TENTANG MANUSIA YANG BAIK • Agama : Manusia yang baik adalah yang paling taqwa. Manusia yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling baik ahlaknya diantara mereka (HR Thabrani)
• Logika : Yang baik menurut logika adalah yang cara
berfikir, ucapan dan perbuatanya masuk akal (rasional), dan dapat dijangkau oleh nalar manusia.
• Estetika : Yang baik menurut estetika adalah yang
memenuhi keindahan dari segi bentuk, warna, bunyi dll yang bisa ditangkap oleh pancaindera. • Etika : Yang perbuatannya sesuai dengan norma/ prinsip-prinsip moral yang seharusnya dilaksanakan.
• Etiket (Sopan-santun): Yang cara
perbuatannya sesuai dengan kebiasaan yang diterima oleh masyarakat dilingkungannya.
• Hukum: Yang perbuatannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. BEBERAPA PAHAM ETIKA • Egoisme – Sikap yang berpusat oada diri sendiri, mementingkan diri sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain bahkan cenderung meniadakan.
– Sikap egoisme dapat pribadi, dapat pula kelompok;
keluarga, suku, ras, golongan atau agama.
– Egoisme bisa dipandang sehat untuk memenuhi
kebutuhan ego dan berguna untuk perkembangan pribadi yang wajar tetapi tetap memelihara hubungan dengan orang lain secara seimbang. Kritik: – Egoisme memandang manusia sebagai mahluk yang berdiri sendiri, keberadaan orang lain hanya berdampingan, sehingga membawa dampak negatif bagi dirinya maupun orang lain.
– Bagi dirinya berpandangan sempit, rakus dan
serakah, orang lain dijadikan alat pemenuhan keinginan pribadi, tidak menghargai orang lain sebagai pribadi sehingga akan mengganggu kerukunan dan persatuan. • Utilitarisme – Suatu paham etis yang beranggapan bahwa yang baik adalah yang berguna, bermanfaat, menguntungkan.
– Tujuan perbuatan sekurang-kurangnya
menghindari kerugian, mendatangkan keuntungan. Kritik: – Keuntungan untuk siapa?, cenderung subjektif apa yang bermanfaat tiap orang berbeda.
– Amat memperhatikan akibat bukan hakekat dari
perbuatan, mudah mengesampingkan hak azasi manusia dan melanggar keadilan.
– Mendorong semangat seketika, langsung dan
pandangan pendek menghambat pemikiran jauh kedepan, menghidupi “aji mungpung”. • Intuisionisme – Faham yang mengajarkan bahwa dalam hidup ada kebenaran-kebenaran pokok yang dapat dipahami secara langsung tanpa proses logika.
– Prinsip-prinsip fundamental tentang baik- buruk,
benar-salah dapat diketahui dan dimengerti langsung tanpa pemikiran. Kritik: – Tidak semua orang memiliki kemampuan intuitif yang spontan.
– Kemampuan intuitif diperoleh melalui
pembelajaran dari keluarga, lingkungan, sekolah, pendidikan agama dan latihan pribadi. • Hedonisme
– Beranggapan bahwa kenikmatan pribadi
merupakan nilai hidup tertinggi, utama dan terakhir dalam kehidupan manusia. • Kritik: – Bahwa frekuensi, kadar dan bentuk kenikmatan berbeda-beda dari kenikmatan yang inderawi sampai ke religius.
– Semakin tinggi tingkat kenikmatan semakin susah
dicapai dan semakin banyak tuntutan dari individu yang bersangkutan.
– Pada umumnya manusia kecenderungan ingin
mendapatkan kenikmatan yang cepat, mengalahkan keinginan luhur yang etis dan religius. – Mengarah ke sikap “konsumerisme”. • Eudomonisme Suatu faham yang mendewakan kebahagiaan dan menganggap suatu nilai hidup yang tertinggi. Kritik: – Ada perbedaan penafsiran kebahagiaan dan ada perbedaan pola dan cara mendapatkannya. Kebahagiaan macam apa yang dikehendaki akan mempengaruhi penganutnya mencari kebahagiaan.
– Kebahagiaan datang dari kebutuhan hidup yang
terpenuhi menyangkut bidang; material, finansial, sensual, social, moral dan religi.
– Hanya kebahagiaan moral dan religi yang
mendatangkan kebahagiaan yang hakiki • Tradisionalisme – Mementingkan tradisi-tradisi yang diterima dari generasi sebelumnya sebagai pegangan hidup.
– Berupa tradisi cultural dan tradisi keagamaan.
– Tradisionalisme etis budaya berjasa dalam melestarikan
bentuk norma dan prinsip etis masyarakat dan meneruskan kepada generasi berikutnya lewat pendidikan.
– Tradisionalisme keagamaan menjadi bantuan besar dalam
penghayatan etis keagamaan yang menjadi prinsip dan norma dalam kehidupan. Kritik: – Bila penganutnya tidak memahami nilai etis yang terkandung dalam tradisi budaya masyarakat
– Dalam keadaan zaman yang berubah cepat penganut
tradisionalisme budaya dan keagamaan sering gagal mengakomodir nilai etis yang dipegang dengan tuntutan zaman.
– Kecenderungan mengambil sikap konserpatif, menolak
masalah-masalah baru,
– Tidak bersedia menerima cara berfikir dan melihat hidup
secara beru, tidak siap mengambil sikap baru secara segar, inovatif, kreatif sesuai tuntutan hidup. • Altruisme – Sikap hidup yang menaruh perhatian pada kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain.
– Dalam bertindak berusaha memikirkan akibat
baik-buruknya bagi diri sendiri, orang lain, masyarakat bahkan dunia.
– Meskipun jarang yang murni total, altruisme
merupakan sikap yang baik dan perlu ditumbuh kembangkan. • Kritik Apakah ada yang betul-betul murni ?