Anda di halaman 1dari 17

BELAJAR KOGNITIF

dan
KONTRUKTIVISME

KELOMPOK 2

ARDIAN YONANDA P (D0321001)


KHOIRUN NISA (D0321007)
ADAM SUSILO N (D0321010)
ARDIANA PUTRI W (D0321014)
PANDANGAN TENTANG BELAJAR

Belajar merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang.


Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian hidupnya dan berlangsung
seumur hidup. Dalam belajar, peserta didik yang lebih penting sebab tanpa peserta
didik tidak ada proses belajar. Oleh karena itu tenaga pengajar perlu memahami
terlebih dahulu teori belajar, karena membantu pengajar untuk memahami proses
belajar yang terjadi didalam diri peserta didik, dengan kondisi ini pengajar dapat
mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar atau
menghambat proses belajar. Teori ini merupakan sumber hipotesis atau dugaan-
dugaan tentang proses belajar yang dapat diuji kebenarannya melalui eksperimen
atau penelitian, dengan demikian dapat meningkatkan pengertian seseorang
tentang proses belajar mengajar. Secara umum semua teori belajar dapat kita
kelompokkan menjadi empat golongan
TEORI BELAJAR

a. Teori Belajar Behavioristik

b. Teori Belajar Kognitif

c. Teori Belajar Humanistik

d. Teori Belajar Sibernetik.


PENGERTIAN
KOGNITIF
Secara bahasa, kognitif berasal dari bahasa latin “cogitare” yang berarti berfikir
(Nasution.2011). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum
yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan,
menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan. Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu
teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek
kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh
proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar (Rasyidin. 2011).
Pengetahuan mengenai perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat
banyak manfaatnya, antara lain:
a. Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat
kepada para siswa dengan pendekatan yang relevan dengan tingkat
perkembangannya.
b. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan
belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil langkah-langkah
penanggulangan yang tepat sesuai dengan tahap perkembangannya.
c. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktivitas
proses belajar mengajar bidang studi tertentu untuk sekelompok siswa
dalam fase perkembangan tertentu.
d. Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran materi
pelajaran atau pokok bahsan pengajaran tertentu sesuai dengan
kemampuan psikiologi sekelompok siswa dalam fase perkembangan
tertentu
TEORI BELAJAR
PENGOLAHAN
INFORMASI
Berbagai informasi yang memasuki pikiran setiap orang adalah melalui alat-alat pengindraan,
seperti melihat,mendengar,atau merasaakan.Setiap informasi yang masuk ke dalam alat
pengindraan itu sebagian ada yang diabaikan, dan ada yang masuk ke dalam alat
pengindraan tanpa disadari. Namun ada sebagian informasi yang disimpan sebentar dalam
memori dan dilupakan.Terkait dengan rangkaian proses memori, memori sensori adalah
proses awal sebelum proses short-term memory ataupun long-term memory. Memori sensori
atau sensory storage atau sensory register akan merekam informasi atau stimulus yang
masuk dan ditangkap oleh panca indera seperti visualiasai melalui mata, auditori melalui
telinga, rabaan melalui kulit, bau melalui hidung maupun rasa lewat lidah.
KEMAMPUAN KESAN-KESAN PENGINDERAAN JANGKA PENDEK

Penampungan kesan-kesan penginderaan jangka pendek atau sering disebut juga memori
inderawi merupakan komponen yang berfungsi menerima informasi baru. Komponen ini berfungsi
menerima dan menahan informasi dalam waktu yang sangat singkat. Dalam jumlah yang sangat
banyak yang dihasilkan dari proses pengindraan dan menahannya dalam waktu yang singkat,
yakni tidak lebih dari sua detik. Apabila informasi itu tidak diperhatikan, maka informasi itu akan
hilang.
Penampungan Kesan-kesan Penginderaan Jangka Pendek (STSS

A. Stimulus Psikofisik Variasi intensitas ukuran, suara, dan warna suatu stimulus dapat
memunculkan respon tertentu. Pendidik yang mengajar dengan menggunakan metode ceramah,
dan suaranya berirama secara teratur.

B. Stimulus emosional Banyak stimulus yang mampu membngkitkan respon emosi seseorang.
Buku yang berisi materi bacaan seperti peperangan, penemuan sesuatu yang unik dan
menakjubkan, merupakan materi yang mudah dipelajari dan mudaah di ingat oleh peserta didik,
karena isi bacaan dapat membangkitkan emosi.

C. Stimulus kesenjangan Stimulus yang mampu membangkitkan perhatian sebagian tergantung


pada efek kebaharuan, kompleksitas, dan keunikannya. Stimulus itu mampu menarik perhatian
karena memiliki karakteristik lain daripada yang lain. Contoh: dalam proses pembelajaran
pendidik mengajar dengan menggunakan gambar, memberikan sedikit tulisan untuk membrikan
penjelasan.

D. Manding stimuli Mand merupakan pernyataan verbal yang memiliki konsekuensi tinggi. Dalam
pembelajaran misalnya, pendidik pada waktu menjelaskan materi pembelajaran tiba-tiba
menceritakan Sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan di sekitar peserta didik
Memori Jangka Pendek (STM) dan Memori Kerja

(WM) Kapasitas penampungan ini terbatas, kurang lebih tujuh penggal informasi.
Informasi tidak dalam bentuk penginderaan kasar sebagaimana di dalam STSS.
Informasi dapat digeser oleh informasi baru. STM adalah memori kesadaran, yakni
seseorang menyadari adanya informasi. Memori Kerja (Working Memory) memiliki
karakteristik seperti STM. STM adalah system penyimpanan yang mampu
menyimpan sejumlah informasi selama beberapa detik. Informasi yang masuk
kedalam STM dapat berasal dari STSS, atau dari LTM. Informasi yang berasal dari
STSS dan LTM kadang-kadang masuk secara bersamaan. Salah satu cara untuk
menyimpan informasi ke dalam STM adalah memikirkan atau mengucapkannya
secara terus-menerus. Proses mempertahankan informasi di dalam STN melalui
pengulangan disebut rehersa
Memori Jangka Panjang (LTM) Memori jangka panjang adalah bagian dari
system memori dimana sesorang menyimpan informasi untuk periode waktu
yang sangat lama. LTM memiliki kapasitas tidak terbatas dalam penyimpan
informasi. Informasi yng telah disimpan tidak ada yang hilang karena lupa.
Para teorisi belajar kognitif mebagi memori jangka panjang ke dalam tiga
bagian, yaitu:
a. Memori episodic Memori episodic merupakan memori tentang penglaman
personal, yakni semacam gambaran mental mengenai sesuatu yang telah
dilihat atau di dengar. Memori ini sukar dilacak kembali karena episode
kehidupan seseorang seringkali muncul secara berulangulang, sehingga
episode terakhir bercampur dengan memori sebelumnya.
b. Memori semantic Berisi tentang fakta dan informasi tergenaralisasi yang
telah diketahui sebelumnya, konsep-konsep, prinsip dan cara menggunakan
informasi tersebut, serta keterampilan pemecahan masalah dan strategi
belajar.
c. Memori procedural Menunjuk pada pengetahuan tentang cara mengerjakan
sesuatu, terutama dalam tugas-tugas fisik. Jenis memori ini disimpan di
dalam serangkaian pasangan stimulus-respon
Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivitik menyatakan bahwa pendidik tidak


dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik.
Sebaliknya, peserta didik harus mengontruksikan
pengetahuannya sendiri. Adapun peran pendidik adalah:
a.Memperlancar proses pengontruksian pengetahuan dengan
cara membuat informasi secara bermakna dan relevan dengan
peserta didik
b.Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengungkapkan atau menerapkan gagasannya sendiri
c.Menbimbing peserta didik untuk menyadari dan secara sadar
menggunakan strategi belajarnya sendiri (Slavin, 1994)
Asumsi tentang belajar Teori belajar konstruktivisme menyampaikan
perubahan paradigm dari pendidikan berdasarkan aliran behaviorisme
kepada pendidikan berdasarkan teori kognitif. Teori behaviorisme
memfokuskan pada tujuan, tingkat pengetahuan, dan penguatan.
Sementara itu teori konstruktivisme memfokuskan pada peserta didik
mengkonstruktisikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Lupa dan Ingat
Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita,
sedang ingatan kita sehat. Adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala
di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk
digunakan.
1. Proses Terjadinya Lupa Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal
yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan. Dewasa ini
ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling
bertentangan, melainkan saling mengisi.
DESKTOP SOFTWARE

a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus
diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun
jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi,
karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.

b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami
perubahanperubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

 Penghalusan

 Penegasan

 Asimilasi
Interferensi itu terjadi dalam dua bentuk, yaitu :

a. Interferensi retroaktif, disebut juga inhibisi retroaktif. Interferensi retroaktif terjadi apabila
informasi yang telah dipelajari mengganggu peserta didik dalam mempelajari informasi
berikutnya.

b. Interferensi proaktif, disebut juga inhibisi proaktif. Interferensi proaktif terjadi apabila informasi
yang baru dipelajari mengganggu seseorang dalam mengingat informasi yang telah dipelajari
sebelumnya.
KESIMPULAN

Dari pembahasan teori belajar kognitif di atas, dapat kami simpulkan sebagai
berikut. Belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama
pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam
berpikir yakni pengolahan informasi. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti
penting proses internal, mental manusia. Tingkah laku manusia yang tampak, tak
dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti: motivasi,
kesengajaan, keyakinan dan sebagainya. Teori belajar kontriktivisme adalah
bahwa belajar merupakan proses penemuan (discovery) dan transformasi
informasi kompleks yang berangsung pada diri seseorang. Perilaku manusia tidak
ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang
ada pada dirinya sendiri.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai