Tahun 2021
Oleh :
Nadia Hanifa
1710142010020
LATAR BELAKANG
& Papoutsi, 2018).
PEMBAHASAN
PENUTUP
LATAR BELAKANG
Perilaku agresif yang
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG
Waktu Penelitian : 21 – 27 Juli 2021
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
Kecerdasan Emosional
Variabel
Perilaku Agresif
Karakteristik Responden
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Remaja
di SMPN 8 Kota Bukittinggi Tahun 2021
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
Jenis Kelamin F %
Laki – Laki 70 42.7%
Perempuan 94 57.3%
Total 164 100.0%
Analisa Univariat
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
Tabel 5.2.
PEMBAHASAN
Kecerdasan Emosional F %
Rendah 3 1.8
Sedang 44 26.8
Tinggi 87 53.0
Sangat Tinggi 30 18.3
Total 164 100.0%
Analisa Univariat
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
Kota Bukittinggi diperoleh hasil yaitu, dari 164 responden yang diteliti lebih
PEMBAHASAN
PENUTUP
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Illahi et al., (2018)
tentang Hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja dalam
implikasinya dalam bimbingan konseling menunjukkan bahwa dari 178
responden, hampir separuh yang memiki kecerdasan emosional tinggi yaitu
sebanyak 86 responden (48.31%).
Menurut analisa peneliti, menunjukkan bahwa remaja di SMPN 8
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Hal tersebut dapat
PEMBAHASAN
dibuktikan dari jawaban kusioner penelitian yang diisi responden
PENUTUP
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
Tabel 5.3.
PEMBAHASAN
Perilaku Agresif F %
Tinggi 8 4.9%
Sedang 51 31.1%
Rendah 74 45.1%
Sangat Rendah 31 18.9%
Total 164 100.0%
Analisa Univariat
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
separuh berada dalam kategori rendah sebanyak 74 siswa (45.1%), kategori
PENUTUP
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
Bukittinggi memiliki perilaku agresif dengan kategori
PENUTUP
Tabel 5.4.
Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Agresif
Pada Remaja di SMPN 8 Kota Bukittinggi Tahun 2021
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
Perilaku Agresif
Kecerdasan Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
N % P_value R
Emosional
F % F % F % F %
Berdasarkan dari tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa dari hasil uji statistic
Spearman Rank diperoleh hasil p value 0.000 sehingga p < 0.05 artinya Ho
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
ditolak dan Ha diterima dimana terdapat hubungan yang signifikan antara
PEMBAHASAN
PENUTUP
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi & Savira (2017)
tentang Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku agresif di social
media pada remaja, dimana didapatkan hasil menggunakan uji Product Moment
dengan nilai p = 0.000 dan nilai r (kolerasi) = 0.859 yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif di
sosial media.
Menurut analisa peneliti, penelitian tentang perilaku agresif pada remaja
di SMPN 8 Bukittinggi berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa remaja di SMPN 8 dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Ini
terlihat dari telaah kuesioner yang dilakukan oleh peneliti bahwa sebagian
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
besar responden menjawab pernyataan kuesioner kearah yang positif.
PENUTUP
Diketahui bahwa dari 164 responden yang diteliti, lebih separuh dari
responden memiliki kecerdasan emosional yang berada pada kategori
LATAR BELAKANG
tinggi sebanyak 87 responden (53,0%)
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
Diketahui bahwa dari 164 responden yang diteliti, hampir separuh dari
PENUTUP
responden memiliki perilaku agresif yang berada pada kategori rendah
sebanyak 74 responden (45,1 %)
Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap
perilaku agresif pada remaja di SMPN 8 Bukittinggi Tahun 2021,
diperoleh hasil p value sebesar 0,000 (<0,05) dengan nilai R (korelasi)
sebesar 0,531 yang artinya hubungan antara kecerdasan emosional
terhadap perilaku agresif dengan memiliki tingkat korelasi kategori
sedang
Keterbatasan Penelitian
LATAR BELAKANG
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada masa pandemi, sehingga
remaja di SMPN 8 Bukittinggi melakukan proses
PENUTUP
pembelajaran secara online. Hal ini membuat peneliti tidak
dapat berinteraksi secara langsung untuk menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Peneliti
hanya bisa menjelaskan melalui kuesioner di google form
atau komunikasi melalui whatsapp. Selain itu, peneliti juga
kesulitan untuk menemukan responden yang mau mengisi
kuesioner penelitian. Dan keakuratan dalam penelitian itu
tergantung pada kemampuan kognitif serta kejujuran dari
responden saat mengisi kuesioner.
TERIMAKASIH