Dibagi menjadi 3
1. STEMI
2. N-STEMI
3. Unstable Angina
Diferensial Diagnosis
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
- EKG
- Thorax
Anamnesis
Presentasi klinik pada umumnya berupa :
1. Angina tipikal yang persisten selama lebih dari 20 menit. Dialami oleh sebagian besar pasien (80%)
2. Angina awitan baru (de noco) kelas III klasifikasi The Canadian Cardiovascular Society (CCS).
Terdapat pada 20% pasien
3. Angina stabil yang mengalami destabilisasi (angina progresif atau cresendo) : menjadi makin
sering, makin lama, atau makin berat minimal kelas III klasifikasi CCS
4. Angina pasca infark Miokard : Angina yang terjadi dalam 2 minggu setelah infark miokard
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengidentifikasi
1. Faktor pencetus iskemia
2. Komplikasi iskemia
3. Penyakit penyerta
4. Menyingkirkan diagnosis banding
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Biomarka Jantung
3. Pemeriksaan invasif (angiografi koroner)
4. Pemeriksaan Lab
5. Pemeriksaan foto polos dada
Biomarker Jantung
•Pada pasien dg SKA Peningkatan enzim Troponin terjadi 3-4 jam setelah onset gejala dan dapat bertahan 2 minggu
•CKMB meningkat 4-6 jam mencapai puncak 12 jam, menetap 2 hari
•Pemeriksaan serial harus dilakukan dlm 6-12 jam jika pemeriksaan pertama negative
Tatalaksana Umum
1. Tirah Baring (Kelas 1C)
2. Oksigen utk pasien dg hipoksemia (Saturasi < 90% atau Pa02<60mmHg) (I-C). Oksigen rutin tidak
direkomendasikan untuk pasien SaO2 >90% (Kelas I-C)
3. Aspirin 160-320 mg pada semua pasien yang tidak diketahui intoleransinya terhadap aspirin (Kelas
l—A), dipilih sediaan tanpa salut karena absorbsi sublingual lebih cepat(Kelas 1-C)
4. Dosis awal ticagrelor 180 mg dilanjutkan 2 x 90 mg/hari kecuali pasien IMA-EST yang
direncanakan untuk fibrinolitik (Kelas l-B). Atau clopidogrel dosis awal 300 mg dilanjutkan 75
mg/hari (Kelas I-C).
5. Anti Iskemik: NTG spray/tab dapat diulang tiap 5 menit maks 3 x(I-C), jk masih nyeri diberikan
NTG/ISDN intravena (I-C)
6. Morfin sulfat 1-5 mg IV dpt diulang setiap 10-30 menit (IIa-C)
Terapi Reperfusi
IKP / PCI
Pasien yang akan menjalani IKP sebaiknya mendapatkan terapi antiplatelet ganda (DAPT) berupa aspirin
dan penghambat reseptor ADP sesegera mungkin sebelum angiografi (Kelas I-A), disertai dengan
antikoagulan iv (Kelas I-C).
Penghambat reseptor ADP
1. Ticaglerol (LD : 180mg, MD : 90mg 2dd1) (Kelas I-B)
2. Atau Clopidogrel (LD : 600mg. MD : 75 mg 1dd1) (Kelas I-C)
Antiplatelet
3. Aspirin oral (160-320mg)
Antikoagulan iv
1. Heparin yang tidak terfraksi (unfractioned heparin/UFH), dengan atau tanpa penghambat reseptor
GP IIb/IIIa rutin
2. Enoxaparin iv
3. Fondaparinux tidak disarankan untuk IKP primer
4. Tidak disarankan menggunakan fibrinolisis pada pasien yang direncanakan untuk IKP primer
Fibrinolitik
Terapi jangka panjang setelah pulih
1. Kendalikan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan terutama merokok dengan ketat (Kelas I-
B)
2. Terapi antiplatelet dengan aspirin dosis rendah (75-100mg) (Kelas I-A)
3. DAPT (Aspirin dengan penghambat reseptor ADP) diindikasikan hingga 12 bulan setelah IMA-EST
(Kelas I-C)
4. Pengobatan oral b blocker diindikasikan untuk pasien dengan gagal ginjal atau disfungsi ventrikel
kiri (Kelas I-A)
5. Penghambat ACE diindikasikan sejak 24 jam untuk pasien-pasien IMA-EST dengan gagal ginjal,
disfungsi ventrikel kiri, diabetes, atau infark anterior (Kelas I-A). Sebagai alternatif dapat
digunakan ARB (Kelas I-B)
6. Antagonis aldosteron dapat diindikasikan bila fraksi ejeksi <40% atau terdapat gagal ginjal atau
diabetes, bila tidak ada gagal ginjal atau hiperkalemia (Kelas I-B)
2
SYOK KARDIOGENIK
Definisi
Adalah sindrom klinik akibat gagal perfusi yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jantung; ditandai
dengan nadi lemah, penurunan tekanan rerata arteri
(MAP) 18 mmHg), dan penurunan curah jantung (CO <
3,2 L/menit)