Anda di halaman 1dari 45

UNIVERSITAS KHAIRUN Program Studi

FAKULTAS KEDOKTERAN Profesi Dokter


Maju Bersama dengan Ilmu

LAPORAN KASUS PANJANG (LONG CASE)


KEJANG DEMAM SEDERHANA

CHANDRA PARDEDE
09401711002
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KHAIRUN
RSUD DR. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE
5 NOVEMBER 2021
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

I PENDAHULUAN

01
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

PENDAHULUAN

Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering


dijumpai di bidang neurologi khususnya anak.

Frekuensi dan lamanya kejang sangat penting untuk diagnosa


serta tata laksana kejang, ditanyakan kapan kejang terjadi,
apakah kejang itu baru pertama kali terjadi atau sudah pernah
sebelumnya, bila sudah pernah berapa kali dan waktu anak
berumur berapa. Sifat kejang perlu ditanyakan, apakah kejang
bersifat klonik, tonik, umum atau fokal.

Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS/ SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. 2013
Pusponegoro HD, Widodo DP IS. 2006.. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: UKK Neurologi PP IDAI
02
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

II LAPORAN KASUS

03
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. A. H
• Umur : 3 tahun 10 bulanahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Tubo
• Masuk RS tanggal : 1 Oktober 2021

04
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Kejang

Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien masuk rumah sakit dengan


keluhan kejang 5 kali di rumah, di IGD 1x. Orang tua
mengatakan saat kejang pasien sadar, mata melekik ke atas,
dan tangan kaku, dengan durasi kurang dari 1 menit tiap
kejang. Setelah kejang pasien langsung menangis. Pasien juga
mengalami Demam sebelum masuk rumah sakit sejak hari
selasa jam 5 pagi terus-menerus, demam turun jika minum obat
penurun panas, menggigil (-), sakit kepala (-), pusing (-), batuk
(-) dan sesak (-), mual-muntah (-), sakit perut (-), nafsu makan
kurang, minum kuat. BAB dan BAK dalam batas normal.

05
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga: disangkal

Riwayat kehamilan dan pemeliharaan Prenatal: selama hamil ibu rutin


melakukan antenatal care, dan tidak ada kelainan selama kehamilan

Riwayat kelahiran : Pasien dilahirkan dari ibu G1P0A0, hamil cukup bulan. Bayi lahir
secara normal pervaginam di Rumah Sakit dan ditolong oleh dokter, lahir langsung
menangis dengan BB lahir 2900 gram.

Riwayat ASI: 1 minggu sejak lahir


Riwayat Imunisasi: imunisasi dasar lengkap sesuai usia

Riwayat Alergi: Disangkal


06
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan umum: pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos


mentis dengan Pediatric Glasgow Scale (GCS) 15

Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah 90/60 mmHg
SpO2 98%
Nadi 116x/menit
Pernapasan 26x/menit
Suhu Badan 38,7˚C

Status Antropometri:
Berat Badan 16 Kg
Tinggi Badan/Panjang Badan 105 cm Lingkar Lengan Atas 16 cm
Lingkar Kepala 48 cm
Lingkar Dada 45 cm
Lingkar Perut 46 cm 07
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum

Status Gizi: Berdasarkan Grafik Berat Badan Menurut Panjang


Badan Anak laki-laki 2-5 tahun (z-score), anak termasuk dalam
status gizi baik (-2 SD sampai dengan +2 SD).

08
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Khusus

Pucat : Tidak pucat


Ikterus : Tidak ada
Kulit : Petechie (-), sianosis (-), turgor kulit baik
Edema : Tidak Ada
Kepala : Normochepale
Muka : Simetris
Rambut : Rambut hitam terdistribusi merata
Ubun-ubun: sudah menutup sempurna Mata : Mata :
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),edema palpebra
(-/-), mata cekung (+)
Hidung : Epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga :Discharge (-/-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir kering (+), bibir pucat (-).
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, Kaku kuduk (-)
Tenggorokan : sulit dinilai (pasien gelisah dan tidak kooperatif)
09
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Khusus

Interpretasi Penilaian Lingkar Kepala: Berdasarkan acuan kurva


lingkar kepala dari Nellhaus, interpretasi penilaian lingkar kepala
pasien berada di atas -2 SD di mana termasuk dalam kategori
normochepale.

10
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Khusus

Thorax : Normochest
Payudara : Normal

Cor:
Inspeksi: Tidak terlihat pulsasi ictus cordis
Palpasi: Pulsasi ictus teraba di ICS IV linea midclavicularis sinistra
Perkusi: Redup
Batas atas: ICS II linea parasternalis sinistra
Batas pinggang: ICS III linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah: ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri bawah: ICS V 2 cm medial linea mid clavicula sinistra
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-)

11
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Khusus

Pulmo :
Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi: Vesikuler(+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi: Tampak supel mengikuti gerak napas
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Perkusi: Timpani (+)
Palpasi:
Massa : Tidak ada
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba

12
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Khusus

Anggota gerak: CRT < 2 detik, akral hangat, deformitas (-)

Refleks fisiologis: Sulit dilakukan (anak tidak kooperatif)

Refleks patologis: Sulit dilakukan (anak tidak kooperatif)

13
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Complete Blood Count

Leukosit 9.290/μL
Eritrosit 5,71 x106/μL
HB 13,3 g/dL
Hematokrit 39,9%
MCV 69,9 fL
MCH 23,3 pg RDWCV 14,1%
MCHC 33,3 g/dL RDWSD 34,7 fL
Trombosit 240.000/μL PCT 0,33%
Limfosit 56,8% atau 5.280/μL MPV 9,8 fL
Monosit 6,8% atau 630/μL PDW 9,6%

GDS: 78 mg/dL
14
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

RESUME MEDIK
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kejang 5 kali di rumah, di IGD 1x.
Orang tua mengatakan saat kejang pasien sadar, mata melekik ke atas, tonik
klonik, dengan durasi kurang dari 1 menit tiap kejang. Setelah kejang pasien
langsung menangis. Pasien juga mengalami Demam sebelumnya pada masuk
rumah sakit sejak hari selasa jam 5 pagi, sudah diberikan obat penurun panas
namun demam intermiten, menggigil (-), chepalgia (-), common cold (-), dispnue
(-), vomitus (-), nyeri abdomen (-), BAB dan BAK dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, GCS
15, Kesadaran Compos Mentis, status gizi baik. Untuk tanda-tanda Vital
didapatkan Tekanan Darah 90/60 mmHg, SpO2 98%, Nadi 116x/m, Pernapasan
26x/m, Suhu Badan 36,50C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
limfosit meningkat sebanyak 5.280 μL dengan persentase 56,8%, leukosit 9.290/
μL, eritrosit 5, 71x106/ μL, HB 13,3g/dL, Hematokrit 39,9%, MCV 69,9 fL, MCH
23,3 pg, MCHC 33,3 g/dL, Trombosit 240.000/ μL, serta GDS 78 mg/dL.

15
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

DIAGNOSA KERJA

KEJANG DEMAM SEDERHANA

DIAGNOSA BANDING
KEJANG DEMAM KOMPLEKS

ANJURAN
Pemeriksan Completed Blood Count, pemeriksaan
elektrolit, serta EEG

16
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

TATA LAKSANA

 O2 3 liter/m
 IVFD Asering 54 cc/jam
(Formula Holliday Segar: (100x10)+(50x6) = 1.300/24 = 54)
Inj. Paracetamol 160 mg/8 jam/iv
(10mg/kgBB = 10x16 =160mg)
Inj. Cefotaxim 1g/8 jam/iv
Inj. Diazepam rektal 10 mg (dapat diulang 2x pemberian dengan
interval waktu 5 menit jika masih kejang), jika kejang tidak berhenti
berikan diazepan 8 mg/iv dengan kecepatan 2 mg/menit habis
dalam waktu 4 menit
Jika kejang berulang berikan Sibital 50 mg/1 jam/iv dalam Nacl
0,9 % 20 ml habis dalam 1 jam
17
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
FOLLOW UP
Tanggal 1/10/2021 (Hari pertama masuk)
S Demam (+), Kejang (+), Pusing (-), Batuk dan sesak (-), Muntah (-), Nyeri
perut (-), BAB & BAK dbn, nafsu makan menurun dan minum baik.
O
KU : sakit sedang
GCS 15 Compos Mentis
Status gizi: baik
TTV:
TD : 90/60 mmHg, Nadi : 121 x/menit, Suhu : 38.7 C, RR : 28 x/menit, SpO2 : 98%
Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephali, Ubun-ubun tertutup dan tidak menonjol
Leher: pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-)
Mata : CA (-), SI (-)
Hidung : Rhinore -/-
Mulut: bobir kering, faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan
Ektremitas : petekie (-), edeme (-), sianosis (-), CRT < 3 detik dan akral hangat

18
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
FOLLOW UP

Tanggal 1/10/2021
Assesment Kejang demam sederhana
Plan O2 3 liter/m
IVFD Asering 54 cc/jam
Inj. Paracetamol 160 mg/8 jam/iv
Inj. Cefotaxim 1g/iv/hari
Inj. Diazepam rektal 10 mg (dapat diulang 2x pemberian dengan interval
waktu 5 menit jika masih kejang), jika kejang tidak berhenti berikan diazepan
8 mg/iv dengan kecepatan 2 mg/menit habis dalam waktu 4 menit
Jika kejang berulang berikan Sibital 50 mg/1 jam/iv dalam Nacl 0,9 % 20 ml
habis dalam 1 jam

19
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
FOLLOW UP
Tanggal 2/10/2021
Demam (+) , Kejang (-), Pusing (-), Batuk dan sesak (-), Muntah (-), Nyeri perut (-), BAB & BAK dbn, nafsu makan
S membaik dan minum baik.
O KU : sakit sedang
GCS 15 Compos Mentis
Status gizi: baik
TTV:
TD : 90/60 mmHg, Nadi : 121 x/menit, Suhu : 37,9 C, RR : 28 x/menit, SpO2 : 98%
Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephali, Ubun-ubun tertutup dan tidak menonjol
Leher: pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-)
Mata : CA (-), SI (-)
Hidung : Rhinore -/-
Mulut: bibir kering, faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan
Ektremitas : petekie (-), edeme (-), sianosis (-), CRT < 3 detik dan akral
hangat

20
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
FOLLOW UP

Tanggal 2/10/2021
Assesment Kejang demam sederhana
Plan • IVFD Asering 54 cc/jam
• Inj. Paracetamol 160 mg/8 jam/iv
• Inj. Cefotaxim 1 g/iv/hari

21
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
FOLLOW UP
Tanggal 3/10/2021
Demam (-) , Kejang (-), Pusing (-), Batuk dan sesak (-), Muntah (-), Nyeri perut (-), BAB & BAK dbn, nafsu makan
S membaik dan minum baik.
O KU : sakit sedang
GCS 15 Compos Mentis
Status gizi: baik
TTV:
TD : 90/60 mmHg, Nadi : 118 x/menit, Suhu : 36,5 C, RR : 28 x/menit, SpO2 : 98%
Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephali, Ubun-ubun tertutup dan tidak menonjol
Leher: pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-)
Mata : CA (-), SI (-)
Hidung : Rhinore -/-
Mulut: bibir kering (-), faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan
Ektremitas : petekie (-), edeme (-), sianosis (-), CRT < 3 detik dan akral
hangat

22
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
FOLLOW UP

Tanggal 3/10/2021
Assesment Kejang demam sederhana (pemulihan)
Plan • IVFD Asering 54 cc/jam
• Inj. Paracetamol 160 mg/8 jam/iv
• Inj. Cefotaxim 1 g/iv/hari

23
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
FOLLOW UP
Tanggal 4/10/2021
Demam (-) , Kejang (-), Pusing (-), Batuk dan sesak (-), Muntah (-), Nyeri perut (-), BAB & BAK dbn, nafsu makan
S baik dan minum baik.
O KU : sakit sedang
GCS 15 Compos Mentis
Status gizi: baik
TTV:
TD : 90/60 mmHg, Nadi : 118 x/menit, Suhu : 36,8 C, RR : 28 x/menit, SpO2 : 98%
Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephali, Ubun-ubun tertutup dan tidak menonjol
Leher: pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-)
Mata : CA (-), SI (-)
Hidung : Rhinore -/-
Mulut: bibir kering (-), faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan
Ektremitas : petekie (-), edeme (-), sianosis (-), CRT < 3 detik dan akral
hangat

24
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
FOLLOW UP
Pemeriksaan Laboratorium: Limfosit: 3.800/ μL (25,6%) , Trombosit: 283.000/ μL, HB:13,5 g/dL, Hematokrit: 39,8%
Elektrolit: Natrium 137,2 mmol/L (129-147 mmol/L, Kalium 4,04 mmol/L (3,1-6,1 mmol/L, Klorida 101,5 (93-116
mmol/L)
GDS: 92 mg/dL
Assesment Kejang demam sederhana (pemulihan)
Plan • Infus Aff dan pasien diperbolehkan pulang (bebas demam 48 jam)
• Edukasi keluarga untuk rawat jalan

25
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

III TINJAUAN PUSTAKA

26
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

DEFINISI SNPPDI : Kompetensi 4

Kejang demam sederhana yaitu kejang demam yang berlangsung


singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.

Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh


kejang demam, sedangkan kejang demam kompleks yaitu Kejang
lama > 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam. 3

Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS/ SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. 2013
Pusponegoro HD, Widodo DP IS. 2006.. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: UKK Neurologi PP IDAI
27
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

EPIDEMIOLOGI SNPPDI : Kompetensi 4

Menurut UNICEF (United Nations International Children's Emergency


Fund) memperkirakan kurang lebih 12 juta anak meninggal dunia
setiap tahunnya karena kejang demam.

Di Indonesia angka kejadian kejang demam 3-4% yaitu pada tahun


2012-2013 dari anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.

Menurut data profil kesehatan indonesia tahun 2012 yaitu didapatkan


10 penyakit-penyakit yang sering rawat inap di rumah sakit yaitu diare
dan penyakit gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu, DBD,
demam tifoid, penyulit kehamilan, dispepsia, hipertensi esensial,
cidera intrakranial, ISPA, pneumonia, dan biasanya penyakit yang
menyertai kejang demam memiliki manifestasi klinis demam dengan
peningkatan suhu yang akan dapat mengakibatkan bangkitan kejang.

Pusponegoro HD, Widodo DP IS. 2006.. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: UKK Neurologi PP IDAI
Behrman, Kliegman, Arvin, 1996. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, Vol. 3, W.B. Saunders Company, Philadelphia, Pennysylvania. Hal 2059-2060 28
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

FAKTOR RESIKO & ETIOLOGI SNPPDI : Kompetensi 4


1. Faktor umur 3. Faktor suhu tubuh
2. Faktor jenis kelamin 4. Faktor BB Lahir

Beberapa teori dikemukan mengenai penyebab terjadinya kejang demam. Demam yang
memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial. Sekitar 90% akibat dari infesksi virus
seperti Rotavirus dan Parainfluenza. Kejang demam juga disebabkan karena infeksi
saluran pernapasan atas akut, otitis media akut, roseola, infeksi saluran kemih, dan infeksi
saluran cerna. Kejang demam juga diturunkan secara genetik sehingga eksitasi neuron
terjadi lebih mudah. Pola penurunan genetic masih belum jelas, namun beberapa studi
menunjukan keterkaitan dengan kromosom ternetu seperti 19p dan 8q13-2, sementara
studi lain menunjukan pola autosomal dominan.

Vestergaard et al., 2008. Death in children with febrile seizures: a populationbased cohort study. Lancet Aug 9 2008372(9637): 457–63
Chris Tanto et al., 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-4. Jakarta : Media Aesculapius. Hal 102-105. 29
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

PATOFISIOLOGI SNPPDI : Kompetensi 4

Pada keadaan demam dengan kenaikan suuhu 1 derajat Celcius akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal sekitar 10% -15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dan
orang dewasa hanya 15%. Kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan terjadi difusi ion Natrium melalui membran
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel
dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang.

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
30
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSA SNPPDI : Kompetensi 4

ANAMNESIS

Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran dan lama kejang

Suhu sebelum atau saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak
pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi SSP (ISPA, ISK & OMA).

Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan riwayat epilepsi dalam


keluarga.

Singirkan penyebab kejang lainnya. ( diare yang sebabkan gangguan elektrolit,


sesak yang sebabkan hipoksemia dan asupan kurang yg dapat menyebabka
hipoglikemik).

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
31
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSA SNPPDI : Kompetensi 4

PEMERIKSAAN FISIK

•Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran


•Suhu tubuh : apakah terdapat demam
•Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk, brudzinski I dan II, kernique dan
laseque.
•Pemeriksaan nervus kranial
•Tanda peningkatan nervus kranial : Ubun ubun besar menonjol
•Pemeriksaan neurologi : reflex fisiologis dan reflex patologik.

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
32
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSA SNPPDI : Kompetensi 4

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjaang di lakukan sesuai indikasi untuk mencari penyeba dema
atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi ; darah perifer lengkap, gula darah,
elektrolit, kalsium serum, urinalisis, biakan darah urin atau feses.

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
33
TATA LAKSANA
Algoritma

 
TATALAKSANA
KEJANG DEMAM

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
33
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

TATA LAKSANA SNPPDI : Kompetensi 4


Antipiretik, tujuan utama pengobatan kejang adalah mencegah demam
meningkat. Berikan paracetamol 10-15 mg/kg/BB/hari dapat diberikan 4 kali dan
tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kg/BB/kali, 3-4 kali sehari.
Anti kejang, beri diazepam oral 0,3 mg/kg/BB/dosis tiap 8 jam saat demam atau
diazepam rektal 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu 38°C atau lebih. Efek
samping diazepam oral adalah letargi mengantuk dan ataksia.

Pemberian obat rumatan, dengan indikasi :


1. Kejang > 15 menit
Ada kelainan neurologic nyata sebelum dan sesudah kejang, misal
hemiparesis, paresis tod, serebral palsi, retardasi mental dll.
2. Kejang fokal
Dipertimbangkan bila kejang berulang 2 kali atau lenih dalam 24 jam, kejang terjadi
pada bayi < 12 bulan dan kejang > 4 kali dalam setahun.

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
34
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

KOMPLIKASI SNPPDI : Kompetensi 4


Rekurensi kejang demam

Epilepsi

PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
35
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

EDUKASI SNPPDI : Kompetensi 4


Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat
kejang sebagian besar orang tua berang gapan bahwa anaknya telah meninggal.
Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya ;

a. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mem punyai prognosis baik.


b. Memberitahukan cara penanganan kejang
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping.

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
36
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

IV PEMBAHASAN

37
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
PEMBAHASAN SNPPDI : Kompetensi 4

-Pada kasus pasien ini berdasarkan perlangsungan kejang yang singkat, bentuk kejang
umum (tonik dan/ atau klonik ), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam mendukung
penegakan diagnosis kejang demam sederhana.
-Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nindela dkk, di mana didapatkan
bahwa kejang umum merupakan jenis kejang yang lebih banyak ditemukan pada pasien
kejang demam (97,6%) atau tonik-klonik.
-Secara teori, kejang umum lebih banyak terjadi dibandingkan dengan kejang fokal.
-Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa durasi kejang pada pasien kejang demam
terbanyak kurang dari 15 menit yaitu sebesar 95,1%.
-Temuan ini sejalan dengan Biswas dan Aliabad bahwa sekitar 80% pasien kejang demam
memiliki durasi kejang kurang dari 15 menit. Bahkan, durasi kejang pada pasien kejang
demam sebagaian besar mencapai waktu kurang dari 5 menit dengan waktu rata-ratanya
yaitu 4,9 menit.
.

38
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

PEMBAHASAN SNPPDI : Kompetensi 4

-Pada kasus ini, pasien berusia 3 tahun 10 bulan, maka hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kakalang, et al, menunjukkan bahwa kejang demam paling sering
ditemukan pada usia 1 tahun - < 5 tahun dan hal ini juga didukung dengan penelitian yang
dilakukan Fuadi, et al usia pertama kali kejang sebagian besar adalah <5 tahun. Hal ini
disebabkan karena imaturitas otak dan termoregulator. Pada keadaan imaturitas otak
tersebut, reseptor untuk asam glutamat memiliki sifat eksitatorik yang aktif, sebaliknya
reseptor GABA memiliki sifat sebagai inhibitorik yang kurang aktif. Hal ini mengakibatkan
sifat eksitasi yang lebih dominan dibandingkan dengan inhibisi.

39
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

PEMBAHASAN SNPPDI : Kompetensi 4


Pada pemeriksaan suhu didapatkakn peningkatan suhu tubuh dan pemeriksaan fisik lainnya
dalam batas normal, sedangkan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya
peningkatan limfosit atau limfositosis. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan
Jenyfer Kakalang dkk bahwa suhu badan >38ºC mempunyai angka sedikit lebih tinggi yaitu
berjumlah 76 anak (50,7%) dibandingkan dengan suhu badan <38ºC yang berjumlah 74
anak (49,3%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan et
al yang melaporkan bahwa suhu badan dengan kejang demam >38ºC sedikit lebih tinggi
yaitu 57 orang (70,4%) dibandingkan dengan suhu badan <38ºC yang berjumlah 8 orang
(29,6%). Fuadi et al., mengemukakan bahwa demam merupakan faktor utama timbulnya
bangkitan kejang demam. Adanya peningkatan suhu tubuh berpengaruh terhadap kanal ion,
metabolisme seluler, produksi ATP serta mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk otak.
Setiap suhu tubuh meningkat sebanyak 1ºC akan terjadi peningkatan kebutuhan glukosa dan
oksigen.

Fuadi et al., 2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri,Vol.12, No.3: 142
Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 40
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

V KESIMPULAN

41
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN
KESIMPULAN SNPPDI : Kompetensi 4

Kejang demam merupakan suatu kondisi yang patut diperhatikan, dan tatalaksana yang
tepat dapat mengatasi kondisi kejang dan mengatasi kausanya. Sebagian besar kejang
demam tidak menyebabkan epilepsi ataupun kematian. Kejang demam dapat berulang
yang kadang menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga. Diperlukan
pemeriksaan sesuai indikasi dan tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang tua penting
karena merupakan pilar pertama penanganan kejang demam sebelum dirujuk ke rumah
sakit.

Pada pasien An. A.H. ini, berdasarkan perlangsungan kejang yang singkat, bentuk kejang
umum (tonik dan/ atau klonik ), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam mendukung
penegakan diagnosis kejang demam sederhana.

42
FAKULTAS Program Studi
KEDOKTERAN Profesi Dokter
UNIVERSITAS
Maju Bersama dengan Ilmu
KHAIRUN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai