Anda di halaman 1dari 31

DEPARTEMEN ANESTESI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

RESUSITAS
I CAIRAN
Hadi Setiaji. (10542062315)
Pembimbing : dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp.An
1
PENDAHULUAN 2

Presentase H2O
dipengaruhi oleh
jenis kelamin,
usia, dan derajat
obesitas.
80% 70% 55% 60%

Guyton and Hall textbook of Medical physiology, Ed 11. 2008


Human Physiology Sherwood ed 9. 2016
3
Kompartemen Cairan Tubuh

Cairan Intraseluler (40%)

Cairan Ekstraseluler
(20%)

BB : 70 kg Guyton and Hall textbook of Medical physiology, Ed 11. 2008


Human Physiology Sherwood ed 9. 2016
KOMPONEN ELEKTROLIT 4

Cairan Ekstraseluler mengandung


sejumlah besar Na dan Cl, dalam
jumlah besar ion bikarbonat dan
sejumlah kecil ion K, Ca, Mg, dan Fosfat

Cairan intraseluler berisi sejumlah kecil


Na dan Cl dan hampir tidak terdapat Ca,
tetapi mengandung sejumlah besar K,
fosfat, dan sejumlah kecil Mg.

Butterworth JF, Mackey DC, Management of Patients with Fluid and Electrolyte Disturbances.
Sherwood L. 2016. Fluid and acid base balance. Dalam: Human Physiology.
5
TUJUAN TERAPI CAIRAN
Resusitasi
Rumatan Tujuan resusitasi ini adalah untuk
Cairan mengembalikan perfusi organ dengan
mengganti volume sehingga
mengembalikan perfusi ke jaringan
Kristaloi
Elektrolit
d Terapi rumatan bertujuan untuk
memelihara keseimbangan cairan tubuh
dan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Koloid Nutrisi

Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan


harus mendekati jumlah dan komposisi cairan yang
hilang. Salam SH. 2016. Dasar-dasar terapi cairan dan
elektrolit,
Penuntun praktis klnis, 2012
PENILAIAN KLINIS 6
TERHADAP CAIRAN TUBUH
Gejala klinis yang bisa muncul pada kehilangan
cairan tubuh :
● Mata Cekung
● Turgor kulit menurun
● Bibir Kering
● Ekstremitas dingin
● Sianosis
● Hipotensi, takikardi
● Produksi urin menurun
Dharma A, Ronardy DH. . 2012. Prinsip Terapi Cairan dan Elektrolit. Dalam :
Penuntun Praktis Anestesi
CAIRAN KRISTALOID 7

Larutan yang memiliki molekul organik


yang kecil dan inorganik yang dilarutkan
dalam air.

Kristaloid tidak mengandung partikel onkotik.


Lebih banyak terdistribusi ke ruang intertisial,
hanya 1/3 yang tinggal di plasma.

Sifat Cairan Kristaloid


Isotonik: kadar elektrolit = plasma, konsentrasi sama
Hipertonik : kadar elektrolit ↑ dari plasma, lebih
terkonsentrasi
Hipotonik :kadar elektrolit < plasma, kurang terkonsentrasi

Salam SH. 2016. Dasar-dasar terapi cairan dan elektrolit


8
CAIRAN KRISTALOID
Natrium Klorida 0,9%
Volume berlebihan  Asidosis Hiperkloremik

Ringer Laktat
Kandungan Na dan Cl lebih sedikit disertai adanya
magnesium, kalium, dan kalsium

Dextrose 5%
Sama dengan pemberian air karena glukosa akan dimetabolisme
dan sisa air akan didistibusi ke seluruh kompartemen dan masuk
ke intrasel. Tdk direkomendasi untuk resusitasi pada akut
hipovolemia
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with
Fluid and Electrolyte Disturbances
9
CAIRAN KOLOID
Cairan koloid mengandung zat-zat yang
mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas
osmotik yang menyebabkan cairan ini bertahan
agak lama dalam ruang intravaskuler.

Jenis pembuatannya, koloid terbagi :

Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5%


dan albumin manusia ( 5% dan 25%).

Koloid sintetik : dextran, hydroxylethyl starch, gelatin

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with


Fluid and Electrolyte Disturbances
PERBANDINGAN 10
CAIRAN KRISTALOID
DAN KOLOID
 
  
Sifat
 
Kristaloid
 
Koloid

  Berat molekul Lebih kecil Lebih besar


       

  Distribusi 20-30 menit (3-6 jam)


  
   
 
   

 
   
Faal hemostasis  
Tidak ada pengaruh  
Mengganggu
 
   
Penggunaan  
Dehidrasi  
Perdarahan masif
Sesuai jumlah
  Koreksi perdarahan Diberikan 3x jumlah perdarahan
  
     
perdarahan  

Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reaminasi


Indonesia. 2010. Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif.
11
INDIKASI UNTUK RESUSITASI
CAIRAN
Tekanan Darah Nadi
<90 mmHg > 100 x/menit

Mean Arterial Pressure Pernapasan


<60 mmHg >22 x/menit

Capillary Refill Time


> 2 detik

Kapita Selekta Kedokteran, 2017


Gejala Klinis Berdasarkan derajat 12
dehidrasi
  Ringan Sedang Berat
Defisit cairan 4% 8% 12%
Gejala klinis Rasa haus +, Rasa haus ++, nadi Rasa haus +++,
sirkulasi darah cepat (120-140), nadi (>140),
nadi normal, pernapasan agak pernapasan
cepat, mata
pernapasan biasa, cekung, turgor Kussmaul (cepat
mata agak agak berkurang dan dalam) mata
cekung, turgor cekung sekali,
biasa turgor sangat
menurun
Urin Pekat Jumlah urin Anuri
menurun
Kesadaran Baik Gelisah Apatis/koma

Asdie RH, Witjaksono DP. Rehidrasi. In: Ilmu Penyakit Dalam jilid III, 2015.
13
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Persentase <15% 15% - 30% 30% - 40% >40%
Kehilangan
darah
Kehilangan darah dapat diperkirakan Kehilangan <750 750 – 1500 1500 – >2000
besarnya melalui beberapa kriteria darah (ml) 2000
klinis, yaitu: Tekanan Normal Normal Menurun Menurun
Darah
Frekuensi 14-20 20-30 30-40 >35
Napas
Nadi <100 <100 >120 >140
Berat Badan 70 KG Produksi >30 20-30 10-20 0-10
urin (ml/jam)

Capillary Normal Lambat ( > Lambat ( > Tidak


Refill Time 2 detik) 2 detik) Terdeteksi
Kesadaran Sedikit Gelisah Gelisah, Bingung,
Gelisah Bingung Letargi

Cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid, Kristaloid,


Pengganti koloid / koloid,
Atls, edisi 8, 2008 darah darah
Salam SH. 2016. Dasar-dasar terapi cairan dan elektrolit,
RESUSITASI CAIRAN PADA SYOK 14
HIPOVOLEMIK
Syok Hipovolemik

Pemberian NaCl 0,9% atau RL, sebanyak 1-2 liter pada dewasa dan 20
ml/kgBB pada anak-anak dalam ½ atau 1 jam, dapat diulang.

Pemantauan Awal :Pasang kateter urin untuk menilai perbaikan sirkulasi


dengan memantau produksi urin. Target : 0,5-1 ml/kgBB/jam

Kolecki P, Menckhoff CR, Dire DJ, Talavera F, Kazzi AA, Halamka JD, et al.
Hypovolemic Shock Treatment & Management 2013.
15
PEMANTAUAN HEMODINAMIK
Fluid Challenge Test

Cairan 300-500ml diberikan dalam 20-30 menit. Diberikan secara cepat untuk
menimbulkan respon yang cepat.
Dinilai : peningkatan tekanan arteri sistemik, penurunan laju nadi, dan peningkatan
produksi urin.
Passive Leg Raising

Posisi tredelenburg, posisi 45O dengan posisi


tungkai kaki diatas. Bila pulse pressure bertambah
>10% dari baseline maka cairan berespon.
Tujuan: menilai peningkatan cardiac output dengan
penambahan volume.

Vincent JL, Becker. 2013. circulatory shock. The new england journal of medicine.
RESPON TUBUH TERHADAP RESUSITASI CAIRAN 16

Advanced Trauma Life Support for Doctors Student Course Manual. Eight edition. 2008.
RESUSITASI CAIRAN PADA LUKA BAKAR 17
Formula Parkland
24 jam pertama (luka bakar derajat II dan III)  RL :
2-4 ml/kgBB x % luas luka. Sebagian cairan
diberikan dalam 8 jam pertama setelah terjadinya
trauma, separuh sisanya diberikan dalam waktu 16
jam berikutnya.

Monitoring
• Tanda-tanda vital
• Keadaan umum
• Produksi urin :
Anak: ≤ 30 kg: 1 mL/kg/jam
Dewasa : 0,5-1.0 mL/kg/jam
Suwarsa O. Terapi Cairan dan Elektrolit pada Keadaan Gawat Darurat Penyakit Kulit. 2018
ATLS, edisi 8, 2008
RESUSITASI CAIRAN PADA LUKA BAKAR 18

Kecepatan Pemberian Cairan Berdasarkan monitoring urine output

Suwarsa O. Terapi Cairan dan Elektrolit pada Keadaan Gawat Darurat Penyakit Kulit. 2018
19
TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF

Menurut National Confidential Enquiry into


Patient Outcome and Death menyatakan
bahwa pasien dengan hipovolemik yang • Terapi Cairan Pra bedah
mendapatkan terapi cairan perioperative
dengan jumlah tidak adekuat mengalami • Terapi Cairan selama Operasi
peningkatan angka mortalitas 20,5%
dibandingkan dengan pasien yang • Terapi Cairan Pasca Bedah
mendapatkan terapi cairan dengan jumlah
yang adekuat

Brugnolli, A, RN, MSN, Canzan F, RN, MSN, PhD. 2017. Fluid Therapy
Management in Hospitalized Patients: Results From a Cross-sectional Study.
20
TERAPI CAIRAN PRA BEDAH
Prinsip pemberian cairan prabedah adalah untuk
mengganti cairan dan kalori yang dialami pasien
prabedah akibat puasa.

 Untuk mengganti puasa diberikan cairan


pemeliharaan

 Untuk koreksi defisit puasa atau dehidrasi


diberikan cairan kristaloid

 Perdarahan akut diberikan cairan kristaloid dan


koloid atau transfusi

Voldby AW, Branstrup B. Fluid Therapy in the Perioperative Setting. Journal


of Intensive Care. 2016; 4 : h.27 – 39.
21
TERAPI CAIRAN SELAMA OPERASI
Tujuan dari pemberian cairan selama operasi
adalah sebagai koreksi kehilangan cairan
melalui luka operasi, mengganti perdarahan
dan mengganti cairan yang hilang melalui
Hal yang terpenting juga berdasarkan dari
organ eksresi.
kondisi klinis pasien dan prosedur operasi yang
akan pasien jalani. Jumlah kehilangan darah
dapat dihitung dengan beberapa cara
diantaranya:

NEXT

Voldby AW, Branstrup B. Fluid Therapy in the Perioperative Setting. Journal


of Intensive Care. 2016; 4 : h.27 – 39.
22
TERAPI CAIRAN SELAMA OPERASI
1. Menghitung Estimated Blood Volume = Volume darah rata-rata
dikalikan dengan berat badan pasien.
2. Menghitung volume sel darah merah pada hematokrit preoperatif
(RBCV preop)
3. Menghitung volume sel darah merah pada hematokrit 30%
(RBCV 30%)
4. Hitung jumlah kehilangan volume sel darah merah (RBCV lost);
RBCV lost = RBCV preop – RBCV 30%

5. Hitung Allowable Blood Loss = EBV x (Hct preop – Hct 30%)


NEXT
Hct Preop
Voldby AW, Branstrup B. Fluid Therapy in the Perioperative Setting. Journal
of Intensive Care. 2016; 4 : h.27 – 39.
23
TERAPI CAIRAN SELAMA OPERASI
Rata-rata Volume darah
Usia Volume Darah

Neonatus

Prematur 95 ml/kg

Matur 85 ml/kg

Infan 80 ml/kg

Dewasa

Pria 75 ml/kg

Wanita 65 ml/kg NEXT

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and Electrolyte
Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical.
24
TERAPI CAIRAN SELAMA OPERASI
Jumlah perdarahan selama operasi dihitung berdasarkan:

 Jumlah darah yang tertampung di dalam botol


penampung atau tabung suction
 Tambahan berat kasa yang digunakan ( 1 gram = 1 ml
darah )
 Ditambah dengan faktor koreksi sebesar 25% kali
jumlah yang terukur ditambah terhitung (jumlah
darah yang tercecer dan melekat pada kain penutup
lapangan operasi)

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and Electrolyte
Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical.
25
TERAPI CAIRAN PASCA OPERASI
Dewasa
• Pasien yang diperbolehkan makan/minum pasca
bedah, diberikan cairan pemeliharaan • Bayi dan anak, memiliki prinsip pemberian
• Apabila pasien puasa dan diperkirakan < 3 hari cairan yang sama, hanya komposisinya
diberikan cairan nutrisi dasar yang mengandung air, berbeda, misalnya dari kandungan
eletrolit, karbohidrat, dan asam amino esensial. elektrolitnya, jumlah karbohidrat dan lain –
Sedangkan apabila diperkirakan puasa > 3 hari bisa lain.
diberikan cairan nutrisi yang sama dan pada hari ke • Pada keadaan tertentu misalnya pada
lima ditambahkan dengan emulsi lemak penderita syok atau anemia,
• Pada keadaan tertentu, misalnya pada status nutrisi pra penatalaksanaanya disesuaikan dengan
bedah yang buruk segera diberikan nutrisi parenteral etiologinya.
total.

Hahn RG. Crystalloid Fluids. Dalam Clinical Fluid Therapy in the Perioperative Setting. Cambridge:
Cambridge University Press. 2012; 1 : h. 1– 10.
26
TERAPI GANGGUAN ELEKTROLIT
Hiponatremia
Kadar natrium plasma di bawah 130mEq/L.

Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh


euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik),
hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare,
muntah, third space losses, diuretika),
hipervolemia (sirosis, nefrosis).

NaCl = 0,6( N-n) x BB


N = Kadar Na yang diinginkan
n = Kadar Na sekarang
BB = berat badan dalam kg Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of
Body Fluids. Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2012
27
TERAPI GANGGUAN ELEKTROLIT
Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan
timbul gejala berupa perubahan mental, letargi,
kejang, koma, lemah.
Hipernatremi dapat disebabkan oleh
kehilangan cairan (yang disebabkan oleh
diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus,
keringat berlebihan), asupan air kurang,
asupan natrium berlebihan.

Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan


dengan dekstrose 5% dalam air

Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management


From Physiology to Therapy. Verlag Italia: Springer
28
TERAPI GANGGUAN ELEKTROLIT
Hipokalemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi secara
mEq/L. Dapat terjadi akibat dari oral dengan memberikan masukan makanan
redistribusi akut kalium dari cairan yang kaya akan kalium. Sedangkan terapi untuk
ekstraselular ke intraselular atau dari gawat darurat dapat di koreksi secara
pengurangan kronis kadar total kalium parenteral tetes kontinyu, tidak boleh
tubuh. memberikan preparat K langsung intravenous
karena bisa mengakibatkan henti jantung
Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa
Periodik Paralisis, gangguan irama jantung.
Defisit K = K (normal) – K (hasil pemeriksaan) x 0,4 x BB

Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and


Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015
29
TERAPI GANGGUAN ELEKTROLIT
Hiperkalemia  
Kadar K plasma
 
Gambaran EKG
5,5-6 mEq/L Gelombang T tinggi
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5    

P-R memanjang dan QRS


mEq/L. Hiperkalemia sering terjadi karena 6-7 mEq/L melebar
insufisiensi renal atau obat yang    

P mengecil & takikardi


membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-
7-8 mEq/L ventrikel
inhibitor)    

>8 mEq/L Fibrilasi Ventrikel


   

Bila kadar K plasma <6,5mEq/L diberikan:


Tanda dan gejalanya terutama melibatkan
Diuretik, Natrium bikarbonat, Ca glukonas,
glukonas-insulin, sodium polystyrene. Bila susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan
dalam 6 jam belum tampak perbaikan, otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
dilakukan hemodialisis. Bila fungsi ginjal jelek, perubahan EKG).
pertimbangkan hemodialisis lebih dini. Pada
kadar K plasma >6,5 mEq/L, segera lakukan Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and
dialysis. Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015
30
TERAPI GANGGUAN ELEKTROLIT
Hipokalsemia

90% kalsium terikat dalam albumin,


sehingga kondisi hipokalsemia biasanya
terjadi pada pasien dengan
hipoalbuminemia. Hipokalsemia
disebabkan karena hipoparatiroidism,
kongenital, idiopatik, defisiensi vit D,
defisiensi 125(OH)2D3 pada gagal ginjal
kronik, dan hiperfosfatemia. Dapat diberikan 20-30 ml preparat kalsium
glukonas 10% atau CaCl 10% dapat diulang
30-60 menit kemudian sampai tercapai kadar
Gejala-gejala hipokalsemia meliputi spasme kalsium plasma yang optimal. Pada kasus
karpopedal, adanya tanda Chovsteks, kulit kronik, dapat dilanjutkan dengan terapi per oral
kering, gelisah, gangguan irama jantung.
Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and
Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015
31
THANK
You!
Any Questions?
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai