Anda di halaman 1dari 21

DISUSUN OLEH:

1. NELFI
2. DELLY
3. AFRIA
 Latar Belakang
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan
karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001).

Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami


serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995).Menurut
Teele (1991) dalam Commissoet al. (2000), 33% anak akan mengalami
sekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat
70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode OMA
(Bluestone,1996).
 Defenisi
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga
sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan
bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.(Roger
watson, 2002).

Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium


telinga tengah. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri
bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah
pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan tersumbatnya
saluran. (Mansjoer, 2001, 76).
 Anatomi Fisiologi
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga
luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam
merupakan organ yang pertama kali terbentuk mencapai
konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan
kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk
sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah
bentuk sampai pubertas.
 Etiologi
1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari
otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba
eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga
tengah juga akan terganggu
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya
(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis
alergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar
kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA
dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak
horisontal.
3. Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan
bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus
aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.
 Patofiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas
(ISPA) yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke
telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri
memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkan infeksi
dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai
telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang
mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran
timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi
dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang
kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa.
 Manifestasi Klinis
1. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada
orang dewasa. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa
tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic
( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator
balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
2. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan
terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak
ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler
menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri
biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani
memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai
masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna
melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada
pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma
sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
 Komplikasi
1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi
terapi secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan
sekitar telinga tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi
setelah adanya pemberianantibiotik.
2. Mastoiditis.
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak
ditangani.
4. Keseimbangan tubuh terganggu.
5. Peradangan otak kejang.
 Penatalaksanaan
Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga
menggunakan mikroskop dan alat penghisap. Pemberian
antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering membantu
bila terdapat cairan purulen. Berbagai prosedur pembedahan
dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif. Dapat
dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah
timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani dan
osikulus. Tujuan dari timpanoplasti adalah mengembalikan
fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah,
mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki pendengaran.
Nex…
Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus,
baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga
tengah diinspeksi secara teliti, dan hubungan antara osikulus
dievalusi. Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering
terjadi pada otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan
muncul dengan adanya malformasi telinga tengah dan dislokasi
osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis pendengaran
dapat terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan
kembali osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien
rawat jalan dengan anesthesia umum.
 Pemeriksaan diagnostic
yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini diantaranya
meliputi :
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran
timpani.
3. Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya
OMA pada anak antara lain:
1. Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak. 
2. Pemberian ASI minimal selama enam bulan.
3. Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring.
4. Hindari pajanan terhadap asap rokok.
 Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada
telinga tengah
 Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

 Kriteria hasil : Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 darirentang

skala 0-10
 Intervensi Keperawatan :

a. Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi


(misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas dalam)
R/ Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantu mengurangi nyeri
yang dirasa.
b. Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik 
R/ Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeri dapat berkurang
c. Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menit pemberian analgetik 
R/ Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
d. Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab nyeri yang dirasa
R/ Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasa oleh klien dan
keluarga
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek
kehilangan pendengaran.
Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan
komunikasi
Kriteria hasil : 
 Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik 

 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi

tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga


yang baik.
Intervensi Keperawatan :
a. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat
padarencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan
klien, eperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
b. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.- Jika ia dapat
mendegar pada satu telinga, berbicara denganperlahan dan dengan jelas
langsung ke telinga yang baik (hal inilebih baik daripada berbicara
dengan keras).
c. Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhada pandengan pintu.
d. Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
e. Jika klien dapat membaca ucapan
f. Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
g. Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak
dapat membaca bibi anda..
h. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
i. Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi
tertulis.
j. Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
k. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan
semua komunikasi pada klien, tidak kepadapenerjemah. Jadi seolah-olah
perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan
mengabaikan keberadaan penerjemah.
1. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan
pemahaman
M : Bicara dengan jelas, menghadap individu.
N : Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
O : Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan
komunikasi.
P: Validasi pemahaman individu dengan mengajukan
pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
 Rasional :

a. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan


oleh klienmaka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan
dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
b. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien
dapatditerima dengan baik oleh klien.
c. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan
klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima
pesan perawat secara tepat.
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi/sensoris,baik.
Kriteria hasil :  Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris
pendengaran sampai pada tingkat fungsional  
Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat
pendengaransecara tepat.
b. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang
amandalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan dengan
menggunakan cutton bud  secara hati-hati, sementara waktu hindari
berenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegah
terjadinya ketulian lebih jauh.
c. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis
antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun
lokal).
 Rasional :
a. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe
gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
b. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka
pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan
infeksisehingga harus dilindungi.
c. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-
masalah pendengaran rusak secara permanen.
d. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat
menyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi akan
berlanjut. 
 
4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
 Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

 Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :
a. Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguanvyang
dialami.
b. Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan darifungsi
pendengarannya untuk mempertahankan harapan klienvdalam
berkomunikasi.
c. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikanvdukungan kepada
klien.
d. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yangtersedia
yang dapat membantu klien.
Rasional :
a. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi
denganefektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat
mengurangirasa cemasnya.
b. Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat
mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak
percayaan klienterhadap perawat.
c. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi
yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan
dnegantingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi
rasa cemas dan frustasinya.
d. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman
yangsama akan sangat membantu klien.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai