Anda di halaman 1dari 23

GIZI BURUK

HASANATUL FITRIANI
1102019241
B12
DEFINISI

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya


kekurangan gizi menahun, biasanya terjadi pada anak balita
dibawah usia 5 tahun.
Yang dimaksud dengan gizi buruk adalah terdapatnya edema
pada kedua kaki atau adanya severe wasting (BB/TB < 70% atau <
-3 SD), atau ada gejala klinis gizi buruk (kwashiorkor, marasmus
atau marasmik-kwashiorkor) (Roespandi & Nurhamzah, 2009).
ETIOLOGI
• Malnutrisi primer: individu sehat yang
tidak terpenuhi makanan yang adekuat.
Kekurangan kalori umumnya dikaitkan
dengan keadaan-keadaan perang,
kekacauan sosial, kemiskinan, penyakit
infeksi, dan ketidakseimbangan
distribusi makanan → efek buruk:
gangguan tumbuh-kembang anak

• Malnutrisi sekunder: adanya penyakit


yang menyebabkan asupan di bawah
optimal, gangguan penyerapan atau
pemakaian nutrien, dan/atau
peningkatan kebutuhan karena terjadi
kehilangan nutrien atau keadaan stres
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
PATOFOSIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

KWASHIORKOR MARAMUS
– Adanya edema di seluruh tubuh, terutama – Tampak sangat kurus
kaki, tangan, atau anggota badan lain – Wajah seperti orang tua
– Wajah membulat dan sembab – Cengeng
– Pandangan mata sayu – Kulit keriput
– Pembesaran hati dan pengecilan otot – Perut cekung
– Rambut tipis dan kemerahan, serta – Tekanan darah, detak jantung, dan
kelainan kulit pernapasan berkurang (melemah)

•  
CARA DIAGNOSIS
1. Survei Komsumsi Pangan
b. Anamnesis
Anamnesis awal (untuk kedaruratan):
Survei konsumsi pangan ada 2 macam, Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan
yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. rencana tatalaksana selanjutnya,
dilakukan setelah kedaruratan ditangani):
Penilaian asupan secara kualitatif,
seperti food frequency, dietary
history, metode telepon, dan food list.
Metode kualitatif biasanya untuk
mengetahui frekuensi makan,
frekuensi konsumsi menurut jenis
bahan makanan dan menggali
informasi tentang kebiasaan makan
serta cara-cara memperoleh bahan
makanan tersebut.
● Apakah anak tampak sangat kurus, adakah ● Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
edema pada kedua punggung kaki ○ Konjungtiva atau kornea yang kering,
bercak Bitot
● Tanda dehidrasi ○ Ulkus kornea
○ Keratomalasia
● Adakah tanda syok
● Ulkus pada mulut
● Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi ● Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit
(suhu aksilar < 35.5° C). ● Lesi kulit pada kwashiorkor:
○ hipo- atau hiper-pigmentasi
● Frekuensi dan tipe pernapasan ○ deskuamasi
○ ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha,
● Sangat pucat belakang telinga)
○ lesi eksudatif (menyerupai luka bakar),
● Pembesaran hati dan ikterus
seringkali dengan infeksi sekunder
● Adakah perut kembung, bising usus (termasuk jamur).
● Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir).
melemah/meninggi, tanda asites, atau
● Tanda dan gejala infeksi HIV

PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
Pemeriksaan Antropometri (Z Score)
INTERPRETASI
PEMERIKSAAN
KLINIS
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada
jaringan epitel yang terdapat di mata,
kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ
yang dekat dengan permukaan tubuh
(kelenjar tiroid).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Jaringan yang digunakan antara lain adalah darah, urin,


tinja dan beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi
memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif dari pada
menilaian konsumsi pangan dan pemeriksaan lain.
Pemeriksaan biokimia dapat mendeteksi defisiensi zat gizi
lebih dini.
ALUR PEMERIKSAAN
TATALAKSANA
KONSELING DAN PEMULANGAN ANAK
DARI RS
Proses pemulangan anak dari rumah sakit harus meliputi hal berikut:
● Saat pemulangan yang tepat dari rumah sakit.
● Konseling kepada ibu mengenai pengobatan dan pemberian makan anak di rumah.
● Memastikan bahwa status imunisasi anak dan kartu pencatatan sudah sesuai umur anak.
● Berkomunikasi dengan petugas kesehatan yang merujuk anak atau yang akan bertanggung-
jawab dalam perawatan lanjutan.
● Menjelaskan kapan kembali ke rumah sakit untuk kunjungan ulang dan memberitahu ibu gejala
ataupun tanda yang mengindikasikan agar anak dibawa kembali ke rumah sakit dengan segera.
● Membantu keluarga dengan hal yang diperlukan (misalnya menyediakan peralatan bagi anak
cacat, atau menghubungkan anak dengan organisasi kemasyarakatan untuk anak dengan
HIV/AIDS).
PERSIAPAN PULANG
Anak seharusnya:
● telah menyelesaikan pengobatan antibiotik
● mempunyai nafsu makan baik
● menunjukkan kenaikan berat badan yang baik
● edema sudah hilang atau setidaknya sudah berkurang.
Ibu atau pengasuh seharusnya:
● mempunyai waktu untuk mengasuh anak
● memperoleh pelatihan mengenai pemberian makan yang tepat (jenis,
● jumlah dan frekuensi)
● mempunyai sumber daya untuk memberi makan anak. Jika tidak mungkin, nasihati
tentang dukungan yang tersedia.
KOMPLIKASI
• Hypoglycaemia, hipotermia, hypokalaemia, asidosis, dermatosis, gagal jantung, dll yang secara aktif
mencari dipantau dan diperlakukan sesuai dengan pedoman WHO. t. Penyakit-penyakit tersebut
justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut adalah:

1. Diare persisten : Sebagai berlanjutnya episode diare selama 14hari atau lebih yang dimulai dari
suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).

2. Tuberkulosis : Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,


yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh hidup
lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.
3. HIV-AIDS: HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel
sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-
komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya.
PENCEGAHAN
• Memastikan anak mendapatkan asupan makanan yang cukup
dengan pola gizi sehat seimbang (mengandung karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral) sepanjang masa
pertumbuhannya.
• Memantau tumbuh kembang anak secara berkala.
• Bila ada infeksi yang dialami, segera diobati
• Malnutrisi yang berat mempunyai angka kematian sekitar 20-30%. Kematian
sering disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara
kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung
dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal
walaupun keliatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progresif,
kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang
irreversible dari sel-sel tubuh akibat gizi buruk atau KEP berat.

PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
Alpers, Ann. (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolph (20 ed.). Jakarta: EGC.

Atassi, Hadi. 2019. Protein-Energy Malnutrition. Department of Internal Medicine, University of


Louisville Hospital. Dapat diakses di : https://emedicine.medscape.com/article/1104623-overview#a5

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
Di Layanan Rawat Jalan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Müller, O. & M. Krawinkel. (2005). Malnutrition and health in developing countries. CMAJ: 173(3),
279–286.

Roespandi, H. & W. Nurhamzah. (2009). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit:
Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta: WHO/MoH/IDAI.

Anda mungkin juga menyukai