Anda di halaman 1dari 27

KULIAH KE-6

HUKUM KEWARISAN ISLAM


DI INDONESIA
TIGA SISTEM HUKUM KEWARISAN DI
INDONESIA
HUKUM KEWARISAN YANG
LEMBAGA PERADILAN YANG
BERLAKU DI INDONESIA BERWENANG
• HUKUM KEWARISAN ISLAM • PENGADILAN DI
LINGKUNGAN PERADILAN
AGAMA
• HUKUM KEWARISAN ADAT • PENGADILAN DI
LINGKUNGAN PERADILAN
UMUM
• PENGADILAN DI
• HUKUM KEWARISAN BARAT LINGKUNGAN PERADILAN
UMUM
TIGA SISTEM HUKUM KEWARISAN ISLAM DI
INDONESIA
• HUKUM KEWARISAN ISLAM AJARAN
PATRILINEAL SYAFI’I
• HUKUM KEWARISAN ISLAM AJARAN
BILATERAL HAZAIRIN
• BUKU 2: KOMPILASI HUKUM ISLAM
RUANG LINGKUP HUKUM
KEWARISAN ISLAM
• Ruang Lingkup Hukum Kewarisan Islam:
(i) a. Sejarah Hukum Kewarisan Islam; b. Pengertian Hukum Kewarisan
islam; c. Sumber Hukum Kewarisan islam; d. Penggolongan dan
Kelompok Keutamaan Ahli Waris.
(ii) Garis Hukum Kewarisan/Ketentuan Besar Bagian Ahli Waris: anak;
ayah; ibu; suami; isteri; saudara radd, ‘awl, kalalah, menurut
Hazairin, Syafi’i, KHI, MA.
(iii) Cucu/ahi waris pengganti/mawali menurut Hazairin, Syafi’i, KHI, MA.
(iv) Bagian Warisan bagi Kakek, Nenek menurut Hazairin, Syafi’i, KHI dan
MA.
(v) Wasiat, Wasiat Wajibah, hibah, dan Penyelesaian Pembagian Kasus
Kewarisan.
PENGERTIAN
HUKUM KEWARISAN ISLAM
KHI Pasal 171 huruf a:
Hukum Kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan
(tirkah) Pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak
menjadi Ahli Waris dan berapa bagiannya masing-masing.
KHI Pasal 171 huruf b:
Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau
yang dinyatakan meninggal berdasarkan Putusan
Pengadilan, beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan
harta peninggalan.
PENGERTIAN
HUKUM KEWARISAN ISLAM
KHI Pasal 171 huruf c:
Ahli waris adalah orang yang pada saat (Pewaris) meninggal dunia
mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan Pewaris,
beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli
waris.
KHI Pasal 171 huruf d:
Harta Peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh Pewaris berupa
harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya.
KHI Pasal 171 huruf e:
Harta Warisan adalah Harta Bawaan (dan Harta Masing-masing dalam
Perkawinan) ditambah bagian dari Harta Bersama setelah digunakan untuk
keperluan Pewaris selama sakit sampai ia meninggal, biaya pengurusan
jenazah (tajhiz), pembayaran UTANG, dan pemberian untuk KERABAT.
SEJARAH HUKUM KEWARISAN ISLAM,
SEBAB-SEBAB MEWARIS / DASAR HUKUM
MEWARIS
1. SEBELUM ISLAM:
a. Hubungan Darah: orang yang berhak menjadi
ahli waris hanya lelaki dewasa yang pandai
menunggang kuda, memerangi musuh, dan
merebut harta rampasan perang. Anak lelaki
belum dewasa dan perempuan tidak berhak
menjadi ahli waris.
b. Hubungan berdasarkan Pengangkatan Anak;
c. Hubungan berdasarkan Sumpah dan Janji.
SEJARAH HUKUM KEWARISAN ISLAM, SEBAB-
SEBAB MEWARIS / DASAR HUKUM MEWARIS

2. SETELAH ISLAM DATANG: Awal Perkembangan Islam:


a. Hubungan Darah;
b. Hubungan berdasarkan Pengangkatan Anak  dihapus oleh Q.33
(Al-Ahzab): 4,5;
c. Hubungan berdasarkan Perjanjian untuk Saling Mewaris (Q.4:33c);
d. Hijrah: orang yang bersama-sama HIJRAh (dari Mekkah ke Medinah)
dapat saling mewaris sekalipun tidak mempunyai hubunan darah. 
telah dihapus oleh Q.33:6 dan Q.8 (Al-Anfal): 75: Orang yang
bertalian darah itu setengahnya lebih dekat kepada setengahnya”.
e. Hubungan Persaudaraan: Rasulullah SAW mempersaudarakan
orang-orang tertentu karena keperluan yang ada pada saat itu. 
telah dihapus oleh Q.33:6 dan Q.8 (Al-Anfal): 75.
SEJARAH HUKUM KEWARISAN ISLAM, SEBAB-
SEBAB MEWARIS / DASAR HUKUM MEWARIS

3. SETELAH TURUN AYAT-AYAT KEWARISAN dan


HADIS RASULULLAH SAW:
a. Hubungan Darah;
b. Hubungan Semenda;
c. Hubungan Memerdekakan Budak;
d. Hubungan Wasiat Tolan Seperjanjian termasuk
Anak Angkat.
4. MENURUT PASAL 174 KHI:
a. Hubungan Darah;
b. Hubungan Semenda/Perkawinan.
SEJARAH HUKUM KEWARISAN ISLAM, SEBAB-
SEBAB MEWARIS / DASAR HUKUM MEWARIS

SEBAB-SEBAB MEWARIS yang DIHAPUS:


a. Hubungan Memerdekakan Budak, Di Indonesia dihapus oleh
Peraturan Perundang-undangan, karena “Perbudakan”
melanggar HAM Pasal 28I ayat (1) UUD 1945;
b. Hubungan Wasiat Tolan Seperjanjian termasuk Anak Angkat:
Pemberian Wasiat kepada seseorang: (i) HAZAIRIN: AWP
menurut Q.4:33c; (ii) SYAFI’I: Q.4:33 telah dihapus oleh Q.8:75
(“... Orang yang mempunyai pertalian kerabat itu sebagiannya
lebih baik daripada sebagian yang lain di dalam Kitab Allah.
Sungguh Allah itu MahaMengetahui segala sesuatu”) (Fatchur
Rahman: Ilmu Waris, 22); (iii) KHI: Anak Angkat: Pasal 209.
SUMBER HUKUM KEWARISAN ISLAM
• Q. 4 : 59:
1. Al-Quran.
2. As-Sunnah dan atsar-atsar Sahabat Nabi SAW: (i) Aws bin Shamit; (ii) Saad
bin Rabi’; (iii) Jabir Bin Abdullah: turunnya Q.4:176; (iv) Umar Bin Khththab:
arti kalalah, tsulutsul-baqi/garrawain; (v) Zaid Bin Tsabit: Cucu; (vi) Abu
Bakar: Kakek; (vii) Ali Bin Abi Thalib: pembayaran utang didahulukan drpd
wasiat; awl (minbariyah); (viii) Sa’ad Bin Abi Waqas; jumlah maksimal
wasiat; (ix) Ibnu ‘Abbas; (x) Ibnu Mas’ud: Takmilah dan asabah maalgairi;
(xi) Abu Hurairah: Pembunuh tidak mewaris; Bayi dalhirkan menangis
berhak mewaris; pertanggung-jawaban utang pewaris sebatas harat
peninggalannya; (xii) Addahak Bin Sufyan: Dyah Pembunuhan sebagai HW.
3. Ijtihad, antara lain:Cucu melalui anak perempuan: di Mesir: WASIAT
WAJBAH; di Indonesia sebagai Ahli Waris Pengganti.
SUMBER HUKUM
KOMPILASI HUKUM ISLAM
• AL-QUR’AN, AS-SUNNAH, IJTIHAD: IJMA’, QIYAS
1. Pasal 2: Perkawinan menurut Islam adalah pernikahan, yaitu
akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk menaati
peintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
2. Pasal 171 huruf b: Pewaris adalah orang yang pada saat
meninggalnya atau dinyatakan meninggal berdasarkan putusan
Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris, dan harta
peninggalan.
3. Pasal 171 huruf c: Ahli waris adalah orang yang pada saat
(pewaris) meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau
hubungan perkawinan dengan Pewaris, beragama Islam, dan
tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
GOLONGAN AHLI WARIS
HAZAIRIN SYAFI’I dan/atau khi
1. Zul-fara’id / zawil-furud; • SYAFI’I:
2. Zul-Qarabat; 1. Zawil-furud
3. Mawali. 2. ‘Ashabah: (a) Ashabah
Binafsihi; (b) Ashabah Bil-
Gairi; (c) Ashabah Maal-Gairi;
3. Zawil-Arham .
• KHI:
1. Zawil-furud;
2. ‘Ashabah;
3. Ahli Waris Pengganti
GOLONGAN AHLI WARIS
MENURUT HAZAIRIN
• Zawil-furud: ahli waris yang mendapat bagian warisan
tertentu dalam keadaan tertentu:
1. anak perempuan yang tidak didampingi anak lelaki;
2. ibu;
3. ayah dalam hal pewaris mempunyai anak;
4. duda;
5. Janda;
6. saudara lelaki dan saudara perempuan bersyarikah ketika
Pewaris kalalh jika ayah masih hidup;
7. saudara perempuan dalam hal kalalah.
GOLONGAN AHLI WARIS
MENURUT HAZAIRIN
• Zul-Qarabat: ahli waris yang mendapat bagian warisan yang tidak
tertentu jumlahnya atau disebut juga memperoleh bagian terbuka atau
memperoleh bagian sisa:
1. Anak lelaki;
2. Anak Perempuan didampingi anak lelaki;
3. Ayah;
4. Saudara lelaki dalam hal kalalak;
5. Saudara Perempuan didampingi saudara lelaki
• Zul-Qarabat dalam hubungan dgn Pewaris: orang yang mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan pewaris baik melalui garis lelaki dan garis
perempuan secara serentak, tidak terpisah (bilateral), yaitu bentuk
hubungan garis keturunan lain jika dibandingkan dengan garis hubungan
secara unilateral, baik patrilineal maupun matrilineal.
GOLONGAN AHLI WARIS
MENURUT HAZAIRIN
• Mawali ialah Ahli Waris Pengganti: ahli waris
yang menggantikan seseorang untuk
memperoleh bagian warisan yang akan
diperoleh oleh orang yang digantikan, yang
meninggal terlebuh dahulu dari Pewaris.
GOLONGAN AHLI WARIS
MENURUT SYAFI’I
1. Zawil-Furud.
2. Ashabah: golongan ahli waris yang mendapat bagian
terbuka.
• Syarat sebagai ‘ashabah adalah harus satu ‘usbah dengan
Pewaris, yaitu kelompok keluarga yang mempunyai garis
keturunan lelaki atau garis keturunan patrilineal.
• Ashabah ada 3 macam:
a. Ashabah Binafsihi: orang yang menjadi asabah karena
dirinya sendiri: (i) anak lelaki, (ii) ayah, (iii) saudara
lelaki.
GOLONGAN AHLI WARIS
MENURUT SYAFI’I
b. Ashabah bil-Gairi: seorang perempuan yang
menjadi asabah (mendapat bagian terbuka) karena
ditarik oleh seorang lelaki.
Jadi, pada asalnya ia (orang perempuan) itu bukan
asabah, tetapi ia sebagai zul-fara’id/zawil-furud,
kemudian ia ditarik oleh lelaki yang berkedudukan
sebagai saudara dari perempuan tersebut yang satu
‘usbah dengannya: (i) anak perempuan yang
didampingi anak lelaki; (ii) saudara perempuan yang
didampingi saudara lelaki.
GOLONGAN AHLI WARIS
MENURUT SYAFI’I
3. Zawil-Arham (zul-arham): secara terminologi
berarti mempunyai hubungan darah dengan
Pewaris. Dalam pengertian Hukum Kewarisan
Islam, zul-arham ialah orang yang mempunyai
hubungan darah melalui perempuan saja.
Zul-Arham dapat ampil sebagai ahli waris jika Pewaris
tidak meninggalkan ahli waris zul-fara’id (karena
hubungan darah) dan asabah, terkecuali dengan ahli
waris zul-fara’id karena hubungan semenda (janda,
duda).
GOLONGAN AHLI WARIS
MENURUT KHI
1. Zawil-furud;
2. Ashabah. KHI tidak menentukan secara tegas bagian warisan bagi
‘ashabah maal-gairi (lihat garis-garis hukum warisan bagi saudara,
tafsiran Neng Djubaedah atas Pasal 182 KHI, dalam buku yang
ditulis Neng Djubaeah dan Yati N. Soelistijono, Hukum Kewarisan
Islam di Indonesia, Badan Penerbit FHUI, 2008, hlm. 116-177);
3. Ahli Waris Pengganti:
• Ahli waris yang menggantikan kedudukan ahli waris yang meninggal
terlebih dahulu dari Pewaris.
• Besar bagian Ahli Waris Pengganti tidak boleh melebihi bagian warisan
yang diterima oleh Ahli Waris yang sederajat dengan yang digantikan
• Dasar Hukum Pasal 185 KHI.
KELOMPOK KEUTAMAAN AHLI WARIS
MENURUT HAZAIRIN
1. Keutamaan Pertama:
a. Anak-anak, lelaki dan perempuan sebagai zawil-furud atau zul-
qarabat, beserta mawalinya (Q.4:11a, b, c, jo. Q.4:33);
b. ibu, ayah sebagai zawil-furud (Q.4:11d);
c. Janda/dua sebagai zawil-furud (Q.4:12)

2. Keutamaan Kedua:
a. Saudara lelaki dan Perempuan sebagai zawil-furud atau zul-qarabat,
beserta mawalinya (Q.4:12, 176 jo. 33);
b. Ibu sebagai zawil-furud (Q.4:11f jo. 12, 176;
c. Ayah sebagai zul-qarabat dalam hal kalalah (Q.4:12g, 12h);
d. Janda /Duda sebagai zawil-furud ((Q.4:12).
KELOMPOK KEUTAMAAN AHLI WARIS
MENURUT HAZAIRIN
3. Keutamaan Ketiga:
a. Ibu sebagai zawil-furud (Q.4:11e);
b. Ayah sebagai zawil-furud (Q.4:11e);
c. Janda /Duda sebagai zawil-furud ((Q.4:12).
4. Keutamaan Keempat:
a. Janda /Duda sebagai zawil-furud ((Q.4:12);
b. Mawali untuk Ibu (Q.4:11e);
c. Mawali untuk Ayah (Q.4:11e).
KELOMPOK AHLI WARIS
MENURUT KHI
KHI Pasl 174:
(1) kelompok-kelopmpok ahli waris terdiri dari:
a. Menurut Hubungan Darah:
- Golongan lelaki terdiri dari: ayah, anak lelaki, saudara lelaki,
paman, dan kakek;
- Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan,
saudara perempuan, dan nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda atau janda.
(2) Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat
warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda atau duda.
KELOMPOK AHLI WARIS MENURUT
MAHKAMAH AGUNG
Mahkamah Agung:
a. Kelompok derajat pertama: suami/isteri, anak dan/atau
keturunannya, ayah dan ibu;
b. Kelompok derajat kedua: suami/isteri, anak dan/atau
keturunannya, kakek dan nenek baik dari pihak ayah dan
pihak ibu;
c. Kelompok derajat ketiga: suami/isteri, saudara (sekandung,
seayah, seibu) dan/atau keturunannya, kakek dan nenek
baik dari pihak ayah dan pihak ibu;
d. Kelompok derajat keempat: suami/isteri, paman/bibi
dan/atau keturunannya.
TUGAS MAHASISWA
• REGULER:
Aminah dan Budi (mu’allaf, masuk Islam ketika akan menikah
dengan Aminah pada 1 Februari 1990) menikah pada 1 Maret
1990. Mereka dikarunia seorang anak lelaki bernama Ihsan, dan
seorang anak perempuan bernama Irma, kedua anak beragama
Islam. Ketika usia perkawinan berjalan 10 tahun, pada Maret 2000
Budi berpindah agama lagi ke agama asal (bukan Islam). Aminah
berusaha agar Budi kembali beragama Islam, tetapi Budi
menolaknya sehingga Aminah meninggal pada Juni 2000.
Pertanyaan: (i) Jelaskan halangan mewaris menurut Hukum Islam.
(ii) Siapa yang berhak menjadi ahli waris Aminah (Pewaris) dan
sebutkan dasar hukumnya.
TUGAS MAHASISWA
• PARALEL:
1. Buatlah garis-garis hukum kewarisan Islam yang
terkandung dalam surah an-Nisa ayat 11
(Q.4:11) dan sebutkan Pasal-Pasal dalam KHI
yang memuat garis-garis hukum atau ketentuan-
ketentuan hukum kewarisan tersebut.
2. Apa arti awl dan radd; KHI memuat dalam Pasal
berapa. Bagaimana rumusan Pasal tentang awl
dan Pasal radd menurut KHI.
Wallahu ‘alam bishawab
• Wassalamu ‘alaikum
• Warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai