Anda di halaman 1dari 7

KLASIFIKASI HADIS

1. PEMBAGIAN HADIS
BERDASARKAN JUMLAH PERAWI
2. PEMBAGIAN HADIS
BERDASARKAN KUALITAS PERAWI
BERDASARKAN JUMLAH PERAWI
PERTAMA HADIS MUTAWATIR
• Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah
perawi yang adil pada setiap tingkat sanadnya, dan
mustahil diantara meraka akan melakukan
kebohongan (secara bersama) (Subhi Shalih).
• Hadis mutawatir terbagi dua:
1. Mutawatir lafzi, yakni hadis yang diriwayatkan
secara muwatir dengan lafal yang sama persis.
Seperti hadis :

hadis
2. Hadis mutawatir makna, yakni hadis yang
diriwayatkan oleh sejumlah perawi dengan
menggunakan lafal yang bebeda, tetapi esensinya
tetap sama. Contoh hadis: hadis

Hadis mutawatir memiliki nilai satu tingkat di


bawah Al-Qur’an. Karena itulah, para ulama
seperti Ibnu Hajar mengatakan bahwa kewajiban
mengamalkan hadis mutawatir adalah sejalan
dengan kewajiban mengamalkan ajaran al-
Qur’an. Keduanya sama-sama memiliki nilai
kebenaran yang qath’i (pasti kebenarannya
berasal dari Nabi saw).
KEDUA HADIS AHAD
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu orang
perawi atau lebih yang jumlahnya hanya sedikit,
tidak mencapai jumlah mutawatir (Subhi Shalih).
• Hadis ahad memiliki nilai kebenaran di bawah
hadis mutawatir. Nilai kebenarannya hanya
sampai pada nilai zhan (dugaan). Artinya
kebenaran hadis tersebut berasal dari Nabi harus
diteliti terlebih dahulu. Karena kemungkinan
terjadinya kebohongan dalam periwayatan hadis
tersebut sangat lah mungkin. Contoh:

hadis
BERDASARKAN KUALITAS PERAWI
• Dalam hal ini hadis terbagi kepada 3:
PERTAMA HADIS SHAHIH
Yaitu hadis yang sanadnya bersambung, perawinya
adil dan dhabit dari awal sampai akhir, serta sanad
dan matannya tidak mengandung syaz dan illat
(Ibnu Shalah).
Sebuah hadis baru bisa diketahui shahih atau tidak
setelah dilakukan penelitian. Karena itulah para
ulama hadis abad ke-4 H sudah melakukannya ,
seperti Bukhari dan Muslim.
hadis
• KEDUA HADIS HASAN.
Yaitu hadis yang sandanya bersambung,
perawinya adil dan dhabit, serta terhindar dari
Illat dan tahlili. Hanyan saja nilai kebenarannya
berada satu tingkat di bawah hadis shahih,
karena perawinya yang kurang secara dhabit
(hafalan).
Namun dalam pengamalannya ulama mengatakan
bahwa hadis hasan bisa diamalkan, sebagaimana
hadis shahih, jika nilai dhabit perawinya tidak
terlalu kurang.

hadis
• KETIGA HADIS DHA’IF.
• Yaitu hadis yang tidak memenuhi persyaratan pada
hadis shahih dan hasan, yakni sanad tidak
bersambung, tidak adil dan dhabit, terdapat syaz
dan illat.
Terkait dengan boleh tidaknya beramal dengan hadis
dha’if, terdapat perbedaan pendapat.
1. Tidak boleh beramal dengannya. (Bukhari).
2. Boleh, karena bagaimanapun hadis lebih baik dari
pendapat ulama (Abu Daud).
3. Boleh digunakan untuk fadhail amal (keutamaan
amal). (Ibnu Hajar). hadis

Anda mungkin juga menyukai