pengelolaan Koperasi yang dikembangkan oleh para pelopor koperasi di Rochdale, yang dikenal dengan “Prinsip-prinsip Rochdale”. Sejalan dengan perkembangan Koperasi di bagian dunia lainnya, prinsip-prinsip Rochdale itu dijadikan contoh dan pedoman oleh hampir seluruh gerakan Koperasi di dunia. Meskipun demikian, pengambilalihan prinsip-prinsip Koperasi Rochdale tersebut idak dilakukan sepenuhnya, namun disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta budaya masyarakat tempat Koperasi didirikan. Namun setidaknya ada empat prinsip yang harus dipenuhi oleh setiap badan usaha Koperasi (The Cooperative Sector, Fauguet, 1951). Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1. Adanya pengaturan tentang keanggotaan organisasi yang berdasarkan kesukarelaan. 2. Adanya ketentuan atau peraturan tentang persamaan hak antara para anggota. 3. Adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi anggota dalam ketatalaksanaan dan usaha Koperasi. 4. Adanya ketentuan tentang perbandingan yang seimbang terhadap hasil usaha yang diperoleh, sesuai dengan pemanfaatan jasa Koperasi oleh para anggotanya. THE PRINCIPLES OF ROCHDALE
1. Barang-barang yang dijual bukan barang palsu dan dengan timbangan
yang benar; 2. Penjualan barang dengan tunai; 3. Harga penjualan menurut harga pasar; 4. Sisa hasil usaha (keuntungan) dibagikan kepada para anggota menurut pertimbangan jumlah pembelian tiap-tiap anggota ke Koperasi; 5. Masing-masing anggota memiliki satu suara; 6. Netral dalam politik dan keagamaan; 7. Adanya pembatasan bunga atasa modal; 8. Keanggotaan bersifat sukarela; 9. Semua anggota menyumbang dalam permodalan (saling tolong untuk mencapai penyelamatan secara mandiri). PRINSIP KOPERASI MENURUT ICA
1. Keanggotaan bersifat terbuka
2. Pengawasan dilakukan secara demokratis 3. Pembagian sisa hasil usaha didasarkan atas partisipasi masing-masingdalam usaha koperasi 4. Bunga yang terbatas atas modal 5. Netral dalam lapangan politik dan agama 6. Tata niaga dijalankan secara tunai 7. Menyelenggarakan pendidikan ICA menetapkan dalam anggaran dasarnya bahwa sesuatu Koperasi di negara itu mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Keanggotaan bersifat sukarela. 2. Pengawasan secara demokratis. 3. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota menurut perbandingan partisipasi masing-masing anggota dalam transaksi-transaksi sosial atau jasa sosial dari perkumpulan atau usaha Koperasi. 4. Pembatasan bunga atas modal. Tahun 1966, diperoleh rumusan baru prinsip-prinsip Koperasi hasil kongres di Wina, sebagai berikut : 1. Keanggotaan koperasi harus bersifat sukarela dan terbuka. 2. Koperasi harus diselenggarakan secara demokratis. 3. Modal yang berasal dari simpanan uang dibatasi tingkat bunganya. 4. Sisa hasil usaha, jika ada, yang berasal dari usaha Koperasi harus menjadi milik anggota. 5. Koperasi harus menyelenggarakan pendidikan terhadap anggota- anggotanya, pengurus, pegawai koperasi, serta terhadap warga masyarakat pada umumnya. 6. Seluruh organisasi Koperasi, baik koperasi pada tingkat lokal, pada tingkat nasional, dan Koperasi di seluruh dunia, hendaknya menyelenggarakan udaha sesuai dengan kepentingan anggotanya. PRINSIP KOPERASI DI INDONESIA
Dalam pasal 5 ayat 1 UU No. 25/1992, Koperasi Indonesia
secara terinci melaksanakan prinsip-prinsip Koperasi sebagai berikut : 1. Keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal. 5. Kemandirian. PERBEDAAN USAHA KOPERASI DARI PERUSAHAAN PERSEROAN • Dilihat dari tujuan pendiriannya Koperasi didirikan oleh anggotanya atas dasar kesamaan cita-cita, serta atas dasar kesamaan hak dan kewajiban di antara para anggotanya. Tujuan pendirian koperasi adalah untuk menyelenggarakan usaha bersama guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya. Sedangkan tujuan pendirian perusahaan selain Koperasi adalah untuk mengorganisasikan modal dan sumber daya lainnya dalam melakukan suatu usaha tertentu, dengan menekankan pada upaya pengalokasian modal dan sumber daya untuk menghasilkan barang dan jasa dengan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. • Dilihat dari keanggotaannya Koperasi beranggotakan orang-orang yang bergabung dengan menyerahkan sumbangan modal dalam bentuk simpanan pokok. Hubungan antara koperasi dengan anggotanya bersifat langsung, dalam arti semua anggota terdaftar namanya dalam catatan administrasi Koperasi tanpa kecuali, selain itu para anggota memiliki kesempatan yang sama untuk melibatkan diri secara aktif dalam pengelolaan dan pengawasan usaha Koperasi. Pada perusahaan selain Koperasi, hubungan antara kegiatan perusahaan dengan para pemilik (pemegang saham) sifatnya tidak langsung dan tidak jelas, karena memang secara konsepsional dan hukum ada pemisahan yang tegas antara fungsi pemilikan dan fungsi manajerial. • Dilihat dari permodalannya Koperasi melakukan usaha dengan modal awal Koperasi yang diperoleh dari simpanan pokok para anggotanya. Selain itu Koperasi bisa juga memanfaatkan sumber-sumber modal lain, baik dari dalam maupun luar Koperasi, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Modal awal perusahaan (terutama yang berbentuk perseroan), berasal dari penyertaan pertama yang dilakukan oleh para pemiliknya. Jumlah modal perusahaan telah ditetapkan pada saat awal pendiriannya. Jumlah ini tidak bisa berubah kecuali jika dikehendaki adanya perubahan pada akta pendirian. Jumlah modal awal yang ditetapkan disebut dengan modal statutair. • Dilihat dari pemegang kekuasaan tertinggi Kekuasaan tertinggi dalam Koperasi terletak di tangan rapat anggota. Dalam rapat anggota ini, masing-masing anggota Koperasi mempunyai hak dan kedudukan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya dalam perumusan kebijakan- kebijakan penting yang akan ditempuh oleh koperasi. Kekuasaan tertinggi pada perusahaan ada di tangan pemilik (pemegang saham). Dengan demikian jumlah pemilikan saham akan sangat menentukan dominasi pemegang saham dalam menentukan kebijakan yang akan dijalankan oleh manajemen perusahaan. • Dilihat dari pembagian keuntungannya Selisih dalam Koperasi dikenal dengan sebutan Sisa Hasul Usaha (SHU). SHU ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya tertentu, akan dibagikan kepada para anggota sesuai dengan perimbangan jasanya masing-masing. Jasa anggota diukur berdasarkan jumlah kontribusi masing-masing. Sedangkan pembagian keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan ditentukan berdasarkan jumlah pemilikan saham oleh masing-masing pemegangnya. • Dilihat dari segi bunga atas modal Di dalam Koperasi berlaku ketentuan mengenai pembatasan bunga atas modal. Pembatasan ini dilakukan agar koperasi dapat meningkatkan usahanya sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para anggota dan masyarakat pada umumnya, selain itu alasan para anggota melibatkan diri dalam Koperasi dengan harapan dapat bekerjasama dengan para anggota lainnya secara sukarela untuk perbaikan nasib bersama. Sedangkan beban bunga atas modal perusahaan akan mengikuti suku bunga pasar. Dengan adanya pemisahan antara pemilik dengan manajemen perusahaan maka kemampuan membayar pokok pinjaman dan bunga modal adalah ukuran efisien dan kemampuan manajerial pengelola perusahaan. Pembatasan bunga atas modal tidak pernah berlaku dan tidak mungkin dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal. • Dilihat dari manajemen usahanya Manajemen usaha Koperasi bersifat lebih terbuka karena semua anggota Koperasi akan terlibat secara aktif dalam merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh Koperasi, melaksanakan tugas- tugas utama dalam rangka memenuhi fungsi dan tujuan Koperasi, serta secara aktif ikut mengawasi jalannya kegiatan usaha Koperasi. Manajemen perusahaan cenderung bersifat tertutup. Hal ini bisa dimengerti karena memang ada pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Tidak semua pemilik memiliki akses yang cukup untuk mengetahui seluk beluk usaha perusahaan, kecuali orang-orang tertentu saja. • Dilihat dari orientasi usahanya Pada masa awal berdirinya, Koperasi berusaha memenuhi kebutuhan para anggotanya. Dengan demikian ada kaitan langsung antara bidang usaha yang akan dimasuki oleh Koperasi dengan upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya. Seiring perkembangan waktu, khususnya bila Koperasi telah memenuhi persyaratan dari segi organisasi dan permodalan, maka Koperasi dapat melakukan perluasan usaha ke bidang- bidang lain yang berkaitan dengan bidang usahanya. Sedangkan pada perusahaan perseroan, yang dipentingkan adalah pelipatgandaan modal para pemegang saham. Adapun jenis usaha yang akan dilakukannya, sama sekali tidak ada kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi para pemiliknya. Oleh karena itu, penentuan jenis usaha yang dilakukan oleh suatu perseroan, lebih banyak ditentukan oleh besar kecilnya keuntungan yang dapat diperoleh melalui bidang usaha yang bersangkutan