DI INDONESIA
(HERBAL,BINATANG)
HERBAL INDONESIA
• JAMU TEREKAM AKHIR ABAD KE 8 DAN AWAL ABAD KE 9
kata jamu dari bahasa jawa kuno Jampi (“magic potion”)
berisi mantra dan pengobatan herbal
-> Dipengaruhi China-India dan Arab
Serat Primbon Jampi dan Serat Racikan Boreh Wulang
Dalem -> 2 dokumen di Kesultanan Surakarta
Pusat Jamu : Solo dan Yogya
• USADA DI BALI
• LONTARAK PABBURA- SULSEL
Sekilas Sejarah OT di Indonesia
(The Tale of Jamu The Green Gold of Indonesia) by Martha Tilar & Bernard
Widjaya,Kompas Gramedia,2015
• < 1600 : dijumpai pada relief dinding Candi Borobodur (dibangun th 825 AD) dan
disebut karmawibhangga. Di bawah pohon Kalpataru (mitos bhw pohon tak
pernah mati) sebagai simbol “eternal life” terlihat beberapa orang sedang
meracik herbal
• Museum Nasional di Jakarta : Jaman batu Neolithikumada mortir & batu karet
->giling serbuk dan ekstrak
• 898-910 AD : di Bali dijumpai catatan tulisan Kakawin Ramayanan,Sorga 1-9
ditulis dalam daun palem kering (Borassus flabellifer L) dalam bahasa Sansekerta,
disebut USADA yang artinya obat-obatan. Catatan lain oleh Dan Hyang
Dwijendera (1460-1550 AD) seorang master healer di Bali yang mengembangkan
berbagai sistem penyembuhan, penyakit khusus dan metode diagnosa
kehamilan.
ERA PENDUDUKAN BELANDA (1600-
1942)
• Muncul resep2 tradisional jawa dikenal sebagai “serat” atau
“Primbon”
• Yang terkenal adalah Serat Chentini yang disimpan di Kesultanan
Surakarta (Mangkunegara)
• Serat Kawruh Bab Jampi-jampi yang ditulis th 1831 berisi resep herbal
jawa
• Serta Wulang Wunita ditulis Pangean Paku Buwana IX.
• Chandra Rini ditulis oleh Mangkunegara IV (1782)
Dokumen sejarah obat di Indonesia
ERA PENDUDUKAN JEPANG (1942-1945)
• Saat ini jamu mulai iperhatikan dan berkembang
• Pertamakali ada seminar jamu di Solo th 1940 dan dibentuk komite
jamu Indonesia, dipimpin oleh Prof Dr Sato
• 1944 : beberapa tanaman dipublikasi di koran harian Asia Raya seperti
coffe bean, daun papaya untuk mengatasi disentri, beetle nut leafe
dan cengkeh untuk TBC
Periode setelah merdeka (1945)
• 1949 : seorang dosen farmasi UI melaporkan daftar tanaman obat
seperti johar (Cassia siamea) yang menghasilkan Chrysarobin,
kecubung (Brugmania spec) yang menghasilkan Colchicine, Sidaguri
(Sida rhombifolia) yang menghasilkan efedrin.
• 1950 : dibentuk tim tanaman obat di Bogor untuk meneliti
• 1954 : pemerintah membentuk “Pharmacotgherapy Agency” untk
mengendalikan obat dan meneliti tanaman obat
• 1964 : seminar nasional yang diprakarsai oleh Menteri Nasional
Pendidikan, Menteri Kesehatan,Menteri pertanian, Menteri
kKehutanan dll
• Negara Indonesia memiliki 17.000 pulau besar dan kecil dengan
penduduk lebih 230 juta, 400 suku bangsa (etnis dan sub-etnis) dengan
keanekaragaman agama, kepercayaan dan adat istiadat dan dengan
jumlah bahasa daerah lebih dari 600 tentu memiliki beragam nama dan
jenis pengobatan tradisional.
• Suku Bugis-Makassar sudah lama mengenal pengobatan tradisional, hal
ini bisa dibuktikan dalam naskah daun lontar bernama Lontaraq pabbura.
Mereka menggunakan tanaman kayu Sanrego (Lunasia amara Blanco )
untuk meningkatkan stamina pria dan daun segar paliasa (Kleinhovia
hospita Linn) dipergunakan untuk hepatitis dan tealh tersedia di pasaran
dengan kemasan 400 mg kapsul berisi ekstrak 40 mg ekstrak paliasa.
• Suku Bugis-Bone menggunakan sekitar 99 bagian tanaman sebagai
obat herbal. Mereka juga menggunakan daun sirih untuk mengobati
malaria dan ginger (jahe) untuk mengobati keseleo dan patah tulang.
• Jahe ini tersebar luas di nusantara, oleh penduduk Sumba timur
digunakan untuk ekspektoran, kontrasepsi dan oral Aphthae
(sariawan).
• Akar dari Imperata cylindrical L dalam hutan kering dipakai untuk
hipertensi. Demam. Batuk dan hepatitis.
• Bukti bahwa penggunaan obat tradisional indonesia telah dilakukan
berabad-abad yang lalu di Indonesia antara lain dapat dilihat pada
relief Candi Prambanan dan Candi Borobudur di Jawa Tengah. Bukti
sejarah jamu yang autentik bisa dilihat dalam buku Serat Kawruh dan
Serat Chentini yang ada di perpustakaan Kraton Surakarta. Serat
Centhini memiliki 12 jilid dan berisi 725 tembang (cantos) disusun
oleh putra Kanjeng Susuhunan Pakubuwono IV, Raja Surakarta (1778-
1820). Manuskrip serat Centhini diperkirakan disusun pada tahun
1814, berisi masalah kesehatan saat itu. Di samping berisi resep atau
formula kesehatan juga mengungkap isi cerita rakyat pada saat itu
serta ilustrasi penggunaan jamu sehari-hari.
• Buku Serat Kawruh memberikan informasi tentang jamu dan memuat
1.734 ramuan bahan alam dan cara penggunaannya serta dilengkapi
dengan jampi-jampi. Jampi-jampi ini di samping berfungsi mengatasi
masalah kesehatan khusus juga untuk melindungi pemilik dari
serangan black magic.
• Masyarakat Jawa dan Madura, obat tradisional lebih dikenal dengan
nama sebutan jamu, baik dalam bentuk rajangan maupun bentuk
serbuk yang siap diseduh dan diminum. Mereka sudah sejak lama
minum seduhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) untuk
memelihara kesehatan tubuh mereka
• Masyarakat Sunda di Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat dari
dulu sudah menggunakan sekitar 113 jenis tumbuhan obat untuk
pengobatan dan pemeliharaan tubuh, mayarakat Subang, Jawa Barat
menggunakan sekitar 75 jenis tumbuhan lokal untuk pengobatan
tradisional.
• Masyarakat melayu tradisional di luar pulau jawa seperti propinsi Riau
dan Jambi memiliki sekitar 45 ramuan tradisional dengan 195 spesies
tumbuhan obat; Masyarakat suku Talang Mamak tradisional dengan
58 ramuan dengan 115 spesies;
• Masyarakat suku Anak Dalam dengan 72 jenis ramuan dari 116
spesies; Masyarakat Maluku Tenggara menggunakan buah dan ranting
pala untuk rheumatik, myalgia dan peningkatan libido; Maluku
Selatan memiliki 216 jenis tanaman obat;
• Masyarakat Papua memanfaatkan rumput Keybar untuk kesuburan
wanita, akwai (Dymis anthon) untuk peningkatan aktivitas seksual
dan watu (Piper methysticom) untuk penenang;
• Masyarakat pulau Lombok sudah mengenal 19 jenis tumbuhan sebagai obat
kontrasepsi; Masyarakat Sumbawa mengenal 7 jenis tanaman tradisional untuk
minyak urut (akar salban, akar sawak, akar kesumang, batang malang, kayu
sengketan, kayu sekeal, kayu tulang); Masyarakat propinsi Bengkulu sudah mengenal
71 jenis tanaman lokal untuk obat, dan salah satunya untuk anti malaria yang berisi
10 macam campuran; (Tilaar,M,2010)
• Kalimantan yang merupakan daerah hujan tropis menyimpan sekurang-kurangnya
4000 spesies tumbuhan tanaman obat baru. Masyarakat Kalimantan akrab dengan
obat tradisional pasak bumi (peg of the earth) atau Eurycoma longifolia yang
dipergunakan untuk meningkatkan aktivitas seksual pria. Tabat barito (Ficus deltoide)
dipergunakan untuk libido wanita dan dikenal dengan nama Love Herb Tablet.
Tumbuhan lainnya adalah seduhan kulit akar bidara laut (Strychnos ignati) yang
akarnya sangat pahit untuk meningkatkan stamina.
• Pulau Seram (Maluku tengah) yang masih perawan juga kaya dengan sumber
tanaman obat, diketahui ada sekitar 30 jenis tanaman digunakan untuk
mengatasi penyakit seperti batuk, diare, demam dan sakit kepala, bengkak, gatal-
gatal.
• Penduduk Alor dan Pantar di Nusa Tenggara menggunakan daun Piper betle
(daun silirih) untuk mengatasi hemoroid, leucorrhoeae (keputihan abnormal) dan
kesehatan mata. Mereka juga memiliki 45 resep hewan agar kondisi hewan
ternak mereka sehat.
• Suku Siberut di pulau Mentawai, Sumbar menggunakan campuran Paranulu
Amomum aculeatum R dan nasi panas dan turmeric (Curcuma domestica V),
minyak kelapa yang digosokkan ke seluruh tubuh yang sakit untuk mengobati
hepatitis.
• Suku Melayu-Sambas, Kalbar menggunakan gabungan paku kelindana
(Blechnum orientale L), daun muda snake beans (Vigna cylindrical L) dan
Benzoin, getah pohon dari spesies Styrax (baunya) untuk mengobati boils (skin
abscess).
• Penggunaan tanaman tradisional ini tidak hanya pada manusia tapi juga pada
ternak. Sebagai contoh masyarakat Jawa Barat telah menggunakan sekitar 47
jenis tanaman utuk menjaga kesehatan ternak terutama kambing dan domba,
misalnya bayam, jambe, temulawak, dadap, kelor, lempuyang, katuk;
Masyarakat Alor, Nusatenggara Timur mempunyai 45 jenis ramuan ternak,
misalnya kulit kayu nangka dengan campuran air laut untuk mencegah diare
kambing; Masyarakat Jawa Timur dan Madura memiliki 57 macam jamu
tradisional ternak, misalnya jenis temu-temuan (curcuma);
• Penggunaan tanaman obat tradisional sebagai kosmetik juga sudah dikenal
luas di wilayah Indonesia; Masyarakat Jawa menggunakan bunga-bunga
seperti melati, mawar, cendana, kenanga, kemuning untuk wewangian;
Masyarakat Yogya mengenalkan lulur untuk menghaluskan kulit dengan
menggunakan 9 jenis tumbuhan, sebagai contoh adalah kemuning; tanaman
pacar untuk pemerah kuku; Kombinasi daun mangkokan, pandan, melati dan
minyak kelapa untuk pelemas rambut; Masyarakat Jawa juga mengenalkan
ratus yang diramu dari 19 jenis tanaman untuk dipergunakan sebagai
pewangi pakaian, pewangi ruangan, pelindung pakaian; di samping itu,
masyarakat Indonesia memiliki 62 jenis tanaman untuk bahan pewarna
alami seperti kayu malam dan kayu secang sebagai cat batik dan daun suji
sebagai pewarna makanan;
• Walaupun luas daratan Indonesia hanya 1,32 % dari seluruh luas
daratan yang ada di dunia (Bappenas,1993) namun memiliki sekitar
30.000 jenis tumbuhan dan sekitar 7000 di antaranya diindikasi
memiliki khasiat sebagai obat. Sekitar 90 % tumbuhan obat di
kawasan Asia tumbuh di Indonesia (Sampurno,2004). Dari total 940
jenis tanaman yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat, hanya 120
jenis tanaman yang masuk dalam buku “Materia Medica Indonesia”.
• Kementerian Kesehatan R.I telah menerbitkan 6 buku Materia
Medica Indonesia yaitu Materia Medica Indonesia I (1977) berisi 20
tanaman obat, Materia Medica Indonesia II (1978) berisi 20 tanaman
obat, Materia Medica Indonesia III (1979) berisi 20 tanaman obat,
Materia Medica Indonesia IV (1980) berisi 18 tanaman obat, Materia
Medica Indonesia V (1989) berisi 119 tanaman obat dan Materia
Medica Batu VI (1995) berisi 60 tanaman obat.
• Di samping buku tersebut, pemerintah telah mengeluarkan 5 jilid buku
berjudul Vademekum tanaman obat yang berisi berbagai spesies tanaman
obat yang sering dipergunakan sebagai bahan ramuan jamu dalam rangka
saintifikasi jamu indonesia. Buku ini merupakan pedoman teknis
pemanfaatan tanaman obat yang berisi tentang identitas botani, ekologi dan
penyebaran, teknik budi daya, keamanan, manfaat serta khasiat, efek samping
dan formula,
• Di samping buku pedoman di atas, pemerintah Indonesia telah
menerbitkan Farmakope Herbal Indonesia (Ed.1, 2008) beserta suplemennya
yang merupakan panduan atau pedoman dari pemerintah yang berisikan
standar kualitas bahan farmasi, metode pengujian, cara pembuatan larutan
standar untuk uji, cara perhitungan dan informasi lainnya.
UU No 36 Tahun 2009
• Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 59
menyebutkan bahwa berdasarkan cara pengobatan, pelayanan
kesehatan tradisional terbagi menjadi dua:
a. Pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
keterampilan.
b. Pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.
Yankestrad Keterampilan
• (1) Battra Pijat Urut, (2) Battra Patah Tulang, (3) Battra Sunat, (4)
Battra Pijat Refleksi, (5) Akupresuris, (6) Akupunturis, (7) Chiropraktor,
(8) Osteopath, (9) Battra Bekam, (10) Battra Apiterapi, (11) Penata
Kecantikan Kulit/Rambut, (12) Battra Shiatsu, (13) Battra Pijat Tuina,
(14) Penghusada Tenaga Dalam, (15) Battra Paranormal (16)
Penghusada Reiki, (17) Penghusada Qikong, (18) Battra Kebatinan,
(19) Battra Ajaran Agama, (20) Yogi, (21) Hipnoterapis, (22) Battra
Mediasi, (23) Battra Touch for Health, dan (24) Battra lainnya yang
sejenis
Yankestrad Ramuan
• (1) Battra Ramuan Indonesia , (3) Sinse, (4) Homeopath, (5)
Aromatherapis, (6) SPA Therapis, dan (7) Battra Aryuveda.
Cara Pengobatan/Perawatan
Menggunakan:
keterampilan (teknik manual, terapi energi
dan terapi olah pikir)
ramuan; atau
kombinasi ramuan dan keterampilan
merupakan satu kesatuan sistem keilmuan
kesehatan tradisional.
24
DEFINISI
• Pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan yang terstruktur
dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi yang
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik yang belum diterima dalam
kedokteran konvensional (Permenkes RI No.1109 Tahun 2007).
LINGKUP KESEHATAN TRADISIONAL
(PP No 103/2014 ttg yankestrad)
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN TRADISIONAL
KOMPLEMENTER
27
YANKESTRAD KOMPLEMENTER
(PP No 103/2014 ttg YANKESTRAD)
28
Tenaga Kesehatan Tradisional
Kualifikasi pendidikannya, terdiri atas:
1. Tenaga Kesehatan Tradisional
profesi lulusan pendidikan tinggi
bidang kesehatan tradisional ( S1)
2. Tenaga Kesehatan Tradisional
vokasi diploma tiga bidang
kesehatan tradisional (D3)
29
Perbedaan cara pandang kedokteran konvensional Vs kedokteran tradisional (1)
30
Perbedaan cara pandang kedokteran konvensional Vs kedokteran tradisional (2)
31
MASSAGE
Siddha
Reiki
Manual stimulation of
points on hands or feet
that are believed to affect
organ function