Anda di halaman 1dari 15

Islam dan Ilmu

Sosial
Kelompok 10 :
1. Aldy Amir
2. Hafidz Yususf Al-Kindi
3. Muhamad Tofik Mubarok
Pengertian Ilmu Sosial
• Apa itu Ilmu Sosial itu?
Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin ilmu yang didedikasikan untuk memeriksa
masyarakat. Cabang ilmu ini mempelajari bagaimana orang berinteraksi satu sama lain,
berperilaku, berkembang sebagai budaya, dan mempengaruhi dunia.
Menurut teori Soerjono Soekanto, terdapat enam unsur-unsur sosial dalam
masyarakat, di antaranya adalah sebagai berikut.
o Kelompok sosial, yakni kumpulan manusia yang saling berinteraksi yang memiliki
kesadaran bersama dalam keanggotaannya.
o Kebudayaan, yakni ide dan gagasan dalam pikiran manusia yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan masyarakat.
o Lembaga sosial, yakni lembaga yang mengatur tata cara dan interaksi manusia dalam
lingkungan masyarakat.
o Stratifikasi sosial, yakni pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat
secara vertikal atau secara bertingkat.
o Kekuasaan, yakni kemampuan mengendalikan tingkah laku orang lain.
o Kewenangan, yakni hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain agar
tercapai tujuan tertentu.
• Apa fungsinya ?
Ilmu sosial membantu menjelaskan cara kerja masyarakat,
mengeksplorasi segala hal mulai dari pemicu pertumbuhan ekonomi dan
penyebab pengangguran hingga apa yang membuat orang bahagia. Informasi
ini sangat penting dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Antara lain,
membantu membentuk strategi perusahaan dan kebijakan pemerintah.
Ilmu sosial sebagai bidang studi yang terpisah dari ilmu pengetahuan
alam, yang mencakup topik-topik seperti fisika, biologi, dan kimia. Ilmu
sosial meneliti hubungan antara individu dan masyarakat, serta
perkembangan dan operasi masyarakat, belajar mempelajari dunia fisik.
Disiplin akademis ini lebih mengandalkan interpretasi dan metodologi
penelitian kualitatif. yang termasuk ke dalam cakupan ilmu-ilmu sosial yang
akan di bahas disini adalah antropologi, sosiologi, dan ekonomi
Teori Sosial
• Teori sosial merujuk pada ide, argumen, hipotesis, eksperimen pemikiran, dan
spekulasi penjelas tentang bagaimana dan mengapa masyarakat manusia — atau
elemen atau struktur masyarakat semacam itu — terbentuk, berubah, dan
berkembang seiring waktu atau menghilang. Teori adalah bagian penting dari
kerangka yang digunakan untuk mengatur fenomena sosial tertentu dalam ilmu
sosial.
• Tujuan teori sosial : Teori sosial membahas konteks sosial dari tindakan manusia,
dengan alasan bahwa cara kita bertindak dan keyakinan kita dihasilkan sebagian
oleh struktur sosial tetapi juga dalam komunikasi antar individu dan dalam
kelompok sosial.
• Ada 3 Teori Utama Sosiologi, Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma utama
yaitu
1. paradigma fungsionalis,
2. paradigma konflik, dan
3. paradigma interaksionis simbolik.
Teori Fungsionalisme
Struktural
• Muncul dari sosok Émile Durkheim yang mengimajinasikan masyarakat sebagai
suatu organisme yang tersusun dari berbagai komponen dan saling mempengaruhi
untuk dapat terus berfungsi. Teori fungsionalisme mengajarkan bahwa masyarakat
terdiri dari sistem yang tersusun secara struktural dengan perannya masing-masing.
Sehingga hasil dari berjalannya sistem secara keseluruhan dapat menciptakan
tatanan dan stabilitas sosial. Durkheim yang menaruh perhatian pada tatanan sosial
membawa perspektif fungsionalisme ini pada struktur sosial level makro sebagai
fokusnya dengan institusi sosial sebagai komponen dari sistem sosial tersebut.
Dalam kacamata teori ini, lembaga sosial akan bertahan ketika fungsinya
dijalankan dengan baik. Ketika terjadi malfungsi, maka perlahan lembaga sosial ini
akan perlahan menghilang. Antar institusi sosial ini pun harus terjalin kerja sama
yang baik, jika tidak sistem sosial akan kacau. Institusi sosial yang dimaksud di sini
ialah keluarga, pendidikan, pemerintah, ekonomi, agama, media, dan lain-lain.
Teori Konflik
• Teori yang digagas Marx ini berasumsi pada perbedaan kepentingan antarkelas
dapat menghasilkan relasi sosial yang bersifat konfliktual. Pendistribusian
kekayaan yang tidak merata menciptakan jurang kesenjangan sosial, di mana
semakin parah kesenjangan yang ada membesar pula potensi timbulnya konflik
sosial. Kelas sosial ini terbagi dalam dua kelompok, yakni borjuis dan proletar.
Borjuis sebagai pemilik modal mayoritas sehingga memegang kontrol atas sumber
daya yang ada. Sedangkan kelompok proletar adalah mereka kelas pekerja yang
tidak memiliki kontrol. Dari masing-masing kelas yang ada jelas tujuan dan
kepentingan keduanya saling bertolak belakang, lantaran keinginan kaum borjuis
untuk mempertahankan atau menambah kekuasaan sama besarnya dengan
keinginan proletar dalam mendistribusikan kekayaan secara merata. Ketika kedua
kelompok ini terus mengalami pergesekan lama-kelamaan akan pecah dan memicu
revolusi. Terlebih dengan adanya kesadaran kelas ketika kaum proletar sadar
bahwasanya mereka telah dieksploitasi.
Teori Interaksionisme
Simbolik
• Lahir dari perpaduan pemikiran antara Herbert Blumer, George Herbert
Mead dan Max Weber, teori ini menganalisa masyarakat berdasar makna
subjektif yang diciptakan oleh individu dalam proses interaksi sosial.
Interaksionisme simbolik mengasumsikan landasan individu bertindak
cenderung pada hal yang diyakini bukan yang secara objektif benar.
Keyakinan terhadap suatu hal inilah yang dinamakan sebagai produk
konstruksi sosial yang telah direpresentasikan. Hasil interpretasi tersebut
merupakan definisi situasi. Dengan basis analisisnya adalah aspek individu
maka teori ini tergolong dalam teori mikro sosiologi. Konsep dari teori
interaksionisme simbolik ini juga memiliki tendensi dengan urusan
identitas seseorang.
Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos dan logos yang masing-masing
memiliki arti manusia dan ilmu. Manusia di dalam sebuah masyarakat
kebudayaan, suku bangsa, dan perilakunya merupakan objek dari antropologi
itu sendiri. Dimana untuk membangun masyarakat itu sendiri dalam
bermasyarakat di berbagai macam suku bangsa, berperilaku dan
berkebudayaan adalah tujuan dari antropologi
Pendekatan antropologi memiliki arti sebagai suatu gejala sudut pandang
yang menjadi perhatian dengan menggunakan kebudayaan, dijadikan acuan
dalam menelitinya dari gejala yang dikaji tersebut. Sedangkan pendekatan
antropologi dalam memahami agama bisa memiliki arti sebagai upaya
pemahaman agama dengan memperhatikan praktik yang dilaksanakan dan
berkembang di dalam masyarakat tersebut.
Contoh Penerapan
• Clifford Geertz banyak menuangkan berbagai macam perspektif
antropologi terkait Islam dalam bukunya The Religion of Java pada tahun
1964. Geertz cukup menggambarkan stratifikasi sosial masyarakat Jawa
yang digolongkan menjadi tiga golongan yaitu abangan, santri, dan priyai
dalam karyanya.

1. Abangan yang dimaksud adalah kalangan masyarakat yang sikapnya lebih


menjurus pada segi-segi sinkretisme Jawa yang menyeluruh, dan dengan
secara luas memiliki hubngan dengan unsur-unsur petani di antara
penduduk.
2. Sedangkan santri adalah sebuah kalangan masyarakat yang sikapnya lebih
berat kepada segi-segi Islam dalam sinkritisme tersebut; yang seacara
umum berhubungan dengan unsur pedagang (dan juga sebagai petani).
3. Adapun priyayi yang diartikan sebagai kalangan masyarakat yang sikapnya
berhubungan langsung dengan birokrasi dan menitikberatkan pada segi-
segi Hindu.
• Pada tradisi agama abangan dapat ditemui sebuah ritual yang
seringkali disebut selametan yang bertujuan untuk memperoleh
keadaan selamat dan untuk mengenang roh-roh. Berbeda dengan
santri yang dikaitkan dengan Islam yang murni, adapun tradisi
beragama dari kaum santri dengan ciri khas yakni pelaksanaan
perintah dan ajaran dasar agama Islam secara teratur dan hati-hati
oleh organisasi amal dan sosial, serta Islam politik yang kompleks.
• Sedangkan priyayi dianggap sebagai kaum ningrat atau keturunan
aristokrat dan pegawai sipil kontemporer. Kelompok priyayi ini
memberdayakan sebuah kepemimpinan yang kultural dan ideologis
terhadap masyarakat. Tradisi agama priyayi ini dikhaskan oleh ciri
kehadiran unsur Hindu dan Budha yang memiliki peranan penting
dalam membentuk etika, tindakan sosial dan pandangan dunia.
Islam dan Ekonomi
Sejarah ekonomi Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an sebagai
Firman Allah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. dan Sunnah sebagai
pengamalan dan penjelasan praktis yang mengandung sejumlah ajaran dan prinsip-
prinsip ekonomi yang berlaku untuk berbagai kondisi. Pemikiran adalah produk dari
ide atau pikiran manusia, sedangkan ajaran Al-Qur’an dan kenabian merupakan wujud
penjelasan ilahi. Oleh karena itu, interpretasi manusia, kesimpulan, dan penerapan
mereka dalam berbagai perubahan zaman, ruang, dan kondisi membentuk tubuh
pemikiran ekonomi (the body of economic thought) dari orang-orang Islam.
Secara periodik pada studi ini, kami dapat membagi proses pembentukan
pemikiran tersebut ke dalam tiga klasifikasi yang luas. Fase pertama, periode formasi
atau pembentukan. Tahap ini mencakup periode setelah selesai masa wahyu sampai
akhir era Khulafa’ al-Rasyidin (11-100 A.H./632-718 M) kemudian berlanjut pada era
Imam Madzhab. Pada saat itu, pemikiran ekonomi Islam masih belum dipengaruhi oleh
sumber-sumber dari luar. Pemikiran ekonomi Islam awal didasarkan pada sumber-
sumber internal, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Metodologi pertama mereka adalah
merujuk Al-Qur’an dan praktek Nabi SAW. dan kemudian para sahabatnya serta para
pengikutnya yang langsung dibimbing beliau.
Fase yang kedua yaitu periode penerjemahan. Periode penerjemahan ini
berlangsung pada saat karya-karya klasik dan beberapa manuskrip dari luar Arab,
khususnya karya-karya yang berisi ide-ide Yunani diterjemahkan ke dalam Bahasa
Arab dan para cendekiawan Muslim mulai mempelajari dan mengambil manfaat dari
karya-karya tersebut. Filosof Muslim menerjemahkan istilah “oikonomi” sebagai ‘ilm
al-tadbir manzil (ilmu manajemen rumah tangga). Istilah ini merupakan salah satu dari
tiga cabang filsafat Yunani, dua lainnya adalah etika (‘ilm al-akhlaq) dan politik (‘ilm
alsiyasah). Para cendekiawan Muslim memperluas cabang-cabang pengetahuan jauh
melampaui teori-teori anggaran belanja, mekanisme pasar, harga, moneter, fiskal,
permintaan dan penawaran, dan mengisyaratkan pada beberapa hubungan makro-
ekonomi.
Kemudian fase ketiga yaitu masa penerjemahan ulang dan transmisi. Tahap ketiga
pemikiran ekonomi Islam menandai terjemahan ilmu-ilmu Islam secara umum dan
ilmu Greco-Arab (penjelasan dan komentar ulama atas filsafat Yunani), khususnya dari
Bahasa Arab ke Bahasa Latin dan Eropa lainnya. Sepanjang kajian ekonomi
merupakan bagian dari wacana etika dan filsafat, sehingga gagasan ekonomi para
sarjana Muslim juga diterjemahkan dan ditransmisikan bersama dengan karya-karya
filsafat dan terjemahan. Sebagai contoh, sebagian pandangan Aristoteles tentang
kebutuhan ekonomi yang ditemukan dalam Politic and Nicomachean Ethics.
Terjemahan dari komentar Ibn Rusyd pada dua karya tersebut menjadi sangat populer
di Barat.
Teori Ekonomi Islam
Sejarah membuktikan bahwa ilmuwan Muslim masa klasik telah banyak menulis
dan mengkaji ekonomi Islam baik secara normatif maupun empiris dan ilmiah dengan
metodologis dan sistematis, seperti buku karya Ibn Khaldun (1332-1406), Ibn Taimiyah
dan Al-Ghazali (w.1111). Masih banyak ditemukan karya filusuf Muslim bagian
tertentu tentang Ekonomi seperti Kitab Al- Kharaj karangan Abu Yusuf
(w.182H/798M), kitab AlKharaj karangan Yahya bin Adam (w.203H), kitab Al-Kharaj
karangan Ahmad bin Hambal (w.221H), kitab al-Amwal karangan Abu ‘Ubaid
(w.224H), Al-Iktisab wa al- Rizqi ditulis Muhammad Hasan Asy-Syabany (w.234H).
Roger E Backhouse (2002) menulis sebuah buku berjudul “The Penguin History
of Economic” didalamnya menjelaskan teori yang ditulis Ibn Rusyd tentang fungsi
uang sebagai alat simpanan daya beli dari konsumen. Menjelaskan bahwa uang dapat
digunakan kapan saja oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebelumnya Aristoteles dengan teorinya ada tiga manfaat uang yaitu: sebagai alat
tukar, alat untuk mengukur nilai dan cadangan untuk konsumsi di masa depan.
AlGhazali dengan teorinya kebutuhan manusia dibagi tiga yaitu, kebutuhan primer
(darrurriyah), kebutuhan skunder (hajiat), dan kebutuhan mewah (takhsiniyat), yang
akhirnya teori ini lebih dikenal hasil pemikiran William Nassau yang menjelaskan
kebutuhan dasar (nessecity), skunder (decency) dan kebutuhan tersier (luxary).
Ilmuwan lain dalam Islam, Ibn Taimiyyah menghasilkan teori “Prisce Volitility”
atau naik turunnya harga di pasar. Ia menyatakan naik turunnya harga di pasar bukan
karena adanya ketidakadilan dikarenakan orang atau pihak tertentu, tetapi karena
panjang pendeknya masa produksi (khalaq) suatu komoditi. Jika produksi naik
permintaan turun, maka harga dipasar naik. Sebaliknya jika produksi turun, permintaan
naik harga akan turun. Inilah beberapa teori ekonomi yang digagas oleh filsuf muslim
yang menjadi acuan filsuf modern
Ilmu ekonomi perlu dimiliki masyarakat untuk mengemban amanah sebagai
pemimpin dimuka bumi, untuk mengelolah alam dan apa yang disediakan Allah SWT
bagi kebutuhan hidupnya. Agar masyarakat bisa hidup sejahtera terbebas dari
pengangguran dan kemiskinan, diperlukan pemenuhan kebutuhan, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut diperlukan ilmu yakni ekonomi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai