Anda di halaman 1dari 11

VITAMIN A ( RETINOL )

KELOMPOK 6 :
1. NABILA ( 20112296)
2. YENNY SUGIARTI ( 20112295)
3. YODELLA AMANDA ( 20112294)
4. YOLA ERSADILA ( 20112297)
5. NINI SYAFUTRI ( 20112298)

DOSEN : IBUK SUKAPTI


NAMA GENERIK

Retinol sintetis dipasarkan dengan nama


dagang berikut: Acon, Afaxin, Agiolan, Alphalin,
Anatola, Aoral, Apexol, Apostavit, Atav, Avibon,
Avita, Avitol, Axerol, Dohyfral A, Epiteliol, Nio
A-Let, Prepalin, Testavol , Vaflol, Vi-Alpha,
Vitpex, Vogan, dan Vogan-Neu.
SIFAT FISIK DAN KIMIA

Vitamin A, sebagai asam retinoat, retinol, retinil aldehid, dan retinil


ester merupakan komponen kosmeseutikal yang menarik perhatian.
Terdapat beberapa bentuk vitamin A yang digunakan sebagai kosmetik.
Yang banyak digunakan adalah retinol, retinil ester (misalnya, retinil
asetat, retinil propionat, dan retinil palmitat), dan retinaldehid. Melalui
reaksi enzimatik endogen, semua bentuk vitamin A diubah menjadi asam
retinoat-trans (trans-RA), yang merupakan bentuk aktif vitamin A di
kulit. Retinil ester diubah menjadi retinol oleh esterase, dan selanjutnya
menjadi retinaldehid oleh retinol dehidrogenase, dan akhirnya dioksidasi
oleh retinaldehid oksidase membentuk asam retinoat (RA).
Generasi pertama retinoid topikal (non-aromatik), diantaranya
vitamin A dan turunannya, retinaldehid, asam retinoat trans (trans-RA)
atau tretinoin, 13-cis-asam retinoat (13-cis-RA) atau isotretinoin.
Generasi kedua retinoid (monoaromatik) berupa analog sintetik dimana
satu aspek struktur dasar vitamin A diubah, seperti etretinat dan
asitretin, namun tidak ada sediaan topikalnya. Generasi ketiga (poli-
aromatik) memiliki modifikasi bermakna dari molekul asli, seperti
adapalen, tazaroten, arotinoid, arotinoid metil sulfon, dan arotinoid etil
ester. Generasi keempat (pyranones) adalah seletinoid G. Saat ini
terdapat tujuh sediaan retinoid topikal, yaitu tretinoin, adapalen,
tazaroten, isotretinoin topikal, motretinid, retinaldehid, dan β-retinoil
glukuronida.
FARMAKOKINETIKA

Vitamin A adalah kofaktor yang berperan dalam berbagai proses biologis manusia,
khususnya pada jaringan epitel dan adaptasi visual di kegelapan.
Absorpsi
Retinol dapat diabsorpsi dengan baik melalui traktus gastrointestinal, khususnya di
duodenum dan jejunum, kecuali pada keadaan malabsorpsi lemak, asupan protein rendah,
serta gangguan fungsi hepar atau pankreas. Karena sifatnya yang larut lemak, absorpsi retinol
sangat membutuhkan garam empedu, enzim lipase pankreas, protein, dan lemak.
Distribusi
Setelah diabsorpsi, 65% retinol disimpan di hepar dan dapat disimpan hingga 2 tahun.
Kurang dari 5% retinol bersirkulasi dan berikatan dengan lipoprotein di dalam darah, dan
dalam jumlah yang kecil juga disimpan di jaringan paru dan ginjal. Ketika dilepaskan dari
hepar, retinol berikatan dengan retinol-binding protein (RBP) dan kebanyakan retinol
didistribusikan dalam bentuk ikatan ini. Retinol juga ditemukan dalam ASI.
Metabolisme
Metabolisme retinol terjadi di hepar. Zinc diperlukan dalam proses mobilisasi vitamin A yang
berada di hepar.
Retinol dikonjugasikan dengan glucuronic acid,  membentuk B-glucuronide, yang selanjutnya
akan mengalami proses sirkulasi enterohepatik dan teroksidasi menjadi retinal dan retinoic
acid.
Eliminasi
Retinol yang tidak diserap umumnya langsung diekskresi melalui urin dan feses.
FARMAKODINAMIKA

Retinol bekerja dengan cara berikatan dan mengaktifkan retinoid receptors


(RARs), sehingga menginduksi diferensiasi sel, menginisiasi proses apoptosis
sel kanker, dan mencegah karsinogenesis.
Vitamin A mempengaruhi fungsi retina, pertumbuhan dan perkembangan
jaringan target, mempertahankan fungsi organ reproduksi, dan memodulasi
sistem imun. Vitamin A di retina diubah menjadi 11-cis-isomer retinaldehyde
atau 11-cis-retinal. Molekul ini berperan  pada proses transduksi cahaya menjadi
sinyal neural dalam proses penglihatan. 11-cis-retinal berikatan dengan opsin
pada rhodopsin terisomerisasi menjadi all-trans-retinal. Proses ini
mencetuskan impuls yang memungkinkan proses persepsi cahaya.
Peran retinol pada diferensiasi sel epitel dan proses fisiologis lainnya
dipengaruhi oleh ikatan antara vitamin A dengan dua jenis nuclear retinoid
receptors, yaitu RARs dan retinoid-X receptors (RXRs). Reseptor-reseptor
tersebut berperan dalam aktivasi faktor ligan transkripsi yang memodulasi
transkripsi genetik. Ketika terjadi defisiensi, maka terjadi kekurangan jumlah
vitamin A yang berikatan dengan reseptor tersebut, sehingga proses diferensiasi
sel ikut berkurang.
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI

KONTRA INDIKASI
Retinol tidak boleh diberikan pada ibu hamil karena terbukti menyebabkan
teratogenesis. Pemberian pada ibu menyusui juga tidak diperbolehkan karena
retinol dapat disekresikan ke ASI dan efeknya pada bayi belum diketahui.
Kontraindikasi lain adalah pada pasien dengan hipervitaminosis vitamin A dan
riwayat alergi terhadap vitamin A.
Peringatan
Toksisitas vitamin A dapat terjadi pada pemberian retinol topikal maupun oral.
Risiko toksisitas meningkat pada pasien dengan alcohol use disorder, gangguan
hepar, dan gangguan ginjal.

INDIKASI
Indikasi retinol adalah defisiensi vitamin A, sirosis bilier, penyakit kolestasis
hepar kronis, acne, dan psoriasis. Rekomendasi dosis harian vitamin A berkisar
antara 300-700 mcg untuk anak dan 700-900 mcg untuk dewasa. Jumlah ini
umumnya dapat dipenuhi dari diet.
EFEK SAMPING

Efek samping retinol dapat berupa reaksi alergi


ringan hingga anafilaksis. Retinol juga berinteraksi
dengan neomycin, alkohol, dan sediaan vitamin A
lainnya.
Retinol pernah dilaporkan menyebabkan syok
anafilaksis dan kematian setelah pemberian
intravena. Efek samping lain yang juga bisa timbul
adalah dermatitis, kerapuhan stratum korneum,
konjungtivitis, paronychia, dan opasitas kornea.
TOKSISITAS DAN TERAPINYA

TERAPI RETINOID SISTEMIK DI BIDANGDERMATOLOGI


 Psoriasis
Retinoid sistemik termasuk pilihan terapi untukpsoriasis. Meskipun
mekanisme pasti belum diketahui tetapididuga obat tersebut berperan dalam
mengatur proliferasiepidermis dan menghambat interleukin-6 (IL-6)
yangberperan dalam patogenesis psoriasis, antiinflamasi denganmenghalangi
jalur asam arakidonat sehingga menekanr espon s kem ot a kt i k da n a kt i va si l
eukosi tpolimorphonuclear (PMN) pada lesi psoriasis, sertamenghambat induksi
migrasi inhibitory factor relatedprotein-8(IMRP-8) oleh interferon gamma
(IFNγ).Inhibitory factor related protein-8tersebut merupakanpetanda untuk
hiperproliferasi dan keratinisasi abnormal.9Pada psoriasis juga terjadi
peningkatan kadar polyaminesyang berperan penting pada pertumbuhan dan
diferensiasijaringan epidermis. Obat tersebut diduga dapat
mengurangibiosintesis epidermal polyamine.
 Akne vulgaris
Retinoid dapat memicu transkripsi gen baik secaral an gsun g m aupun t ida k l an
gsun g. Efek l a ngsun gdiperantarai melalui ikatannya terhadap RAREs dari gentarget yang
aktif mengalami transkripsi. Selain itu, efek tidaklangsung kerja retinoid adalah
menurunkan regulasi genyang tidak mengandung RAREs pada promoter region-
nyamisalnya activator protein-1 (AP-1) dan nuclear factor-IL6 (NF-IL6).
Terapi retinoid sistemik diindikasikan untuk akne denganperadangan berat, misalnya
akne nodulokistik atau konglobata,akne papulopustular persisten, dan akne fulminan.
13,14Efikasiisotretinoin untuk kasus akne berat dengan prolongedremission banyak
dilaporkan literatur.

 Kelainan keratinisasi
Retinoid memicu proliferasi sel pada epidermis normaldengan memperpendek fase
mitosis (pembelahan sel), namunjuga bertindak menormalkan epitel yang
mengalamihiperproliferasi. Secara invitro, ATRA dapat menstimulasiatau menginhibisi
proliferasi keratinosit epidermis. Stimulasiproliferasi keratinosit berhubungan dengan
induksi cAMP,epidermal growth factor (EGF) receptor binding, proteinkinaseC (PKC),
transforming growth factor alfa (TGF-α).Gen yang diregulasi oleh reseptor retinoid
melibatkan EGF.Pada kulit manusia secara in vivo, retinoid menginduksiheparin-binding
(HB)-EGF dan amphiregulin (AR), yangmenstimulasi pertumbuhan sel basal melalui
aktivasireseptor sel permukaan EGF.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai