Anda di halaman 1dari 18

CIDERA MEDULA

SPINALIS

KELOMPOK 12:
NURUL FEBRI GUSTINA
RETNO KARTIKA SARI
SUCI RAMADHANI
DEFINISI
Medula spinalis merupakan bagian dari susunan saraf
pusat, terletak didalam canalis vertebralis dan
merupakan lanjutan dari medulla oblongata dan ujung
caudalnya membentuk conus medullaris. Panjangnya
pada pria sekitar 45cm dan wanita 42-43 cm dengan
garis tengah 2 cm (seukuran kelingking).
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi
neurologis yang disebabkan oleh benturan pada
daerah medula spinalis (Brunner & Suddaerth, 2008).
ETIOLOGI
Trauma Medula Spinalis bisa disebabkan oleh
beberapa hal, salah satunya adalah akibat trauma
langsung yang mengenai tulang belakang dan
melampaui batas kemampuan tulang belakang dala
melindungi saraf-saraf yang ada di dalamnya.
Trauma tersebut meliputi kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan industri, jatuh dari bangunan, pohon,
luka tusuk, luka tembak dan terbentur benda keras
Trauma Medula Spinalis dibedakan
menjadi 2 macam
1. Cedera medula spinalis traumatik
Terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti yang
diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh
atau kekerasan, merusak medula spinalis
2. Cedera medula spinalis non traumatik
Terjadi ketika kondisi kesehatan seperti penyakit, infeksi
atau tumor mengakibatkan kerusakan pada medula
spinalis, atau kerusakan yang terjadi pada medula
spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal
MANIFESTASI
tanda dan gejala dari cedera medulla spinalis, yaitu:
 Tergantung tingkat dan lokasi kerusakan

Hilangnya gerakan volunter, hilangnya sensasi nyeri, temperature, tekanan dan prospriosepsi,
hilangnya fungsi bowel dan bladder dan hilangnya fungsi spinal dan reflex autonom.
 Perubahan reflex

Setelah cedera medulla spinalis terjadi edema medulla spinalis sehingga stimulus reflex juga
terganggu misalnya reflex pada bladder, aktivitas visceral, reflex ejakulasi.
 Spasme otot

Gangguan spasme otot terutama terjadi pada trauma komplit transversal, dimana pasien
terjadi ketidakmampuan melakukan pergerakan.
 Spinal shock

Tanda dan gejala spinal shock meliputi flaccid paralisis dibawah garis kerusakan, hilangnya
sensasi, hilangnya refleks-refleks spinal, hilangnya tonus vasomotor yang mengakibatkan
tidak stabilnya tekanan darah, tidak adanya keringat dibawah garis kerusakan dan
inkontinensia urin dan retensi feses.
 Autonomic dysreflexia

Autonomic dysreflexia terjadi pada cidera thorakal enam ke atas, dimana pasien mengalami
gangguan refleks autonom seperti terjadinya bradikardi, hipertensi paroksimal, distensi
bladder.
 Gangguan fungsi seksual

Banyak kasus memperlihatkan pada laki-laki adanya impotensi, menurunnya sensasi dan
kesulitan ejakulasi. Pasien dapat ereksi tetapi tidak dapat ejakulasi.
PATOFISIOLOGI
Kerusakan yang dialami medula spinalis dapat bersifat
sementara atau menetap akibat trauma terhadap tulang
belakang. Medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk
sementara (komosio medula spinalis), tetapi dapat sembuh
kembali dalam beberapa hari. Gejala yang ditimbulkan adalah
berupa edema, perdarahan perivaskuler dan infark di sekitar
pembuluh darah. Pada kerusakan medula spinalis yang
menetap, secara makroskopis, kelainannya dapat terlihat dan
terjadi lesi, kontusio, laserasi dan pembengkakan daerah
tertentu di medula spinalis.
WOC

Cedera tulang belakang

Perubahan masukan ANS dengan bradikardia


hipotensi,kehilangan kontrol suhu

Perubahan biokimia seluler dengan Hilangnya input fasilitasi dari otak dan input
hilangnya fungsi mootorik dan sensorik di penghambatan dibawah tingkat cedera
bawah tingkat lesi

Syok tulang belakang dengan hilangnya


Ketidakstabilan membran dengan K⁺keluar fungsi ANS, hilangnya aktivitas sensorik,
dari sel dan Na⁺ masuk ke dalam sel motorik, refleks dibawah tingkat cedera

Masuknya Ca₂⁺intraseluler Edema sumsum tulang belakang

Pelepasan O₂ radikal

Kerusakan pada
membran lipid neuron

Pelepasan zat fasoakif


(katekolamin,prostaglandin,histamin

Vasokonstriksi
Perubahan vaskular

Perdarahan mikroskopis di
materi abu-abu pusat

↓ aliran darah ke sumsum


tulang belakang

Perdarahan mikroskopis pada


substansia alba

Iskemia ↓ PaO₂, ↑ PaCO₂, ↑ Asam


laktat

Kematian sel dengan Hipoksia jaringan


defisit neurologis
permanen
Penatalaksanaan
1.Instabilitas dari Kolumna Vertebralis (Spinal Instability)
Spinal instability adalah hilangnya hubungan normal antara struktur
anatomi dari kolumna vertebralis sehingga terjadi perubahan dari
fungsi alaminya. Kolumna vertebralis tidak lagi mampu menahan
beban normal.
2. Kerusakan jaringan saraf, baik yang terancam maupun yang sudah
terjadi (actual and potential neurologic injury)
Sejatinya ada 5 prinsip utama dalam penatalaksanaan
trauma spinal yaitu: immobilisasi, stabilisasi medis,
mempertahankan posisi normal vertebrae,
dekompresi dan stabilisasi spinal, serta rehabilitasi
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien SCI
meliputi:
 Perubahan tekanan darah yang ekstrim (autonomic
hyperreflexia)
 Chronic kidney disease
 Komplikasi dari immobilisasi: Deep vein thrombosis, Lung
infections,Skin breakdown, Muscle contractures
 Increased risk of injury to numb areas of the body
 Peningkatan risiko urinary tract infections
 Kehilangan control bladder
 Kehilangan control bowel
 Nyeri
 Paralysis
 Shock
Algoritma

Algoritma
Tersangka SCI atau mielopati:

1. Kelemahan baru (kedua kaki atau keempat ekstremitas)


2. Defisit sensorik
3. Fungsi otak utuh
4. Dosfungsi sfingter (periksa tonus rektal dan kateterisasi kandung kemih

Stabilisasi awal:

1. Imobilisasi pasien dengan lesi korda servikal atau toraks


2. Atasi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi

Dapatkan pencitraan:

1. CT tulang belakang jika mencurigai kelainan tulang (fraktur)


2. MRI tulang belakang jika jaringan lunak atau tali pusat mungkin terlibat
(hematoma,abses,neoplasma)

Epidural hematom: Abses epidural: Tumor atau


Trauma: metastasis:
1. Bedah saraf 1. Konsultasi bedah
Konsultasi bedah Konsultasikan 1. Bedah saraf
saraf
saraf 2. Segera Konsultasikan
2. Antibiotik
Antikoagulan spektrum 2. Deksametason
terbalik dengan FFP 3. Cari sumbernya 10 mg IV,
dan vitamin K (kultur darah, diikuti oleh 4
ekokardiogram,CT) mg IV setiap 6
jam
3. Cari primer
tumor

Lesi demielinasi: Infark sumsum tulang belakang:

1. Konsultasi neurologis 1. Konsultasi neurologi


2. MP 1 g IV setiap hari 2. Pertimbangkan antikoagulasi (jika diketahui
selama 5 hari sumber emboli)
3. Pertimbangkan untuk mempertahankan
tekanan artri rat-rata >70-80 mmHg
4. Pertimbangkan drainase lumbal
Pengkajian
A. Pengkajian sebelum pasien datang ( Pre-Arrival )
Sebelum pasien datang dari rumah sakit lain atau ruangan lain,dilakukan pengkajian pada
pasien yang akan dikirim ke ICU meliputi:
1, Identitas
Trauma medulla spinalis dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin meliputi
nama,usia ,jenis kelamin ,pendidikan ,alamat,pekerjaan ,agama ,suku bangsa,tanggal dan
jam masuk rumah sakit,nomor register dan diagnosis medis.
2. Diagnose
Nyeri akut,gangguan mobilitas fisik,gangguan eliminasi urin,perfusi perifer tidak efektif
3. Tanda- tanda vital
4. Alat bantu invasif yang dipakai yang dipakai seperti alat monitor meliputi bedside dan
monitor sentral, ECG, monitor tekanan intravaskuler dan intrakranial, komputer cardiac
output, oksimeter nadi, monitor faal paru, analiser karbondioksida, fungsi serebral/monitor
EEG, monitor temperatur, analisa kimia darah, analisa gas dan elektrolit, radiologi (X-ray
viewers, portable X-ray machine, Image intensifier), alatalat respirasi (ventilator,
humidifiers, terapi oksigen, alat intubasi (airway control equipment), resusitator otomatik,
fiberoptik bronkoskop, dan mesin anastesi (Rab, 2007).
5Modus ventilasi mekanik yang sedang dipakai bila pasien menggunakan ventilasi
mekanik.
B .Pengkajian segera ( Quick Assesment )
Pengkajian segera setelah pasien tiba di ICU meliputi :
a. Observasi ABCD yaitu:
-Airway
Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam
keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas terjadi pada penderita yang tidak
sadar,yang dapat disebabkan oleh benda asing ,muntahan ,jatahnya pangkal lidah
,atau akibat fraktur tulang wajah.usaha untuk membebaskan jalan napas harus
melindungi vertevra servikalis ,yaitu tidak boleh melakukan ekstensi, fleksi atau
rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal ini,kita dapat melakukan chin lift
atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui hidung.
.
-Breathing

Bantuan napas dari mulut ke mulut akan sangat bermanfaat. Apabila tersedia ,O2
dapat diberikan dalam jumlah yang memadai .jika penguasaan jalan napas belum
dapt meberikan oksigenisasi yang adekuat ,bila memungkinkan sebaiknya
dilakukan intubasi endotracheal 1,3,5,6,7,8.
-Circulation
Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan
memeriksa tingkat kesadaran dan denyut nadi tindakan
lain yang dapat dilakukan adalah mencari ada tidaknya
perdarahan eksternal ,menilai warna serta temperature
kulit, dan mengukur tekanan darah. Denyut nadi perifer
yang teratur ,penuh,dan lambat biasanya menunjukkan
status sirkulasi yang relative normovolemik.
-Disability
. Keadaan umum : GCS , kesadaran ,nyeri atau tidak .
.Adanya trauma atau tidak
.Riwayat penyakit dahulu/sekarang
.Obat-obatan/ drugs
3. Pengkajian Lengkap ( comprehensive assessment)
a. Keluhan utama
b. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolong¬an
kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,
inkontinensia urine dan inkontinensia alvi, nyeri tekan otot,hiperestesia
tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada daerah trauma.
c. Riwayat penyakit saat ini
Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, kecelakaan industri,
kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka
tembak, trauma karena tali pengaman dan kejatuhan benda keras.
Pengkajian yang didapat meliputi hilangnya sensibilitas, paralisis (dimulai
dari paralisis layu disertai hilangnya sensibilitas yang total dan
melemah/menghilangnya refleks alat diam). Ini merupakan gejala awal dari
tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu, ileus paralitik, retensi urine, dan hilangnya refleks-refleks.
d. Riwayat penyakit keluarga
- Kaji apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita
hipertensi, DM, penyakit jantung untuk menambah
komprehensifnya pengkajian (Untuk mengetahui ada
penyebab herediter atau tidak)
- Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,
yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
4. Pengkajian berkelanjutan (on going assessment)
Kontuinitas monitoring kondisi pasien setiap 1-2 jam
pada saat kritis ,selanjutnya sesuai kondis pasien
,yang perlu dikaji :
 Tanda –tanda vital : tekanan darah,nadi pernafasan
dan suhu
 Hemodinamik : mengidentifikasi perubahan status
hemodinamik secara dini
 Alat-alat yang terpakai ICU
Question Refrence Problem Evidence Implementasi

Bagaimana protokol Jurnal penelitian dan kelangsungan hidup pasien SCI serviks yang Temuan ini menekankan pentingnya Metode penggunaan
klinis berbasis
Evidence based bukti pengembangan bergantung pada ventilator. Akibatnya, upaya intervensi dengan resistensi otot protokol berbasis
dikembangkan untuk rehabilitasi vol.40, komprehensif harus dilakukan untuk ventilasi dan pelatihan daya tahan bukti ini untuk
meningkatkan No. 5, September merehabilitasi dan menyapih pasien ini segera selama tahap akut SCI serviks. memandu rehabilitasi
kekuatan otot /Oktober 2003, setelah mereka stabil secara klinis, karena Penggunaan protokol, khususnya dan penyapihan
ventilasi dan daya tambahan 2 Halaman morbiditas dan mortalitas sangat terkait protokol resistensi dan ketahanan pasien cedera tulang
tahan pasien cedera 99-110 dengan ketergantungan pada ventilasi berbasis bukti (REP), dapat belakang leher yang
tulang belakang leher mekanis. Tingkat kelangsungan hidup untuk mempercepat penyapihan pasien SCI bergantung pada
(SCI) yang pasien SCI yang bergantung pada ventilator serviks dari ventilasi mekanis dengan ventilator .
tergantung pada adalah sekitar 33 persen; bagi mereka yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas
ventilator? mampu menghentikan ventilasi mekanis, proses penyapihan. Studi percontohan
sekitar 84 persen [1]. Pelatihan resistensi telah ini merupakan upaya awal untuk
ditemukan untuk memperkuat otot-otot menerapkan REP berbasis bukti yang
ventilasi dan meningkatkan daya tahan dirancang untuk membantu pasien
ventilasi pada pasien SCI, sehingga menghentikan ventilasi mekanis.
meningkatkan prospek penghentian ventilasi
mekanis. Meskipun kekuatan dan daya tahan
berhubungan erat, otot-otot ventilasi merespon
secara berbeda terhadap latihan resistensi
untuk meningkatkan kekuatan dan latihan
daya tahan untuk meningkatkan stamina .
Latihan ketahanan ditandai dengan kontraksi
otot berintensitas tinggi dengan sedikit
pengulangan, sedangkan latihan daya tahan
melibatkan kontraksi berintensitas rendah
selama periode waktu yang lama. Waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kemandirian
ventilator dapat bervariasi dari minggu ke
tahun

Anda mungkin juga menyukai