Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

TYPODONT
Penyaji: Meydita Tri Puspitasari (1112014027)
Pembimbing: Dr. Fazwishni Siregar, drg. Sp.Ort
Identitas pasien

Nama ayah : Hero


Nama pasien : Angeli
Suku ayah : Madura
Suku : Madura
Umur ayah : 40 tahun
Umur : 19 tahun
Pekerjaan ayah : karyawan swasta
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ibu : Gusti
Alamat : jalan kenanga II No: 23
Suku ibu : Madura
Tangerang
Umur ibu : 38 tahun
HP : 087882705097
Pekerjaan ibu : Karyawan swasta
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan Kenanga II No:23
Tangerang
Pemeriksaan klinis
A. Pemeriksaan Subjektif

 Keluhan utama
Px perempuan berumur 19 tahun datang dg keluhan giginya berjejal bagian depan
dan sebelah kiri sehingga mengganggu penampilan dan mengganggu saat makan.

 Riwayat kesehatan
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik.
Alergi udang
Tindakan operasi: pernah operasi usus buntu 7 tahun yang lalu
 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi
Gigi desidui: pernah berlubang tetapi tidak ditambal
Gigi bercampur: pernah berlubang di gigi belakang dan giginya tumbuh
bertumpuk
Gigi permanen: gigi depannya berjejal

 Kebiasaan buruk yang berkaitan dengan keluhan pasien : ada (menggigit


pulpen)
Durasi : 2 menit
Frekuensi : sedang/setiap hari (ketika saat sedang belajar)
Intensitas : sedang

 Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien


Ayah : keadaan giginya berjejal
Saudara : adik keadaan giginya berjejal
B. Pemeriksaan Objektif
 
 Umum
Jasmani : Baik
Mental : Baik
Status gizi : Normal
Tinggi badan : 1,56 m
Berat badan : 52 kg
Indeks masa tubuh :
Status masa gizi : normal
Kategori : normal
Keterangan Status gizi Kategori
< 18,5 Kurang Kurus
18,5 – 25,0 Normal Normal
>25 Lebih Gemuk
EKSTRA ORAL
 
 Kepala
lebar kepala : 140 mm  Profil muka : cembung
Panjang kepala : 170 mm  Sendi TMJ : abnormal
indek kepala : kanan : clicking,
bentuk kepala : Brakhisepali kiri : krepitasi
 Bibir posisi istirahat : Normal
 Muka  Tonus otot mastikasi : Normal
Panjang muka : 101 mm  Tonus otot bibir : Normal
Lebar muka : 115 mm  Freeway space : 2 mm
Indeks muka :  Path of closure : Deviasi ke
Bentuk muka : Mesoprosop kanan dan kiri
Simetris
INTRA ORAL
Hygiene mulut: Baik
Pola atrisi : Normal
Lingua : Sedang
Palatum :
Vertikal : tinggi
Lateral : Sedang
Gingiva : Normal
Mukosa : Normal
Frenulum :
Frenulum labii superior: Normal
Frenulum labii inferior: Normal
Frenulum lingualis : Normal
Tonsila : Normal
FOTO TYPODONT
Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik

 Anterior
Overjet : 4 mm
Overbite : 4 mm
Palatal bite: Tidak ada
Deep bite : Tidak ada
Open bite : Tidak ada
Cross bite : ada (22 terhadap 32, 33)
Edge to edge bite: tidak ada
 Posterior
Cross bite : Tidak ada
Open bite : Tidak ada
Scissor bite : tidak ada
Cusp to cusp bite : tidak ada

Relasi molar pertama kanan: Klas I


Relasi molar pertama kiri : Klas I
Relasi kaninus kanan : Klas I
Relasi kaninus kiri : Klas II
Garis tengah RB terhadap RA : Normal
Garis inter insisivus sentral terhadap garis tengah rahang
RA: bergeser 1 mm ke kanan
RB: Normal
Malposisi Gigi geligi

Keterangan:
LV : Labioversion
PV : Palatoversion
LiV : Linguoversion
MLTV : Mesiolabiotorsoversion
MODEL STUDI
ANALISIS MODEL STUDI

ukuran lebar mesio-distal gigi geligi (mm)

RAHANG ATAS RAHANG BAWAH


Gigi Kanan Kiri Kanan Kiri
1 8,5 mm 8,5 mm 5 mm 7 mm
2 7,5 mm 7,5 mm 6,5 mm 5,5 mm
3 7,5 mm 7,5 mm 7 mm 7 mm
4 8 mm 8 mm 7,5 mm 7,5 mm
5 7 mm 7 mm 8 mm 7 mm
6 10 mm 10 mm 11 mm 11 mm
ALD (Arch Length Discrepancy) metode Lundstrom
Menghitung diskrepansi setiap segmen = ruang tersedia – ruang dibutuhkan

Segmen RA Ruang Ruang Diskrepansi


tersedia dibutuhkan
Segmen 16 & 15 17 mm 17 mm 0 mm
Segmen 14 & 13 15,5 mm 15,5 mm 0 mm
Segmen 12 & 11 15,5 mm 16 mm -0,5mm
Segmen 21 & 22 15 mm 16 mm -1 mm
Segmen 23 & 24 15,5 mm 15,5 mm 0 mm
Segmen 25 & 26 17 mm 17 mm 0 mm
Total -1,5 mm

Kesimpulan: Pada rahang atas terdapat kekurangan ruang sebesar -1,5 mm


ALD (Arch Length Discrepancy) metode Lundstrom
Menghitung diskrepansi setiap segmen = ruang tersedia – ruang dibutuhkan

Segmen RB Ruang Ruang Diskrepansi


tersedia dibutuhkan
Segmen 36 & 35 18 mm 18 mm 0 mm
Segmen 34 & 33 14,5 mm 14,5 mm 0 mm
Segmen 32 & 31 12 mm 12,5 mm -0,5 mm
Segmen 41 & 42 10,5 mm 11,5 mm -1 mm
Segmen 43 & 44 14,5 mm 14,5 mm 0 mm
Segmen 45 & 46 19 mm 19 mm 0 mm
Total -1,5 mm

Kesimpulan: Pada rahang bawah terdapat kekurangan ruang sebesar -1,5 mm


METODE BOLTON

1. Lebar M-D 6 gigi anterior RA = 47 mm

2. Lebar M-D 6 gigi anterior RB = 38 mm


3. Ratio gigi anterior = 38/47 x 100 % = 84,4 % (>77,2%)
(Nilai rata-rata 77,2 % ± 1,65 % = 75,55 % - 78,85 % )
Kesimpulan : Ukuran gigi rahang bawah regio anterior lebih besar 38 – 36,3 = 1,7 mm
1. Jumlah Lebar M-D 12 gigi RA dari M1 kanan- M1 kiri = 97 mm
2. Jumlah Lebar M-D 12 gigi RB dari M1 kanan- M1 kiri = 90 mm
3. Rasio keseluruhan = 90/97 x 100% = 92,7 %
(Nilai rata-rata 91,3 (±1,91) = 89,39 – 93,21%)
Kesimpulan : normal
METODE HOWE

 1. Jumlah lebar mesiodistal gigi dari M1-M1 : 97 mm


2. Jarak P1-P1 (tonjol) : 40 mm
3. Jarak inter fossa caninus : 42 mm
4. lebar lengkung rahang > lebar lengkung gigi
5. Indeks Howes : = = 43,9%
Kesimpulan :
 Bisa dilakukan ekstraksi atau tidak dilakukan ekstraksi (border line 37-44%)
karena nilainya mendekati 44% maka tidak perlu dilakukan ekstraksi
 Lebar lengkung rahang lebih besar dari lebar lengkung gigi, maka bisa diekspansi

*< 37% = ekstraksi, 37% - 44% = border line, > 44% = tidak perlu ekstraksi
METODE PONT
 
1. Lebar mesio-distal 4 gigi insisif atas = 32 mm
2. Jarak P1-P1 pengukuran (distal pit) = 37 mm
3. Jarak P1-P1 perhitungan: = = 40 mm
  Diskrepansi: -3 mm (konstriksi)
4. Jarak M1 – M1 pengukuran (central pit) = 44 mm
5. Jarak M1-M1 perhitungan : = = 50 mm
Diskrepansi : -6 mm (konstriksi)
Kesimpulan :
• konstriksi regio P sebesar -3 mm
• konstriksi regio M sebesar -6 mm
Kesimpulan analisis model studi

1. Analisis ALD
RA : kekurangan ruang sebesar -1,5 mm
RB : kekurangan ruang sebesar -1,5 mm
2. Analisis Bolton
Ukuran gigi rahang bawah regio anterior lebih besar 38 – 36,3 = 1,7 mm
3. Analisis Howe
Tidak perlu dilakukan ekstraksi
Lebar lengkung rahang lebih besar dari lebar lengkung gigi, maka bisa diekspansi
4. Analisis Pont
konstriksi regio P sebesar -3 mm
konstriksi regio M sebesar -6 mm
ANALISIS SEFALOMETRI
ANALISIS STEINER

Skeletal
No Nama Pasien Normal Keterangan
1 SNA 80⁰ 82⁰ ± 2⁰ Normal
2 SNB 78⁰ 80⁰ ± 2⁰ Normal
3 ANB 2⁰ 2-4⁰ Normal
4 Mandibular plane angle 33⁰ 32⁰ Pertumbuhan Wajah Vertikal
5 Occlusal plane angle 17⁰ 14,5⁰ Pertumbuhan Wajah Vertikal
Dental
No Nama Pasien Normal Keterangan
1 Upper incisor to NA (angle) 34⁰ 22⁰ Proklinasi
2 Upper incisor to NA (linear) 6 mm 2-4 mm Proposisi
3 Lower incisor to NB (angle) 31⁰ 25⁰ Proklinasi
4 Upper incisor to NB (linear) 4 mm 2-4 mm Normal
5 Inter incisor angle 115⁰ 130-131⁰ IA Proklinasi terhadap IB

Kesimpulan:
Maloklusi skeletal kelas I dengan proklinasi insisif RA & RB dan pertumbuhan vertikal
DIAGNOSIS
Maloklusi Angle Kelas I tipe 1 & 3 dengan hubungan skeletal Klas I proklinasi I RA
dan RB disertai:
 Crossbite 22 terhadap 32, 33
 Malposisi gigi individual:
Rahang atas :
12 : labioversion
22 : palatoversion
Rahang bawah :
32 : mesiolabiotorsoversion
41 : linguoversion
RENCANA PERAWATAN

Koreksi malposisi gigi individual


 Rahang atas:
1. menghilangkan kebiasaan buruk
menggigit pensil
2. Alat ortho lepasan:
• pencarian ruang dengan eskpansi
menggunakan sekrup ekspansi
• koreksi palatoversi gigi anterior 22
dengan Z spring
• koreksi labioversi gigi 12 dengan labial
bow (aktif)
• labial bow dari gigi 13 sampai 23
• klamer Adam di gigi 16 dan 26 sebagai
penjangkaran
• basis akrilik
 Rahang bawah
Alat ortho lepasan:
o pencarian ruang dengan menggunakan
ekspansi
o koreksi gigi anterior 32, 41 dengan Z
spring dan labial bow (aktif)
o labial bow dari gigi 33 sampai 43
o klamer Adam di gigi 36 dan 46 sebagai
penjangkaran
o posterior bite plane untuk membebaskan
gigi 22 yang crossbite agar bisa bergerak
(pada gigi 35,36,45,46)
o Basis akrilik
PERAWATAN
AKTIVASI RAHANG BAWAH

Aktivasi ke 1 Aktivasi ke 2
Aktivasi screw ekspansi Aktivasi screw ekspansi
seperempat putaran seperempat putaran
AKTIVASI RAHANG BAWAH

Aktivasi ke 3 aktivasi ke 4
Aktivasi screw ekspansi 1. aktivasi screw ekspansi
seperempat putaran 2. perbesar loop pertama Z
spring gigi 32
AKTIVASI RAHANG BAWAH

Aktivasi ke 5
Aktivasi ke 6
1. Aktivasi screw ekspansi
Perbesar loop 1 dan 2 Z spring gigi 41
2. Perbesar loop 1 dan 2 Z spring gigi 41
AKTIVASI RAHANG BAWAH

Aktivasi ke 7 Aktivasi ke 8
Loop labial bow regio 3 Loop labial bow regio 3
diperkecil diperkecil
AKTIVASI RAHANG ATAS

Aktivasi ke 1 Aktivasi ke 2
Aktivasi screw ekspansi Aktivasi screw ekspansi
seperempat putaran seperempat putaran
AKTIVASI RAHANG ATAS

Aktivasi ke 3 Aktivasi ke 4
Aktivasi screw ekspansi Aktivasi screw ekspansi
seperempat putaran seperempat putaran
AKTIVASI RAHANG ATAS

Aktivasi ke 5 Aktivasi ke 6
1. Aktivasi screw ekspansi seperempat putaran 1. Z spring pada gigi 22 ditambah kombinasi finger
2. Aktivasi perbesar loop 1 z spring untuk koreksi spring  utk menggeser ke distal
malposisi gigi 22 2. aktivasi screw ekspansi seperempat putaran
2. Pengurangan akrilik bagian palatal gigi 12 sebesar 1
mm
AKTIVASI RAHANG ATAS

Aktivasi ke 8
Aktivasi ke 7
1. Aktivasi z spring dg perbesar loop 1 utk koreksi
1. Aktivasi labial bow regio 1 untuk koreksi malposisi gigi
malposisi gigi 22
12 (labioversi)
2. Pengurangan akrilik bagian palatal gigi 12 sebesar 1
2. Aktivasi Z spring dg perbesar loop 1 utk koreksi
mm
malposisi gigi 22
AKTIVASI RAHANG ATAS

Aktivasi ke 9
1. Aktivasi labial bow regio 1 untuk koreksi malposisi Aktivasi ke 10
gigi 12 1. Pengurangan akrilik bagian palatal gigi 12 sebesar 1
2. Aktivasi Z spring gigi 22 perbesar loop 2 dan mm
meluruskan dan potong kawat finger spring dibagian 2. Aktivasi Z spring gigi 22 perbesar loop 2
mesial
AKTIVASI RAHANG ATAS

Aktivasi ke 11 Aktivasi ke 12
1. Aktivasi labial bow regio 1 untuk koreksi malposisi 1. Aktivasi labial bow regio 1 untuk koreksi malposisi
gigi 12 gigi 12
2. Aktivasi Z spring gigi 22 dg perbesar loop 1 dan 2 2. Aktivasi Z spring gigi 22 dg perbesar loop 1 dan 2
sebelum dan sesudah perawatan
Model studi hasil perawatan
pertanyaan :
1. benan : kenapa pakai finger Z spring ?
2. mega : untuk koreksi gigi 22 apa perlu dilakukan slicing?
3. ghina : alternative lain selain pakai Z spring?
4. Putri dwi : kenapa desain akrilik RB sampai menutupi gigi?

Anda mungkin juga menyukai