Anda di halaman 1dari 30

Hukum Acara Pidana

Te Effendi
Materi Perkuliahan HAP
I Pendahuluan
II Asas-asas Hukum Acara Pidana
III Pihak-pihak Hukum Acara Pidana
IV Penyelidikan
V Penyidikan
VI Penuntutan dan Surat Dakwaan
VII Kewenangan Mengadili dan Tata Urutan Persidangan
Materi Perkuliahan HAP
VIII Pembuktian

IX Putusan

X Upaya Hukum

XI Eksekusi dan Hakim Pengawas Pengamat

XII Pembaharuan Hukum Pidana


Time table Pra UTS
Minggu Ke Materi Tanggal
III Sejarah Hukum Acara 1 – 3 Maret 2021
Pidana
VII Penuntutan dan Surat 29 - 31 Maret 2021
Dakwaan
Time table Pra UAS
Minggu Ke Materi Tanggal
X Pembuktian 26 – 29 April 2021
XIV Pembaharuan Hukum Akhir Mei 2021
Acara Pidana
Tujuan Hukum Acara Pidana

Hukum Acara Pidana bertujuan untuk mencari dan menemukan


kebenaran materiil. Kebenaran materiil yaitu kebenaran yang selengkap-
lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan
hukum acara pidana secara jujur dan tepat.
Pre TEST
Untuk mengukur keberhasilan proses
pembelajaran akan dilakukan pretest dalam
mata kuliah ini.

Siapkan kertas.
Soal 1
Apakah Hukum Acara Pidana Indonesia saat
ini merupakan produk hukum asli Indonesia
atau hasil adopsi dari negara lain?
Soal 2
Kenapa Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) disebut sebagai kodifikasi
padahal hanya berisi satu undang-undang
saja?
Soal 3
Ada berapakah tahapan pelimpahan perkara
dari penyidikan ke penuntutan?
Soal 4
Ada berapakah bentuk-bentuk surat
dakwaan?
Apakah
Hukum Acara Pidana?
Hukum Acara Pidana

Sederhananya ada tiga kata, Hukum, Acara dan Pidana. Hukum adalah
Aturan, Acara adalah prosesi atau kegiatan sedangkan Pidana adalah
sanksi, sehingga Hukum Acara Pidana diterjemahkan sederhana sebagai
aturan yang berisi kegiatan atau proses dalam memberikan sanksi.
Van Apeldoorn

Hukum acara pidana adalah peraturan yang mengatur cara bagaimana


pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana materiil

(Lihat van Apeldoorn, 2005: 335)


Van Bemellen

Hukum acara pidana adalah kumpulan ketentuan hukum yang mengatur


negara terhadap adanya dugaan terjadinya pelanggaran pidana untuk
mencari kebenaran melalui alat-alatnya, dengan diperiksa di persidangan
dan diputus oleh hakim serta dijalankannya putusan tersebut.

(Lihat Waluyadi, 1999: 10)


Bambang Poernomo

Hukum acara pidana dapat dilihar dari tiga arti, dalam arti sempit,
kumpulan peraturan tentang proses pelaksanaan hukum acara pidana;
dalam arti luas, kumpulan peraturan pelaksanaan hukum acara pidana
ditambah dengan peraturan lain yang berkaitan dengan itu; dan dalam arti
sangat luas, ditambah dengan peraturan tentang alternatif jenis pidana.

(Lihat Waluyadi, 1999: 11)


Apakah Hukum Acara Pidana Indonesia
adopsi dari negara lain
atau berjiwa Indonesia?
Hukum Acara Pidana Indonesia
dari masa ke masa

Tercatat, Bangsa Indonesia sudah mengenal model yang kemudian


disebut dengan hukum acara pidana jauh sebelum pemerintahan kolonial
Belanda masuk ke Indonesia. Hukum Acara Pidana Indonesia secara
teoritik dipengaruhi oleh hukum kolonial, namun dalam praktik
mencitrakan jati diri bangsa Indonesia.
Pada masa Kolonial

Sejarah HAP di Indonesia dimulai tahun 1747 ketika VOC merencanakan


membuat peraturan organisasi peradilan pribumi yang terealisasi pada
tahun 1846 dengan diundangkan AB, RO, BW, WvK. Pada tahun 1848
diundangkan IR dan tahun 1927 diberlakukan RBG. Pada tahun 1941 IR
diganti dengan HIR.

(Lihat Andi Hamzah, 1996: 52)


Pada era Jepang

Pada era pendudukan Jepang tidak banyak struktur peraturan perundang-


undangan yang diubah kecuali nama yang dipergunakan. HIR dan RBG
tetap berlaku, hanya saja terdapat penghapusan pengadilan untuk
golongan Eropa;

(Lihat Andi Hamzah, 1996: 55)


Pasca Kemerdekaan

Pasca kemerdekaan terjadi Unifikasi Hukum Acara Pidana dengan


diberlakukannya UU Nomor 1 (drt) 1951 dengan ketentuan berlaku HIR
untuk wilayah Jawa dan Madura, sedangkan di luar itu berlaku RBG.
Pasca kemerdekaan, negara baru ini mencari bentuk yang sesuai dengan
cita pendiri bangsa dan tentunya sesuai dengan ciri bangsa Indonesia,
hukum kolonial di nasionalisasi menjadi hukum nasional, tujuannya
sederhana untuk menghindari adanya kekosongan aturan.
Diundangkanya UU Nomor 8/ 1981

UU Nomor 8/ 1981 tentang Hukum Acara Pidana disebut-sebut sebagai


Karya Agung Anak Bangsa, karena UU ini kemudian dikenal sebagai
KUHAP, dan diklaim sebagai kodifikasi nasional pertama dan satu-satunya
di Indonesia. Mengapa UU Nomor 8/ 1981 disebut sebagai kitab, padahal
hanya terdiri dari satu undang-undang?
KUHAP
UU Nomor 8/ 1981 tentang Hukum Acara Pidana di dalam penjelasan
umumnya disebut sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) bukan dari segi bentuknya, akan tetapi dari cirinya yang
kodifikatif dan unifikatif. KUHAP terdiri dari 286 Pasal dalam 22 Bab.
Tujuan Hukum Acara Pidana

Hukum Acara Pidana bertujuan untuk mencari dan menemukan


kebenaran materiil. Kebenaran materiil yaitu kebenaran yang selengkap-
lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan
hukum acara pidana secara jujur dan tepat.
Daftar Bacaan
1. Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, 1996
2. Bambang Poernomo, Pokok-pokok Tata Acara Peradilan
Pidana Indonesia dalam Undang-Undang RI No. 8 Tahun
1981, 1993
3. E. Utrecht, disadur dan direvisi Moh. Saleh Djindang,
Pengantar dalam Hukum Indonesia, 1989
4. LJ. Van Apeldoorn, diterjemahkan oleh Oetarid Sadino,
Pengantar Ilmu Hukum, 2008
Daftar Bacaan (lanjutan)

5. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan


Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008
6. Pontang Moerad, Pembentukan Hukum Melalui Putusan
Pengadilan dalam Perkara Pidana, 2005
7. R. Achmad S. Soema Di Pradja, Pokok-Pokok Hukum Acara
Pidana Indonesia, 1981
8. Tolib Effendi, Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana, 2014
9. Tolib Effendi, Praktik Peradilan Pidana, 2015
10. Waluyadi, Pengetahuan Dasar Acara Pidana (Sebuah
Catatan Khusus), 1999

Anda mungkin juga menyukai