12 tetes/menit
(ma), puyer panas 3X1 bungkus, stesolid sup 5 mg (bila
kejang).
Pertanyaan
1. Diagnosa keperawatan utama pada anak
A ???
2. Intervensi keperawatan????
Masalah Keperawatan

1. Hipertermi
2. Defisit volume cairan
3. Resiko Injuri
Dx. 1
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2X 24 jam suhu tubuh dapat dipertahankan dalam batas
normal

Kriteria hasil :
• Membran mukosa lembab
• Tanda-tanda vital dalam batas normal (Suhu: 36,5 –
37,5°C, Nadi: 80 -110x/menit, RR: 24-40 x/menit)
• Akral teraba hangat
• Produksi urine normal 1-2 ml/kgBB/jam
• Hasil laboratorium dalam batas normal : trombosit: 150-
400 ribu/ul
Intervensi
• Kaji tanda-tanda vital terutama suhu setiap 1-2
jam
• Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan dan
ditambahkan 12.5% dari kebutuhan untuk setiap
peningkatan suhu 1°
• Lakukan Kompres / tehnik tapid water sponge
• Monitor produksi urine
• Kolaborasi pemberikan antipiretik
• Cek kultur darah dan urine
Dx.2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3X24 jam, status cairan adekuat
Kriteria Hasil:
• Kulit dan membran mukosa lembab
• Turgor kulit elastis
• Produksi urine 1-2 ml/kg
• Tanda-tanda vital dalam batas normal (Suhu: 36,5 –
37,5°C, Nadi: 65 -110x/menit, RR: 20-25 x/menit)
• Klien tidak muntah dan tidak ada diare
• Hasil laboratorium dalam batas normal: Hb: 11.5 – 15.5
g/dl, Ht: 35-37%, Na: 135-142 mmol/L, K: 3.5-5.0
mmol/L, Cl: 96-108 mmol/L, Ca: 8.1-10.4 mg/dl.
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda dehidrasi/ status
hidrasi: turgor kulit, membran mukosa dan
mata
2. Hitung produksi urine
3. Observasi dan catat jumlah muntah dan diare
4. Timbang berat badan setiap hari
5. Kaji dan catat pemasukan dan pengeluaran
cairan setiap shift
6. Berikan anak cairan/minuman yang cukup
7. Jelaskan pentingnya hidrasi yang adekuat
Dx. 3

Tujuan : setelah dilakukan tindakan


keperawatan 2x 24 jam risiko injuri tidak
terjadi
Kriteria hasil: Faktor penyebab diketahui,
aturan pengobatan dapat dipertahankan
keamanan lingkungan ditingkatkan.
Intervensi

1. Hindari anak dari benda-benda yang


membahayakan
2. Gunakan alat pengaman
3. Bila terjadi kejang pasang sudip lidah
4. Kolaborasi pemberian obat anti kejang.
Referensi
• Shtull-Leber, E., Silbergleit, R., & Meurer, W. J. (2017). Pre-hospital midazolam for benzodiazepinetreated
seizures before and after the Rapid Anticonvulsant Medication Prior to Arrival Trial: A national
observational cohort study. PLoS ONE, 12(3), 1–23. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0173539
• Schellack, N., & Schellack, G. (2018). An overview of the management of fever and its possible
complications in infants and toddlers. SA Pharmaceutical Journal, 85(1), 26–33.
• Quinn, B., Baker, D. L., Cohen, S., Stewart, J. L., Lima, C. A., & Parise, C. (2014). Basic nursing care to
prevent nonventilator hospital-acquired pneumonia. Journal of Nursing Scholarship, 46(1), 11–19.
https://doi.org/10.1111/jnu.12050
• Pusponegoro, H., Widodo, D. P., & Ismael, S. (Ikatan D. A. I. (2006). Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 1–23. http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-
content/uploads/2017/03/Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
• Clore, E. T. (2010). Seizure precautions for pediatric bedside nurses. Pediatric Nursing, 36(4), 191–196.
• Ma, L., & McCauley, S. O. (2018). Management of Pediatric Febrile Seizures. Journal for Nurse
Practitioners, 14(2), 74–80. https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2017.09.021
• Wong, D.L., Hockenberry, ME., Wilson D., Winkelstein LM., & Schwartz, P. (2009). Buku ajar:
Keperawatan pediatrik. Edisi 6. (Alih bahasa: Hartono, A., Kurnianingsih. S., & Setiawan). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai