Anda di halaman 1dari 24

EKOLOGI MANUSIA DAN

EKONOMI (Part 1)
Pilar sustainability

Sustainabilit
y
Ecological economics (ekonomi
yang ekologis)
 Tujuan utama ekonomi ekologis adalah menggambarkan hubungan
antara 'sistem ekonomi manusia yang dinamis dan dinamika yang lebih
besar, tetapi biasanya sistem ekologi yang berubah lebih lambat‘.
 Dalam pengertian normatifnya, hubungan ini membayangkan konteks
sosioekologis di mana ‘(1) kehidupan manusia dapat berlanjut tanpa
batas waktu, (2) individu manusia dapat berkembang, dan (3) budaya
manusia dapat berkembang; tetapi di mana efek dari aktivitas manusia
tetap dalam batas, sehingga tidak menghancurkan keragaman,
kompleksitas, dan fungsi sistem pendukung kehidupan ekologis
 Dengan beberapa varian, tema-tema yang tersirat dalam definisi ini -
keadilan antargenerasi, memenuhi kebutuhan manusiawi, dan
memadukan kepedulian terhadap proses ekologis ke dalam perhitungan
ekonomi - tetap menjadi hal yang fundamental dalam ekonomi ekologis.
Ecological economics (ekonomi
yang ekologis)
 Ekonom ekologis memandang proses ekonomi dengan cara yang
mirip dengan cara para ekologis mengamati ekosistem: pendekatan
mereka secara fundamental bersifat metabolik, yang berarti bahwa
ekonomi dipandang sebagai subsistem ekosistem global terbatas
yang lebih besar. Lebih khusus lagi, ekonomi dianggap terbuka
untuk masuk / keluarnya bahan dan energi, misalnya dalam bentuk
bahan mentah (masuk) dan polusi (keluar), dan proses ekonomi
dianggap sebagai entropis dan karenanya tidak dapat diubah.
 Dalam pengertian inilah ekonomi ekologis dapat dilihat bukan
sebagai cabang ekonomi tetapi lebih mirip dengan ekologi
manusia.
Ecological economics (ekonomi
yang ekologis)
 Ekonomi ekologis telah berkembang dalam paradigma yang berbeda dari
ekonomi konvensional (neoklasik) yang sebagian besar masih didasarkan pada
prinsip-prinsip mekanistik.
 Penggambaran manusia sebagai agen pemaksimalan utilitas yang perilaku
agregatnya mengarah pada kondisi tertentu menuju keseimbangan juga berakar
pada paradigma mekanistik, konsekuensi ideologis di antaranya adalah promosi
pasar yang diatur sendiri, pertumbuhan ekonomi, dan kemajuan teknis.
 Konsep sentral ekonomi ekologis adalah keberlanjutan, yang didekati baik
secara kualitatif maupun empiris, dengan perhatian khusus diberikan pada skala
spasial (mulai dari lokal hingga global) dan indikator biofisik. Sebaliknya,
ekonomi lingkungan standar biasanya menganggap pembangunan
berkelanjutan sebagai sinonim dengan pertumbuhan berkelanjutan, diukur
dalam indikator moneter dan dipelajari dengan model umum yang menghindari
referensi ke aspek historis dan spasial.
Ecological economics (ekonomi
yang ekologis)
 Ekonomi ekologis umumnya mengasumsikan horizon waktu yang lebih
panjang daripada ekonomi lingkungan dan oleh karena itu membantah
anggapan bahwa masa depan harus didiskon).
 Ini lebih memperhatikan rantai sebab akibat, interaksi dan umpan balik
antara sistem alam dan manusia-ekonomi. Konsep ―co-evolusi dalam hal
ini relevan, mencerminkan pengaruh timbal balik dari sistem ekonomi dan
lingkungan.
 Ekonom ekologi melihat sistem, termasuk pasar, lebih adaptif daripada
optimal dalam arti neoklasik. Dalam pengertian ini, ekonomi ekologis
secara inheren memerlukan dimensi evolusi, dengan berpandangan bahwa
pasar tidak dapat memenuhi kebutuhan orang miskin secara memadai,
mereka juga tidak dapat menghasilkan teknologi ― optimal dan kegiatan
produksi yang diperlukan dari perspektif jangka panjang, berwawasan
lingkungan.
Ecological economics (ekonomi
yang ekologis)
 Gagasan tentang keadilan antargenerasi menantang beberapa asumsi sentral
dari pemikiran ekonomi konvensional (keistimewaan kriteria efisiensi atas
parameter lain, preferensi konsumen yang tidak berubah dari waktu ke waktu,
substitusi hampir tak terbatas antara modal alami dan buatan manusia).
 Sebagai hasil dari upaya para ekonom ekologi 'untuk memahami bagaimana
cara mendekati kebijakan pertumbuhan dengan cara yang tidak akan
memiskinkan masa depan‘.
 Menjadikan keadilan antargenerasi sebagai tujuan utama juga membawa
implikasi normatif yang menonjol. Salah satu jalan menuju pelestarian
berkelanjutan adalah tatanan sosial yang dibangun yang terdiri dari 'kontrak
antarwaktu' (antara generasi sekarang dan yang akan datang) berdasarkan
aturan (pengambilan keputusan lingkungan yang baik oleh orang saat ini) dan
warisan sosial (entitas yang diteruskan ke generasi mendatang)
Ecological economics (ekonomi
yang ekologis)
 Dialog para ekonom ekologi tentang keadilan antar generasi didukung
oleh argumen untuk keadilan antar generasi dan pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat manusia saat ini.
 Perbedaan yang jelas antara pertumbuhan ekonomi (ditafsirkan sebagai
intensifikasi penggunaan sumber daya yang tidak berkelanjutan dan
terus meningkat) dan pembangunan ekonomi (dilihat sebagai
pengurangan dalam hasil sumber daya sambil membentuk kembali
preferensi konsumen ke arah hasil yang berkelanjutan).
 Sejalan dengan ini, mereformasi proses ekonomi dan mengurangi
persoalan sosial ekonomi yang terkait dengan pembangunan yang tidak
merata (pada skala global dan nasional) akan memerlukan pergeseran
dari visi neoliberal tentang integrasi ekonomi global ke fokus pada
produksi domestik untuk mengembangkan pasar internal.
Green economy (ekonomi hijau)

 Pada Oktober 2008, UNEP mencetuskan gagasan mengenai


“Green Economy” dalam rangka mendukung upaya penurunan
emisi gas rumah kaca.
 Gagasan “green economy” tersebut bertujuan memberikan peluang
yang besar bagaimana upaya memanfaatkan konsepsi “green
economy” dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan
yang berorientasi pada aspek lingkungan dan ekosistem.
Green economy (ekonomi hijau)

 Terkait dengan gagasan konsepsi “green economy” tersebut, hal ini terdapat dua
hal yang ingin dicapai.
 Pertama, ekonomi hijau mencoba untuk membuat konsep ekonomi yang
bukan hanya sekedar mempertimbangkan masalah makro ekonomi, khususnya
investasi di sektor-sektor yang memproduksi produk ramah lingkungan
maupun produksi barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan (“green
investment/investasi hijau”), namun juga difokuskan pada bagaimana
kontribusi investasi hijau tersebut terhadap produksi barang dan jasa serta dan
pertumbuhan lapangan pekerjaan di bidang yang terkait dengan ramah
lingkungan (green job).
 Kedua, green economy mencoba untuk menyiapkan panduan pro-poor green
investment, atau investasi hijau yang mampu mendorong pengentasan
masalah kemiskinan. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong agar para
pembuat kebijakan mampu membuat semua jajaran pemerintahan dan sektor
swasta ikut serta untuk mendukung peningkatan investasi hijau.
Green economy (ekonomi hijau)

 Konsep Green Economy tidak hanya memberi penekanan pada


berbagai kebijakan standar, seperti bagaimana menilai lingkungan
secara ekonomi dan pemberian sanksi terhadap aktivitas-aktivitas
yang membahayakan dan berpotensi merusak lingkungan; tetapi
yang lebih penting adalah bagaimana konsep ekonomi hijau
tersebut mampu mendorong pelaku ekonomi untuk memproduksi
barang, perdagangan, dan mengkonsumsi hal-hal yang ramah
lingkungan atau produk barang dan jasa yang lebih ramah
lingkungan.
 Pendapatan dan lapangan pekerjaan yang dihasilkan dari Green
Economy pada gilirannya diharapkan mampu membuat para pelaku
ekonomi menjadi lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan yang
ramah lingkungan.
Green economy (ekonomi hijau)

 Konsep Green Economy telah mengalami evolusi dari perpekstif lama


yang bersifat regulasi untuk “menghijaukan” kegiatan ekonomi “coklat”
menjadi konsep baru yang lebih fokus pada pembangunan ekonomi dan
pembukaan lapangan pekerjaan (green jobs) dengan investasi hijau (green
investment), produksi, perdagangan, dan konsumsi.
 Hal tersebut nantinya akan memberikan kontribusi pada peningkatan
kesadaran lingkungan dan meningkatnya permintaan pasar untuk produk
yang ramah lingkungan serta barang dan jasa yang lebih ramah
lingkungan.
 Adanya potensi permintaan ini mengindikasikan bahwa Green Economy
tidak hanya berperan dalam mengatasi masalah-masalah “coklat”, seperti
mengurangi emisi karbon, namun juga dapat ditekankan pada isu
bagaimana memperoleh penghasilan dan terbukanya lapangan pekerjaan
baru.
Green economy (ekonomi hijau)

 Green Economy merupakan suatu alat/sarana yang diharapkan mampu


memberikan tiga keluaran, yaitu 1) adanya sumber-sumber penghasilan serta
lapangan pekerjaan yang baru; 2) emisi karbon yang rendah, mengurangi
penggunaan sumber daya alam, dan mengurangi peningkatan polusi dan
limbah; serta 3) memberikan kontribusi untuk tujuan sosial yang lebih luas
melalui pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, kesetaraan sosial, dan
pengurangan kemiskinan, meskipun tujuan sosial tersebut kadangkadang
tidak terjadi secara otomatis.
 Ekonomi hijau secara singkat dicirikan sebagai: (i) peningkatan investasi
hijau; (ii) peningkatan kuantitas dan kualitas lapangan pekerjaan pada sektor
hijau; (iii) peningkatan pangsa sektor hijau; (iv) penurunan
energi/sumberdaya yang digunakan dalam setiap unit produksi; (v) penurunan
CO2 dan tingkat polusi per GDP yang dihasilkan; serta (vi) penurunan
konsumsi yang menghasilkan sampah (decrease in wasteful consumption).
Green economy (ekonomi hijau)

 Sebelas sektor yang berkaitan dengan ekonomi hijau, yaitu


pertanian, bangunan, perkotaan, energi, perikanan, kehutanan,
industri pengolahan/manufakturing, pariwisata, transportasi,
limbah, dan air.
 Kesebelas sektor ini sangat penting untuk membentuk atau
menentukan terjadinya ekonomi hijau di suatu negara. Kekeliruan
dalam pengembangan di dalam sektorsektor ini dan keterkaitan
diantaranya akan berpengaruh besar terhadap proses pembentukan
ekonomi hijau di suatu negara.
Pertanian Kehutanan Industri pengolahan

Pariwisata Limbah Air

Transportasi Bangunan Perkotaan


Green economy (ekonomi hijau)

 Pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam membentuk


ekonomi hijau, karena dari sektor inilah sumber pangan diproduksi. Sektor pertanian
ini menyerap sebagian besar tenaga kerja dan menjadi sumber pendapatan, baik
secara rata-rata di suatu negara maupun secara global. Dengan demikian,
pengelolaan pertanian yang berkelanjutan (sustainable farming) akan membentuk
atau berperan besar dalam pembentukan ekonomi hijau di suatu negara. Hal lain
yang lebih penting lagi, adalah bahwa komposisi kemiskinan dalam sektor pertanian
juga sangat besar, sehingga pembentukan sustainable farming akan menjadi peluang
baru sebagai sarana menurunkan kemiskinan di sektor pertanian.
 Bangunan merupakan bagian penting, karena sektor bangunan (biuildings)
mendominasi dalam konsumsi energi, baik bangunan publik, swasta dan
perkantoran, maupun rumah tangga. Jumlah bangunan dan industri real estate
cenderung tumbuh seiring dengan pertumbuhan populasi dalam suatu negara.
Konsumsi lahan dan air yang perlu disediakan menjadi faktor penentu dari
pertumbuhan bangunan. Dengan demikian, desain bangunan hijau (green buildings)
menjadi bagian penting pula dalam membentuk ekonomi hijau di suatu negara.
Green economy (ekonomi hijau)

 Perkotaan. Sejalan dengan pertumbuhan bangunan, maka perkembangan perkotaan


merupakan trend yang terus meningkat di berbagai negara. Urbanisasi/perkembangan
perkotaan di dunia juga menuntut tidak hanya akan kebutuhan penyediaan lahan, namun
juga air dimana apabila tidak direncanakan dengan baik akan mengganggu kualitas hidup
dan kelangsungan kehidupan. Perkembangan perkotaan juga menuntut adanya peningkatan
transportasi, konsumsi energi, dan infrastruktur lainnya. Selain itu, seiring dengan
berkembangnya masyarakat kelas menengah, perkembangan perkotaan terus dituntut untuk
misalnya berbagai kebutuhan konsumsi dan fasilitas perkotaan baik dalam aspek kualitas
maupun kuantitasnya.
 Energi. Seiring dengan berkembangnya jumlah populasi dunia, yang lebih dari 7 miliar
penduduk, kebutuhan energi baik untuk komoditas konsumsi maupun fasilitas kehidupan
terus semakin bertambah baik dari kuantitas dan kualitasnya. Penyediaan energi yang terus
meningkat, hal ini akan mendorong pencarian dan penggunaan sumber energi dari berbagai
sumber, baik sumber energi yang terbarukan maupun tidak terbarukan. Dengan demikian,
dengan mengetahui jumlah konsumsi energi tersebut hal ini akan dapat memperkirakan
adanya sejauhmana peningkatan emisi dari energi dan dampak lingkungan lainnya akibat
eksploitasi sumberdaya energi, apabila hal tersebut tidak direncanakan dengan baik.
Green economy (ekonomi hijau)

 Perikanan. Sebagai salah satu sumber pangan, peningkatan populasi penduduk akan
menuntut eksploitasi sumberdaya perikanan yang terus meningkat. Kelangsungan
ketersediaan sumberdaya perikanan perlu dijaga dengan baik, baik melalui eksploitasi yang
sesuai pertumbuhan (maximum sustainable yield) maupun menggunakan cara-cara
penangkapan yang lestari, seperti adanya upaya restocking, dan pemeliharaan ekosistem laut.
Terkait dengan ekosistem laut, pengendalian polusi yang berasal dari sungai menjadi sangat
penting untuk menjaga ekosistem laut agar baik kebersihan dan keamanan untuk kehidupan
ikan.
 Kehutanan. Dalam kaitan dengan ekonomi hijau, jumlah dan kualitas hutan sangat penting
untuk dipelihara, dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan daya dukung fisik
lahan serta menjaga biodiversitas yang ada di dalamnya. Hutan sebagai penjaga sumberdaya
air dan juga fungsi konservasi dan jasa lingkungan lainnya menjadi faktor yang sangat
penting untuk menentukan terbentuknya ekonomi hijau, termasuk pembentukan komoditas
karbon untuk “ditransaksikan” di kemudian hari. Dengan demikian, penggunaan lahan hutan
untuk kegiatan pertanian, pertambangan, dan pemanfaatan kegiatan lainnya perlu dijaga
melalui tata ruang yang ketat dan konsisten. Potensi hutan selama ini hanya memfokuskan
pada hasil produk kayu dan belum memperhatikan akan manfaat nilai jasa lingkungan dan
nilai biodiversitas yang ada. Padahal, jasa lingkungan dan nilai biodiversitas dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber pendapatan baik negara, daerah maupun masyarakat yang sangat
strategis dan bahkan dapat dikembangkan sejalan dengan pembentukan ekonomi hijau.
Green economy (ekonomi hijau)

 Industri pengolahan/manufakturing. Peningkatan populasi dan kebutuhan


hidup baik secara kuantitas maupun kualitas akan mendorong pertumbuhan
industri manufakturing. Selain hal itu akan meningkatkan kebutuhan bahan
baku untuk industri manufakturing melalui pemanfaatan sumberdaya alam
yang ada, pertumbuhan industri manufakturing akan berpotensi menimbulkan
polusi apabila tidak dijaga dengan baik melalui prinsip-prinsip keberlanjutan.
Pengembangan industri yang menggunakan sumberdaya alam secara lebih
efisien, termasuk konsumsi energi dan bahkan energi bersih akan sangat
berkontribusi pada pembentukan ekonomi hijau. Dalam kaitan dengan
pengembangan industri, potensi yang besar dari kekayaan biodiversitas dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai bahan baru dalam pengobatan (bio-
farmaka) maupun bahan baru yang lebih mengarah pada produkproduk yang
ramah lingkungan (bio-prospecting). Potensi kekayaan biodivesitas itu dapat
dijadikan sumber pendapatan baru bagi penerimaan negara dengan syarat
bahwa pemanfaatan biodiversitas itu tetap dilandasi dengan prinsip-prinsip
keberlanjutan melalui pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan ke arah
yang lebih baik dan ramah lingkungan.
Green economy (ekonomi hijau)

 Pariwisata. Pariwisata selama ini masih terbatas pada pemanfaatan sumber daya yang terkait
dengan kekayaan sight (pemandangan) keindahan alam. Di masa depan, pariwisata mempunyai
banyak peluang untuk dikelola dan ditumbuhkan sebagai komponen ekonomi hijau. Alam dan
ekosistemnya merupakan sumber kekayaan yang akan menjadi daya tarik tourism, termasuk di
dalamnya kekayaan biodiversitas sebagai kekayaan yang unik dan spesifik lokasi alam. Pola
pengelolaan kekayaan alam seperti pariwisata ekologi, wisata keanekaragaman hayati, dan
bahkan wisata ilmiah yang terkait dengan upaya mempelajari kekayaan keanekaragaman hayati
di tempatnya (in-situ) merupakan potensi yang belum tergali dan dikelola dengan baik.
 Transportasi. Transportasi merupakan bidang yang sangat penting untuk dapat dikelola dengan
baik. Jumlah populasi penduduk yang terus berkembang dan tingkat mobilitas penduduk dalam
frekuensi dan jarak yang semakin meningkat memerlukan layanan transportasi yang besar
jumlahnya dan tinggi frekuensinya. Peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat serta
berkembangnya sektor yang memerlukan mobilitas, misalnya pariwisata dan sektor produksi
lain menuntut sistem transportasi yang efisien dan bersih. Peningkatan frekuensi mobilitas
penduduk memerlukan sumberdaya energi yang harus dipersiapkan dalam menunjang
transportasi serta jenis transportasi yang ramah lingkungan. Transportasi harus dapat dikelola
dengan baik dan sesuai dengan tuntutan kelestarian lingkungan dan ekosistem. Pengembangan
sistem transportasi yang ramah lingkungan dapat juga terkait dengan tata kota dan tata ruang
secara lebih luas. Oleh karena itu, pengembangan penataan perkotaan dan hubungan urban-rural
serta antar wilayah perlu dikembangkan secara terpadu dengan berbagai sektor lain, mengingat
transportasi diperlukan hampir di semua sektor penting di dalam ekonomi hijau.
Green economy (ekonomi hijau)
 Limbah. Sejalan dengan perkembangan seluruh kegiatan di dalam sektor-
sektor di atas, hal ini akan berimplikasi pada meningkatnya produksi limbah,
baik jumlah maupun jenis dan kulitas limbah yang dihasilkan. Pengelolaan dan
pengaturan pengeluaran limbah perlu ditetapkan sejak awal pada setiap
kegiatan baik ekonomi maupun sosial. Penetapan pengelolaan dan pengaturan
hasil limbah ini akan sangat membantu tidak saja terkait dengan perhitungan
biaya pengelolaannya, namun juga terkait dengan penggunaan sumber alam
secara efisien dan hemat, terutama yang terkait dengan sumberdaya alam yang
tidak terbarukan. Pemanfaatan sumber daya alam secara hemat perlu terus
dilakukan mengingat masa produksi sumber daya alam yang tidak terbarukan
memiliki masa yang sangat panjang. Penggunaan sumberdaya alam (ekstraksi)
yang terlalu cepat dan tidak efisien, tidak saja akan menghasilkan limbah yang
besar dan mungkin tidak ramah lingkungan namun juga hal tersebut akan
menghabiskan bahan dalam waktu pendek. Penggunaan sumberdaya alam
tersebut tentu saja tidak memperhatikan aspek keberlanjutan dan juga tidak
sejalan dengan kaidah pembentukkan ekonomi hijau secara baik.
Green economy (ekonomi hijau)
 Air. Alam yang menjadi penghasil sekaligus tempat membuang air perlu
dijaga keseimbangannya. Hutan sebagai sumber mata air perlu dijaga agar
hutan mampu menghasilkan jumlah air dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia. Perkembangan populasi penduduk dan konsumsi air perlu didukung
dengan adanya pemeliharaan sumber/mata air alam yang baik. Sementara itu,
kebutuhan akan ruang cenderung menghilangkan sumber mata air dan daerah
resapan air dimana kedua lokasi tersebut yang bisa dianggap sebagai tempat
yang mampu menjaga siklus air agar dapat terpelihara secara seimbang
sepanjang waktu dan sepanjang tempat (space). Untuk itu, penataan ruang dan
penjagaan keseimbangan fisik muka lahan perlu diperhitungkan dan dijaga
dengan baik, agar alam tetap menghasilkan air dalam jumlah dan kualitas yang
dibutuhkan. Selain itu, alam juga memiliki kemampuan untuk mendaur ulang
atau menjaga siklus air sehingga jumlah air yang dihasilkan dapat dijaga secara
antar waktu dan antar tempat. Sehubungan dengan itu, keseimbangan
keberadaan dan eksistensi kesebelas sektor di atas termasuk air, yang menjadi
penyedia air, pengkonsumsi air, dan berpotensi sebagai pencemar air, sangat
penting untuk membentuk dan menyambungkan adanya ekonomi hijau yang
lestari.
 https://www.youtube.com/watch?v=8q7_aV8eLUE
 https://www.youtube.com/watch?v=VTfgNFz1DBM
Thank You...

Anda mungkin juga menyukai