Anda di halaman 1dari 20

Sumber Ajaran

Islam
01
Sunnah
A. Pengertian Sunnah
Menurut bahasa, kata sunnah berarti pekerjaan,
tradisi, kebiasaan, ketentuan. Menurut Istilah sunnah berarti
semua perkataan, perbuatan dan ketetapan (taqrir) yang
bersumber dari RAsul SAW ( WAhab Khala ; 1978). Bagi
yang memahaminya lebih luas memasukkan sifat Rasul
dalam pengertian sunnah. Kata sunnah disamakan dengan
hadits (Amir, 1997 :74-75), bagi yang membedakan sunnah
dengan hadits, mengartikan hadits lebih khusus, yaitu
semua ucapan Rasul, sedangkan sunnah bersifat umum,
yaitu semua perbuatan dan tindakan Rasul yang sudah
menjadi tradisi dalam pengamalan agama. Dalam
menggunakan istilah , para ulama sepakat bahwa kata
sunnah atau hadits hanya merujuk kepada informasi dari
dan tentang Rasul. Kata sunnah merupakan lawan dari kata
bid’ah yang berarti membuat-buat, maksudnya tradisi atau
perbuatan yang tidak pernah ada dalam kehidupan Rasul.
B. Macam-macam Sunnah
Sunnah dapat dibagi kepada tiga macam sebagai berikut :
Pertama, sunnah qauliyah yaitu ucapan Rasul yang didengar oleh
sahabat, dan disampaikannya kepada orang lain. Contoh: sahabat
menyampaikan bahwa ia mendengar Nabi bersabda, “ Siapa yang
tidak shalat karena tertidur atau karena ia lupa , hendaklah ia
mengerjakan shalat itu ketika telah iangat.”
Kedua, sunnah fi’liyah yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Rasul,
yang dilihat atau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikan
kepada orang lain. Contoh : “sahabat berkata : saya melihat Nabi
melakukan shalat sunnat dua rakaat seudah shalat zuhur.”
Ketiga, sunnah taqririyah, yaitu perbuatan atau perkataan sahabat
yang dilakukan dihadapan atau sepengetahuan Rasul, namun tidak
ada respon suruhan, larangan atau pencegahan. Diamnya Rasul
menjadi ketetapan (persetujuan) yang kemudian disampaikan
sahabat kepada orang lain. Contohnya, seorang sahabat memakan
daging dhab (biawak), Rasul mengetahuinya tetapi beliau tidak
melarang atau menyatakan keberatan atas perbuatan itu. Ksiah
tersebut disampaikan oleh sahabat yang mengetahuinya bahwa, “
saya melihat seorang sahabat memakan daging dhab di dekat
Nabi, Nabi mengetahui tetapi beliau tidak melarang perbuatan itu.
( amir, 1997 :76).
Dalam mengamalkan sunnah, terdapat tiga
bentuk kedudukan Rasul, yakni :

2
1 3
Perbuatan sebagai syariat
khusus utntuk Rasul, seperti Perbuatan dan sebagai sumber
Perbuatan dan tingkah laku Nabi
poligami lebih dari empat, dalil agama, seperti pelaksanaan
sebagai manusia biasa atau berupa
wajibnya shalat dhuha, shalat ibadah, muamalah dan
adapt kebiasaan yang berlaku seperti
witir, berkurban, shalat tahajjut. sebagainya. Semuanya wajib
cara makan, minum, berdiri, duduk,
Dalam hal ini tidak diwajibkan diteladani dan mengikat semua
cara berpakaian termasuk memelihara
bagi umatnya. umat Islam. Misalnya hadits, “
jenggot dan sebagainya merupakan
tabiat dari seorang manusia. Dalam Shallu kam raaitumi ushalli
hal ini boleh diamalkan dan boleh ( Shalatlah kamu sebagaimana
tidak diamalkan. kamu melihat aku shalat). (Amir,
1997; 78-79).
C. Fungsi dan
peranan sunnah
terhadap Al Quran
Al Quran adalah sumber ajaran pokok,
sedangkan sunnah sumber kedua
setelah Al Quran. Keduanya tidak
dapat dipisahkan karena hakekatnay
sama-sama bersumber wahyu.
Keharusan menggunakan Al Quran
dan sunnah diuangkap dalam Al
Quran, seperti Q.S Muhammad [47] :
33 dan Q.S An Nisa’ [4] ; 59, yang
memerintahkan orang yang beriman
agar mentaati Allah dan Rasulnya serta
Q.S al Ahzab [33] : 21, yang
menjelaskan Rasul sebagai teladan
yang baik.
1. Kebenaran Al Quran bersifat mutlak (qath’i), sedangkan sunnah D. Perbedaan Al
bersifat zanni.
2. Semua ayat Al Quran wajib diamalkan sedangkan hadits tidak
Quran dan As
semuanya wajib Sunnah antara laian
diamalkan.
3. Kebenaran Al Quran bersifat otentik sedangkan sunnah :
terdapat kerelatifan seperti
perbedaan redaksi dan periwayat (Toto, 1997 : 63-64).
E. Tingkatan sunnah/hadits
Dari segi jumlah perawi hadits dapat dibagi tiga macam, yakni :

1.Hadits mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak ( tiga orang atau lebih disetiap generasi
periwayat) kepada orang banyak lainnya tanpa putus, serta mustahil untuk dapat berbohong.

2.Hadits masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang tapi tidak sampai kepada tingkat mutawatir
(dua atau tiga orang disetiap generasi periwayat).

3.Hadits ahad yaitu hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua orang atau lebih disetiap generasi periwayat, tapi tidak
mencapai pada tingkat mutawatir maupun masyhur. (Amir, 1997 :82)

Dari segi kualitas (diterima atau ditolak) hadits dapat pula dibagi, antara lain :

a.Hadits shahih (kuat), yaitu hadits yang memenuhi syarat-syarat hadits berkualitas.

Terdapat lima syarat : sanadnya (jalur periwayatannya) bersambung sampai kepada Rasul, periwayatnya adil (sifat
terjaga/ terpelihara), dhabit (periwayat memiliki hafalan yang kuat, matan (redaksi) tidak cacat, dan tidak
bertentangan dengan dalil periwayatan yang lebih kuat (al Qur’an).
E. Tingkatan sunnah/hadits
b. Sunnah/ hadits hasan.(baik)

Hadits hasan adalah hadits yang memenuhi syarat hadits sahih tapi perawinya kurang baik hafalannya.

c. Hadits dha’if.

Hadits dhaif ialah hadits yang tidak lengkap syarat-syaratnya atau tidak memenuhi satu atu lebih syarat-
syarat hadits shahih. (Toto, 1997 ; 64-65).

Penelitian hadits banyak dilakukan oleh para ahli, untuk mendapatkan hadits yang berkualitas, diantara
tokoh hadits yang terkenal dengan penelitian hadits shahihnya antara lain :

1.Imam Bukhari yang hidup pada tahun194-256 H. Bukhari telah menghabiskan seluruh usianya untuk
meneliti hadits. Beliau berpindah dari satu tempat ke tempat lain seperti Basrah, Kufah, Bagdad, Mekkah,
madinah, Syam, Hams, Asqalan dan mesir. Beliau berhasil mengumpulkan 100.000 hadits shahih dan
200.000 yang tidak shahih.

2.Imam Muslim yang hidup pada tahun 204-261 H. Beliau juga sangat banyak mengumpulkan hadits baik
yang shahih maupun yang tidak shahih. ( Toto, 1997 :65-66).
02
IJTIHAD
A. Pengertian Ijtihad
Ijtihad berasal dari bahasa Arab
yaitu dari kata jahada yang
artinya bersungguh-sungguh.
Sedangkan penegrtian ijtihad
menurut istilah adalah
meggunakan seluruh kemampuan
berfikir dengan sungguh-sungguh
untuk mengeluarkan atau
menetapkan hokum syara’
dengan jalan
mengistimbatkannya dari Al
Quran dan SUnnah Rasul SAW.
Orang yang melakukan ijtihad
tersebut dinamakan mujtahid.
B. Fungsi Ijtihad
Ijtihad berguna menjawab persoalan-persoalan hokum baru dari perkembangan peradaban manusia, yang tidak ditemukan aturan hukumnya dalam Al Quran
maun sunnah. Agar perkembangan peradaban tidak keluar dari syariat Islam maka dislesaikan dengan ijtihad. Hal inilah yang memberi peluang agar pintu ijtihad
selalu dibuka sepanjang masa. (Amir, 1989 :22). Dengan cara reformulasi fikih sesuai dengan perlkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sepanjang masa,
sehingga menghasilkan Islam yang dapat menjawab tantangan kekinian (Islam kontenporer).

Beberapa contoh penyelesaian hukum dengan ijtihad :

a.Nabi membuat strategi perang yang didiskusikan dengan sahabat

b.Pengangkatan khalifah setelah Rasul wafat.

c.Menuliskan dan membukukan Al Quran dalam satu mushaf.

d.Memerangi orang yang tidak membayar zakat.

e.Membentuk armada perang.

f.Membuat mata uang.

g. Tidak memotong tangan pencuri saat musim kelaparan ( Amir, 1997 : 133-239).

Penyelesaian hokum persoalan-persoalan kontenporer juga dilakukan dengan ijtihad, seperti bunga bank, rekaysa genetika, zakat profesi dan usaha,
pencangkokan organ,donor dan sebagainya.
Melihat kepada pelaksanaannya ijtihad dapat dibagi dua, yakni :

1.Ijtihad fardi ialah ijtihad yang dilakukan oleh mujtahid secara fardi atau seorang diri.

2.Ijtihad jama’I adalah ijtihad yang dilakukan oleh mujtahid secara berkelompok atau secara ijma’

Kemudian juga terdapat beberapa metode ijtihad, sebagai berikut :

a.Qiyas.

Qiyas menurut bahasa adalah menyamakan atau mengukur sesuatu dengan lainnya lalu mempersamakannya. Sedangkan
menurut istilah adalah menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuan hukumnya dengan berdasarkan sesuatu hokum
yang sudah ditentukan oleh nash (teks) disebabkan karena sama illatnya (alasannya). Contoh zakat padi diqiyaskan pada zakat
gandum karena sama-sama mengenyangkan.

C. Ketentuan Ijtihad b.Ijma’

Ijma’ menurut bahsa adalah sepakat atau sependapat. Ijma’ menurut istilah ialah kesamaan atau kebulatan pendapat semua ahli
ijtihad dalam menetapkan suatu hokum. Baik dalam bentuk ijma’ qauli melalui ucapan (lisan0 dan ijma’ sukuti (diam).

c.Istihsan

Istihsan adalah menetapkan suatu hokum terhadap suatu persoalan atas dasar prinsip-prinsip kebaikan, keadilan dan kasih
sayang dan sebagainya dari Al Quran dan hadits.

d.Mashalihal mursalah

Mashalihal mursalah ialah menetapkan hokum terhadap suatu persoalan atas dasar pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan
yang sesuai dengan tujuan syariat Islam sekalipun tidak ada dalil secara ekplisit dalam Al Quran dan hadits ( Toto, 1997 : 68-69).
Syarat-syarat mujtahid
Para mujtahid hendaklah memiliki kepastian dan kualitas ilmu yang memadai antara lain :

1.Mengetahui isi Al Quran dan hadits yang bersangkutan dengan hokum meskipun tidak hafal.

2.Mengetahui bahasa Arab dengan berbagai ilmu kebahasaan seperti nahwu, sharaf, ma’ani, bayan, badi’ agar
dapat menafsirkan ayat dengan baik dan benar.

3.Mengetahui kaidah-kaidah ilmu usul karena ilmu ini menjadi dasar berijtihad.

4.Mengetahui soal-soal ijma’supaya tidak timbul pendapat yang bertentangan dengan hasil ijma’

5.Mengetahui nasikh dan mansukh dalam Al Quran.

6.Mengetahui ilmu riwayah dan dapat membedakan mana hadits yang shahih, hasan, dhaif, maqbul dan mardud.

mengetahui kaidah-kaidah yang menerangkan tujuan syara dalam meletakkan taklif kepada orang mukallaf (Toto,
1997 : 70/ Hasbi : 1991 : 197).
03
Quiz
Soal

01 02 03
Jelaskan pengertian Jelaskan kedudukan Jelaskan pengertian
sunnah ! sunnah dalam Islam ! ijtihad !

04 05
Jelaskan kedudukan Cari 2 buah sunnah yang
ijtihad dalam Islam ! berhubungan dengan :
a.Menjadikan sunnah sebagai
sumber ajaran Islam
b.Motivasi sunnah untuk
berijtihad.
jawab
1. Menurut bahasa, kata sunnah berarti pekerjaan, tradisi,
kebiasaan, ketentuan. Menurut Istilah sunnah berarti semua
perkataan, perbuatan dan ketetapan (taqrir) yang bersumber
dari Rasul S.A.W.
2. Kedudukan sunnah dalam islam berada di bawa al-quran
yang merupakan sumber hukum islam pokok. Sedangkan
sunnah berkedudukan sebagai penguat dari hokum al-quran,
metincikan hokum al-quran, membatasi kemutlakan al-quran,
dan menetapkan hukum baru yang belum terdapat di dalam
al-quran.
3. Ijtihad berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata jahada
yang artinya bersungguh-sungguh. Sedangkan penegrtian
ijtihad menurut istilah adalah meggunakan seluruh
kemampuan berfikir dengan sungguh-sungguh untuk
mengeluarkan atau menetapkan hukum syara’ dengan jalan
mengistimbatkannya dari Al Quran dan sunnah Rasul SAW.
jawab
4. kedudukan ijtihad adalah berada di bawah al-quran dan
sunnah. Dimana ijtihad menciptakan hukum baru yang
menjawab perkembangan zaman, yang hukumnya tudak
ditemukan dalam al-quran dan hadist/sunnah.
5. a. Menjadikan sunnah sebagai ajaran islam
Dari A mr bin Auf bin Zaid al-Muzani radhiyalluh anhu,
rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, `barang siapa
yang menghidupkam sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan
oleh manusia, maka dia kan mendapatkan pahala seperti
pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak
mengurangi pahala mereka sedikit pun`
b. Motivasi sunnah untuk berijitihad
Dari Amr bin Ash ia mendengar Rasulullah saw.
Bersabda, `ketika seorang hakim endak memutuskan huku,
lalu berijitihad, kemudian benar, ia mendapatkan dua pahala.
Jika ia hendak memutuskan hukum, lalu berijtihad lalu
kemudian salah, ia dapat satu pahala. ` (HR. Muslim).
Thanks

Anda mungkin juga menyukai