perdagangan yang dimonopoli bangsa barat saat menjajah Indonesia. • Pada awal kedatangan bangsa barat ke Nusantara adalah untuk melakukan perdagangan sehingga diterima dengan baik oleh rakyat. • Semakin lama hubungan dagang berubah menjadi penjajahan. • VOC tidak hanya ingin menguasai perdagangan (monopoli) namunjuga menguasai politik dan pemerintahan. • Monopoli adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit pedagang/perusahaan. • VOC melakukan perjanjian dengan kerajaan- kerajaan untuk menjual hasil pertanian hanya kepada VOC. • Kerajaan terpaksa bersedia menyetujui perjanjian dengan balasan bantuan untuk memperluas wilayah kerajaan. • Selanjutnya VOC melakukan politik devide at impera (politik adu domba) untuk memecah belah kerajaan-kerajaan di Nusantara. • VOC melakukan monopoli perdagangan di Nusantara dari tahun 1602 sampai tahun 1800. • VOC mengalami kebangkrutan karena korupsi dan pengelolaan yang buruk oleh para pegawainya, sehingga di bubarkan pada 13 Desember 1799. • Mulai tanggal 1 Januari 1800, Belanda menjalankan pemerintahan kolonial (penjajahan) di Indonesia. Pengaruh Kebijakan Kerja Paksa (Rodi)
• Pemerintah kolonial Belanda menerapkan
kerja paksa terhadap rakyat untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari daerah jajahan. • Penerapan kerja paksa menyebabkan penderitaan rakyat karena mereka tidak mendapatkan upah dan makanan yang layak. • Kerja paksa dilaksanakan untuk membangun fasilitas-fasilitas ekonomi dan militer pemerintah kolonial Belanda. • Proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan (jalan sepanjang patai utara Jawa/Jalan Daendels) sepanjang 1000 km menggunakan tenaga kerja paksa. • Pembangunan jalan tersebut merupakan kebijakan pemerintah Republik Bataaf yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Herman Williem Daendels . • Pembangunan jalan ditujukan untuk kepentingan pertahanan militer, menghubungkan kota-kota penting di Jawa, mempermudah distribusi barang dan jasa. • Kerja paksa juga dilakukan perusahaan tambang dan perkebunan. • Kerja paksa menyebabkan korban ribuan rakyat meninggal akibat kelaparan, penyakit dan kecelakaan kerja. Pengaruh Sistem Sewa Tanah • Inggris menguasai Indonesia pada tahun 1811. • Pemerintahan Inggris di Indonesia dijalankan oleh Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. • Kebijakan Raffles adalah menerapkan landrent –system atau landelijk stelsel. • Ketentuan sistem sewa tanah. (a) petani harus menyewa tanah meskipun tanah itu milik petani sendiri, (b) harga sewa tanah tergantung kondisi tanah, (c) pembayaran sewa tanah dengan uang tunai, (d) rakyat yang tidak memiliki tanah di kenakan pajak kepala. • Namun kebijakan sewa tanah mengalami kekegagalan. • Penyebab kegagalan sistem sewa tanah (a) sulit menentukan besar kecilnya pajak, karena tanah yang dimiliki tidak sama, (b) sulit menentuka luas dan kesuburan tanah, (c) keterbatasan jumlah pegawai, (d) rakyat belum mengenal sistem uang. Pengaruh Sistem Tanam Paksa • Kebijakan tanam paksa diterapkan oleh Johannes van den Bosch pada tahun 1930. • Tanam paksa diterapkan untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapi pemerintah Belanda akibat perang Diponegoro (1825- 1830) dan perang Belgia (1830-1831). • Kebijakan tanam paksa. 1. Rakyat diwajibkan menyediakan tanah—secara sukarela—kurang dari 20% dari tanahnya sehingga dapat dijadikan lahan untuk menanam berbagai jenis tanaman yang hasilnya panen tersebut akan diekspor ke Eropa. 2. Dibebaskannya pajak untuk tanah yang disediakan oleh rakyat karena sudah dianggap sebagai alat pembayaran pajak. 3. Diberlakukan aturan kepada rakyat yang tidak memilik tanah untuk dijadikan lahan, agar menggantinya dengan bekerja di pabrik atau di perusahaan Belanda dengan waktu hingga 66 hari. 4. Waktu yang diberikan kepada rakyat untuk mengerjakan tanaman hanya selama kurang lebih tiga bulan sejak dimulainya pekerjaan. 5. Apabila terdapat kelebihan hasil dari produksi tanaman yang berada diluar ketentuan maka hasil tersebut akan diserahkan kepada rakyat. 6. Kerugian akibat bencana alam atau tanaman terserang yang berakibat gagal panen maka akan ditanggung oleh pemerintah Belanda. 7. Teknik pelaksanaa aturan tanam paksa diserahkan dan diawasi oleh kepala desa, sedangkan pemerintah Belanda hanya mengawasi pada bagian kontrol panen dan juga transportasi sehingga bisa dijalankan dalam waktu yang ditentukan. • Namun dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan ketentuan, hal ini menyebabkan penderitaan bagi rakyat. • Penyimpangan penerapan tanam paksa: 1. Tanah petani yang ditanami komoditas ekspor lebih dari 1/5 atau seperlima bagian. 2. Hal ini agar pejabat residen dan kaum priayi mendapatkan bonus dari hasil prosenan tanaman. 3. Tanah yang telah ditanami tanaman wajib dikenakan pajak oleh pejabat residen. 4. Waktu tanam dari tanaman wajib, melebihi ketentuan yang seharusnya kurang dari 66 hari. 5. Petani bertanggung jawab penuh atas kerugian akibat gagal panen. 6. Sisa kelebihan panen dari jumlah pajak tidak dikembalikan kepada petani. • Tanam paksa dihapus tahun1870, setelah mendapat tentangan dari berbagai pihak. • Tokoh-tokoh Belanda yang menentang tanam paksa antaralain Baron van Hoevel, Dowes Dekker (Multatuli) dan L. Vitalis. • Kebijakan pengganti tanam paksa antaralain --Undang-undang agraria(Agrarische Wet) dan Undang-undang gula (Suiker Wet)