Disusun Oleh: Kelompok 2 POKOK BAHASAN 1 Ekowista pada Kawasan Konservasi
Merencanakan, mangembangkan, dan mengelola
2 ekowisata; merumuskan program, standar operasional prosedur, Code of Conduct (Kode etik), Risk assessment (Resiko penilaian), dan Contingency plan (Rencana contingensi) 3 Pemasaran Produk Ekowisata
4 Ekowisata dan Rencana Tata Ruang Daerah
5 Studi kasus ekowisata (case study), Evaluasi produk ekowisata
Tujuan : untuk mengetahui perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan ekowisata. Masalah : kenapa perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan ekowisata itu penting EKOWISATA PADA KAWASAN KONSERVASI Sejak 1970an, organisasi konservasi mulai melihat ekowisata sebagai alternatif ekonomi yang berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun tidak “ekstraktif” dengan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Nilai Penting Ekowisata dalam Konservasi
a. Memberikan nilai ekonomi yang dapat digunakan untuk
program konservasi di daerah yang dilindungi. b. Memberikan nilai ekonomi bagi daerah yang mempunyai tujuan kegiatan konservasi pada daerah yang dilindungi. c. Dapat mengembakan konstituen yang mendukung konservasi baik tingkat lokal, nasional dan internasional. d. Menimbulkan penambahan pendapatan secara langsung dan tidak langsung kepada masyarakat disekitar lokasi ekowisata. e. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, danf. mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati Sarana dan penyediaan jasa pendukung dalam mengembangkan ekowisata yang bernilai konservasi dan ekonomi tinggi
Ekowisata dapat menciptakan nilai ekonomis bagi kawasan-Kawasan
konservasi. Agar bisnis ekowisata dapat menguntungkan sebagai mana yang diharapkan, beberapa kondisi harus diciptakan, yaitu antara lain: • Meningkatkan dan menambah sarana prasarana pendukung serta mendorong terbuka dan terhubungnya akses ke/dari dan antar daerah tujuan ekowisata tanpa merusak aset utama ekowisata yaitu alam yang asli melalui peningkatan dan optimalisasi jalur transportasi udara. • Mendorong kebijakan pemerintah Indonesia di bidang keimigrasian di daerah tujuan ekowisata yang terletak di perbatasan, sebagai conroh di daerah Heart of Borneo Pemasaran Produk Ekowisata 1. Mengikuti kegiatan promosi dan pemasaran berskala internasional 2. Melakukan survei pasar secara berkala untuk mengetahui dinamika pasar 3. Mengidentifikasi target pasar untuk produk ekowisata yang dikembangkan 4. Menyelenggarakan promosi secara khusus (fam trip, media trip, dll.) 5. Membuka dan menjalin hubungan terbuka dengan pihak swasta dan mendorong adanya kesepakatan antara organisasi masyarakat dengan tour operator . Ekowisata dan Rencana Tata Ruang Daerah • Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. • Pengembangan kegiatan ekowisata harus memperhatikan aspek penataan ruang yang terkandung dalam pengembangan wilayah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penyesuaian rencana pengembangan kegiatan ekowisata dengan rencana tata ruang wilayah suatu daerah. • Dalam rencana pengembangan wilayah, aspek yang dikembangkan tidak hanya aspek fisik saja tetapi juga aspek sumber daya manusia dan sosial budaya setempat. Ekowisata dan Rencana Tata Ruang Daerah Penataan ruang dilakukan dengan pendekatan yang terpadu dan terkoordinasi, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (pendekatan pengembangan ekosistem) untuk mendukung kegiatan ekowisata. Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan sektor lainnya untuk memberikan nilai efisiensi yang tinggi dan percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah. Pengembangan pariwisata dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional, wilayah dan lokal Pengembangan pariwisata melibatkan seluruh stakeholder dan sektor lainnya, perlibatan peran masyarakat dari sektor hulu (memberikan kegiatan produksi yang ekstraktif) sampai dengan kegiatan hilir (kegiatan produksi jasa). Ekowisata dan Rencana Tata Ruang Daerah Pemanfaatan rencana pengembangan wilayah dalam mendukung pengembagan parwisata, khususnya dalam arahan alokasi pemanfaatan ruang. Kawasan lindung dapat dioptimalkan juga sebagai kawasan yang memberikan dukungan bagi kegiatan pengembangan pariwisata (forest tourism) dan kawasan budi daya memberikan alokasi-alokasi ruang untuk pengembangan pariwisata. Pengembangan dukungan sarana-prasarana transportasi secara terpadu intermoda dan terkait dengan struktur pengembangan wilayah. Adanya Rencana Induk Pengembangan Pariwisata suatu daerah. Tata Ruang zoning dan clustering dalam kawasan ekowisata Zoning merupakan salah satu manajemen spasial dalam pengelolaan ekowisata. Inskeep (1988) dalam Page dan Dowling (2002) mengatakan bahwa konsentrasi atraksi wisata dan fasilitas-fasilitasnya pada suatu area berakibat pada efisiensi penyediaan infrastruktur, memberikan kemudahan akses terhadap fasilitas dan aktivitas berwisata bagi wisatawan, mendorong perencanaan yang terintegrasi dan mengurangi penyebaran dampak negatif ke area yang lain. Pendapat ahli yang lain juga mengatakan bahwa penerapan zoning dan clustering berdampak positif terhadap: berkurangnya dampak terhadap penyedia jasa dan lingkungan sekitar akibat kemudahan akses bagi ekowisatawan; efisiensi penyediaan infrastruktur seperti jaringan air bersih dan pengolahan sampah; kontrol dan peningkatan kualitas lingkungan, dll. Setiap zona dalam suatu kawasan ekowisata mempunyai fungsi yang berbeda, sesuai dengan tata guna lahannya. Strategi lain yang dapat digunakan adalah pengaturan tata guna lahan sebagai kelanjutan dari zoning. Pengaturan guna lahan sangat penting dilakukan untuk keberlanjutan kegiatan ekowisata, tidak hanya bagi pengembangan ekowisatanya sendiri melainkan juga sebagai alat kontrol pembangunan lain yang berpengaruh terhadap keberlanjutan ekowisata. Ekowisata dan Rencana Tata Ruang Daerah Pendapat ahli yang lain juga mengatakan bahwa penerapan zoning dan clustering berdampak positif terhadap: berkurangnya dampak terhadap penyedia jasa dan lingkungan sekitar akibat kemudahan akses bagi ekowisatawan; efisiensi penyediaan infrastruktur seperti jaringan air bersih dan pengolahan sampah; kontrol dan peningkatan kualitas lingkungan, dll. Setiap zona dalam suatu kawasan ekowisata mempunyai fungsi yang berbeda, sesuai dengan tata guna lahannya. Strategi lain yang dapat digunakan adalah pengaturan tata guna lahan sebagai kelanjutan dari zoning. Pengaturan guna lahan sangat penting dilakukan untuk keberlanjutan kegiatan ekowisata, tidak hanya bagi pengembangan ekowisatanya sendiri melainkan juga sebagai alat kontrol pembangunan lain yang berpengaruh terhadap keberlanjutan ekowisata. Studi Kasus Ekowisata (case study), Evaluasi produk ekowisata • Pengurus ekowisata Kampung Batusuhunan melakukan tahap evaluasi dengan mengundang seluruh masyarakat untuk melakukan musyawarah bersama. Hal ini dilakukan untuk memonitoring kegiatan ekowisata dan sebagai pertanggungjawaban pengurus agar ekowisata yang dijalankan dapat terus berkembang dengan baik. Hasil dari keuntungan ekowisata digunakan untuk biaya perawatan fasilitas ekowisata dan disumbangkan untuk masyarakat Kampung Batusuhunan. • Mengevaluasi kesesuaian hasil produk dengan rancangan perlu dilakukan. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai langkah kroscek antara rencana yang dibuat dengan hasil yang didapatkan. Cara evaluasi ini dapat dilakukan secara manual, untuk mempermudah maka kita hanya melakukan sampling saja terhadap produk yang sudah selesai dibuat.