Anda di halaman 1dari 11

EFUSI PLEURA DAN

THORAKOSINTESIS
Kelompok 6
ANATOMI PERNAFASAN

A. Pernafasan Atas
• Hidung
• Faring
• Laring
B. Pernafasan Bawah
• Trakea
• Bronkus dan bronkiolus
• Pulmo paru
FISIOLOGI PERNAFASAN

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk
kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dalam pertukaran gas. Melalui peran sistem
respirasi oksigen diambil dari atmosfer di transfer masuk ke paru-paru yang terjadi
pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida di alveoli,selanjutnya oksigen
difusikan.pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen kedalam tubuh serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida
sisa oksidasi keluar tubuh
EFUSI PLEURA

A. Pengertian
Effusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak
semestinya yang disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari
proses absorbsinya. Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya
pembentukan cairan pleura dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura
tersebut.Pada pasien dengan daya absorpsi normal, pembentukan cairan pleura
harus meningkat 30 kali lipatsecara terus menerus agar mampu menimbulkan
suatu effusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya absorpsi cairan pleura saja
tidak akan menghasilkan penumpukan cairan yang signifikan dalam rongga
pleura mengingat tingkat normal pembentukan cairan pleura sangat lambat.
(Lee YCG, 2013).
ETIOLOGI

Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4
mekanisme dasar :
1. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2.Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
3.Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4. Peningkatan tekanan negativ intrapleural

Penyebab effusi pleura:


1. Virus dan mikoplasma
Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.Contoh :
Echo virus, riketsia, mikoplasma, Chlamydia.
2. Bakteri piogenik
Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen. Contoh aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus,
hemopillus,klabssiella. Anaerob: bakteroides seperti peptostreptococcus,
fusobacterium.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek
atau melalui aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran
limfe yang menuju pleura.
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Saferi & Mariza (2013), tanda dan gejala yang


ditimbulkan dari efusi pleura yang berdasarkan dengan penyebabnya
adalah:
1.Sesak napas
2.Rasa berat pada daerah dada
3.Bising jantung yang disebabkan payah jantung
4.Lemas yang progresif
5.Penurunan berat badan yang disebabkan neoplasma
6.Batuk disertai darah pada perokok yang disebabkan Ca bronkus
7.Demam subfebril yang disebabkan oleh TB Paru
8.Demam mengigil yang disebabkan empyema
9.Asites pada penderita serosis hati
10.Asites disertai tumor di daerah pelvis yang disebabkan oleh penderita
sindrom meig.
PENATALAKSSANAAN

Menurut Herdman Kamitsuru (2011), tindakan keperawatan yang dapat


dilakukan pada klien efusi pleura antara lain yaitu:
a. Memposisikan klien semi fowler Yaitu dengan posisi setengah duduk dengan posisi 45o yang
bertujuan untuk memberikan rasa nyaman.
b. Melakukan latihan napas dalam Yang bertujuan untuk membebaskan dari gangguan ventilasi
c. Memonitor pola napas, suara napas tambahan, kecepatan,
kedalaman dan kesulitan saat bernapas.
d. Berkolaborasi pemberian terapi obat Jika agen penyebab efusi pleura adalah kuman atau bakteri maka
dapat menggunakan antibiotik.
e. Perkusi toraks anterior dan posterior mulai dari apeks sampai basis
paru.
f. Monitor keluhan sesak napas pasien termasuk kegiatan yang dapat
meningkatkan rasa sesak napas pada pasien.
THORAKOSINTESIS

A. Pengertian
tindakan yang dilakukan pada pasien yang menderita efusi pleura, suatu penyakit yang ditandai dengan
penimbunan cairan di rongga pleura. Pada individu yang sehat, cairan yang diproduksi dan diserap oleh
pleura jumlahnya seimbang, sehingga cairan pleura dapat dijaga agar berjumlah 10-20 ml pada waktu
tertentu. Kelainan atau penyakit yang mengganggu proses ini dapat menyebabkan terjadinya efusi pleura.

Indikasi:
Kasus di mana penyebab efusi pleura tidak diketahui Pasien yang baru pertama kali mengalami efusi pleura
Pasien dengan efusi yang parah Pasien yang berulang kali mengalami efusi pleura.
Tujuan dari thoracentesis terapeutik adalah untuk mengambil sebanyak mungkin cairan pleura dalam satu
tindakan. Hal ini dapat sangat mengurangi kesulitan bernapas pasien. Selain itu, pasien dengan empiema atau
nanah pada rongga pleura dapat menjalani thoracentesis untuk menghilangkan cairan yang terinfeksi.

Pengambilan cairan yang cukup dari efusi yang terinfeksi dan pengendalian sumber cairan adalah langkah yang
penting dari penanganan empiema. Akhirnya, pengambilan cairan pleura dapat memberikan hasil evaluasi
radiografi pada paru-paru yang lebih jelas, yang dapat membantu dalam penanganan efusi pleura.
CARA KERJA THORAKOSINTESIS

Tindakan ini biasanya dilakukan dengan meminta pasien untuk duduk atau mengambil posisi tegak. Pada
pasien yang tidak dapat meninggalkan tempat tidur dan tidak dapat duduk, maka mereka akan diminta untuk
berbaring dengan posisi decubitus lateral, di mana mereka akan berbaring ke samping. Setelah pasien berada
dalam posisi yang benar, area thoracentesis akan ditentukan. Perkusi dan auskultasi pada dada, serta uji
pencitraan, dapat membantu dokter untuk memilih titik yang paling baik untuk memasukkan jarum suntik.
Tindakan ini dapat dilakukan tanpa panduan, di mana jarum suntik akan dimasukkan 2-3 cm di bawah batas
efusi yang paling luar, biasanya di punggung pasien. Namun, efusi yang lebih kecil atau loculated (efusi pada
kantong pleura) sebaiknya diambil cairannya dengan panduan dari ultrasound.
Setelah itu, area thoracentesis akan dibuka dan dibersihkan. Jarum thoracentesis yang biasanya berukuran 18
atau 20 akan dimasukkan tepat di atas bagian tulang rusuk yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa ikatan intercostal, yang tersusun dari saraf dan pembuluh darah, tidak akan terkena jarum
suntik. Jarum suntik akan dimasukkan sampai ke pleura parietal, kemudian cairan pleura akan diambil. Apabila
ternyata yang terambil adalah udara dan bukan cairan, maka kemungkinan area thoracentesis yang dipilih
terlalu tinggi. Kegagalan thoracentesis dapat disebabkan oleh beberapa alasan, misalnya efusi pleura yang
sangat parah atau dinding dada yang terlalu tebal. Menggunakan jarum suntik yang lebih panjang dan lebih
besar mungkin dapat membantu, begitu juga dengan menggunakan panduan ultrasound.
KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah pneumotoraks, atau adanya udara di rongga pleura. Studi menunjukkan bahwa tingkat
terjadinya pneumotoraks pasca thoracentesis adalah 11%. Dari semua kasus tersebut, 2% pasien membutuhkan penanganan lebih
lanjut dengan torakotomi tabung. Sebagian besar kasus dapat ditangani dengan cara tradisional, yaitu dengan bantuan oksigen yang
tinggi.

Pendarahan adalah kemungkinan risiko lain dari thoracentesis. Saat dilakukan dengan benar, pendarahan biasanya tidak akan
terjadi. Namun, pendarah dapat terjadi pada pasien lanjut usia dengan pembuluh darah intercostal yang berbelit. Pendarahan juga
dapat terjadi pada pasien dengan kelainan pembekuan darah yang menderita efusi pleura. Risiko pendarahan dapat dikurangi
dengan menggunakan jarum suntik yang lebih kecil saat thoracentesis.

Anda mungkin juga menyukai