Anda di halaman 1dari 12

UJI PRAKLINIS 99mTc-KANAMISIN

SEBAGAI RADIOFARMAKA
UNTUK PENCITRAAN INFEKSI
AQILLA FADYA SYAFITRI
2002025
Berbagai macam radiofarmaka untuk pencitraan
inflamasi telah dikembangkan diantaranya leukosit
bertanda 111In. Pengunaan radiofarmaka dapat
mendeteksi adanya inflamasi, namun tidak dapat
membedakan inflamasi yang disebabkan oleh adanya
infeksi dan inflamasi yang tidak disebabkan oleh
infeksi. Diagnosis infeksi dengan metode pencitraan
dilakukan dengan antibiotik bertanda radioaktif.
Pengunaan antibiotik dalam metode pencitraan
didasarkan pada sifat antibiotik yang dapat berikatan
dengan mikroorganisme. Setiap obat-obatan perlu
memenuhi uji keamanan pengunaanya secara pra
klinis. Sebelum diaplikasikan pada pasien harus
memenuhi syarat meliputi sifat fisik, kimia, dan
biologi yaitu kejernihan larutan, kemurniaan
radiokimia,sterilitas, pirogenitas, dan biodistribusi
pada hewan uji. Hal ini bertujuan agar hal hal yang
merugikan pasien pada saat uji klinis dapat
diminimalisasi.
Pengunaan kanamisin sebagai antibiotik dapat
ditandai dengan radionuklida 99mTc didasarkan pada
strukturnya yang memiliki beberapa gugus fungsi
seperti -NH2, -OH, -O, sehingga mudah berkaitan
dengan 99mTc. Prses penandaan kanamisin dengan
99m
Tc lebih sederhana dibandingkan antibiotika lain
lebih cepat, efesien, tidak memerlukan bifunctional
chelating agents.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
radiofarmaka 99mTc kanamisin yang memenuhi
persyaratan untuk digunakan secara klinis. Hasil
akhir yang diharapkan adalah radiofarmaka 99mTc
kanamisin bersifat tidak toksik, steril, tidak pirogen,
serta terakumulasi didalam organ target hewan uji
dan dapat diekresikan dari dalam tubuh.
TATA KERJA
 Bahan dan peralatan
 Pembuatan senyawa bertanda 99mTc kanamisin
 Uji toksisitas
 Uji sterilitas
 Uji pirogenitas
 Uji biodistribusi
Hasil pembahasan
 Uji toksisitas
Suatu radiofarmaka dikatan toksi apabila menunjukan
gejala abnormal seperti kejang-kejang, muntah, tremor,
dan bahkan ada mencit yang mati. Kinamisin sulfat
Pengunaan nya hanya sebagai tracer (pembawa), kemudian
dimanfaatkan untuk mendiagnosis keberadaan infeksi
didalam tubuh. Jumlah radionuklida yang digunakan pun
hanya sedikit, sehingga efek toksik dihasilkan pun sangat
kecil tidak sampai berpengaruh terhadap fisiologis mencit.
Disimpulkan dari uji toksisitas
Bahwa radiofarmaka 99mTc kanamisin bersifat tidak
toksik sehingga aman untuk digunakan dalam
aplikasinya secara klinis.
 Uji Sterilitas
Setelah dilakukannya pengamatan kit cair kinamisin
tidak terdapat pertumbuhan jamur maupun bakteri
pada media nutrient agar. Pada radiofarmaka 99mTc
siprofloksasin tidakdijumpai pertumbuhan bakteri
dan jamur pada nutrient agar.
 Uji pirogenitas
Uji ini dilakukan dengan metode rabbit pyrogen test
terhadap 3 ekor kelinci. Hasil pengamatan terhadap
berat badan, suhu tubuh. Dalam penelitian ini adanya
respon yang tidak memenuhi persyaratan bebas
pirogen kemungkinan disebabkan masih adanya
pirogen didalam radiofarmaka 99mTc kanamisin
melebihi batas yang diperbolehkan, sehingga
menimbulkan kenaikan suhu tubuh.
 Uji biodistribusi
Uji ditribusi radiofarmaka 99mTc kanamisi dilakukan
setelah kemurnian radiokimiannya diketahui
memiliki nilai lebih besar 90%.
Kesimpulan
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
radiofarmaka 99mTc Kanamisin yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat tidak toksik, steril, masih
mengandung, pirogen, serta terakumulasi didalam
organ target hewan uji yaitu 60 menit setelah injeksi,
dan cepat dieksresikan dari dalam tubuh yaitu mulai
30 menit setelah injeksi..

Anda mungkin juga menyukai