Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TERHADAP TN.

K DENGAN
MASALAH UTAMA RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG NURI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG

 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER DHARMA WACANA
METRO
2021/2022
A. DEFINISI RESIKO PERILAKU KEKERASAN
 
1. RISIKO PERILAKU KEKERASAN
a. Rereisko membahayakan secara fisik, emosi, dan/atau seksual pada diri sendiri atau orang lain,
SDKI (2016).

b. Risiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai seseorang, baik
secara fisik maupun psikologis (Keliat, 2010).

c. American Psychological Association (Townsend, 2009, dalam Satrio, dkk, 2015) mengemukakan
bahwa kekerasan/kemarahan adalah keadaan emosional yang bervariasi dalam intensitas ringan hingga
kemarahan yang intens (berat), hal ini disertai dengan perubahan fisiologis dan biologis, seperti
peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormon epinerphrine dan norepinerphine.

d. Stuart, (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) mengemukakan perilaku agresif adalah suatu kondisi dimana
seseorang mengabaikan hak orang lain, dia menganggap bahwa harus berjuang untuk
kepentingannya dan mengharapkan perilaku yang sama dari orang lain, bagi dia hidup adalah
pertempuran yang dapat mengakibatkan kekerasan fisik atau verbal, perilaku agresif sering terjadi
akibat kurang kepercayaan diri.

e. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai tindakan kekuatan fisik dimaksudkan untuk


menyebabkan kerugian bagi seseorang atau obyek, agresif dan perilaku kekerasan merupakan sebuah
rentang kontinum dari perilaku yang mencurigakan kepada tindakan ekstrim yang mengancam
keselamatan orang lain atau mengakibatkan cedera atau kematian (Herper&Reimer, 1992 dalam
Videback, 2008).
2. RENTANG RESPON RISIKO PERIAKU KEKERASAN

Perilaku Kekerasan merupakan respon kemarahan. Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam
rentang adaptif sampai maladaptif (Keliat & Sinaga, 1991 dalam Satrio, dkk, 2015). Rentang
respon marah menurut Stuart dan Sundeen (1995 dalam Satrio, dkk, 2015) dijelaskan dalam
skema 2.2 dimana agresif dan amuk (perilaku kekerasan) berada pada rentang respon yang
maladaptif.
Skema 2.2 Rentang Respon Marah Menurut Stuart dan Sundeen (1995 dalam Satrio, dkk, 2015)

Respon Adaptif Respon Maladaptif


   

Asertif Pasif Frustrasi Agresif Amuk


3. TAHAPAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Tahapan perilaku agresif atau risiko perilaku kekerasan: (Fontaine, 2009 dalam Satrio, dkk,
2015)
Tahap 1: Tahap Memicu
Perasaan : Kecemasan
Perilaku : Agitasi, mondar-mandir, menghindari kontak
Tindakan perawat :Mengidentifikasi faktor pemicu, mengurangi kecemasan,
memecahkan masalah.
 
Tahap 2: Tahap Transisi
Perasaan : Marah
Perilaku : Agitasi meningkat
Tindakan Perawat :Jangan tangani marah dengan amarah, menjaga pembicaraan,
menetapkan batas dan memberikan pengarahan, mengajak kompromi,
 
Tahap 3: Krisis
Perasaan : Peningkatan kemarahan dan agresi
Perilaku :Agitasi,gerakan mengancam,
Tindakan Perawat : Lanjutkan intervensi tahap 2, dalam lipatan ruang pribadi,
hangat (tidak mengancam) konsekuensi, cobalah untuk menjaga komunikasi
 
Tahap 4: Perilaku Merusak
Perasaan : Marah
Perilaku : Menyerang; merusak
Tindakan Perawat :Lindungi klien lain, menghindar, melakukan pengekangan
fisik
 
Tahap 5: Tahap Lanjut
Perasaan : Agresi
Perilaku : Menghentikan perilaku terang-terangan destuctive,
Tindakan Perawat : Tetap waspada karena perilaku kekerasan baru masih
memungkinkan, hindari pembalasan atau balas dendam
 
Tahap 6: Tahap Peralihan
Perasaan : Marah
Perilaku : Agitasi, mondar-mandir
Tindakan Perawat : Lanjutkan fokus mengatasi masalah utama
 
4. Faktor Resiko RPK Menurut SDKI (2016)
a. Pemikiran waham/delusi
b. Curiga pada orang lain
c.Halusinasi
d. Berencana bunuh diri
e. Disfungsi sistem keluarga
f. Kerusakan kognitif
g. Disorientasi atau konfusi
h. Kerusakan kontrol implus
i. Persepsi pada lingkungan tidak akurat
j. Alam perasaan depresi
k. Riwatar kekerasan pada hewan
l. Kelainan neurologis
m. Lingkungan tidak teratur
n. Penganiayaan atau pengabaian anak
o. Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain
p. Impulsif
q.Ilusi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
 
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon maladaptif dari marah. Marah adalah
emosi yang kuat; ketika ditolak atau dipendam dapat memicu masalah fisik seperti sakit
kepala migrain, radang usus dan bahkan penyakit jantung koroner; ketika ditujukan
kedalam diri sendiri, marah dapat mengakibatkan depresi dan harga diri rendah; ketika
diungkapkan tidak dengan tepat, dapat memperburuk hubungan; ketika ditekan/supresi,
marah dapat berubah menjadi kebencian yang sering dimanifestasikan dengan perilaku
diri yang negatif dari pasif sampai agresif (Townsend, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
1. Faktor predisposisi
a. Faktor Biologi
Faktor predisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai suatu keadaan atau
faktor risiko yang dapat mempengaruhi peran manusia dalam menghadapi stressor.

b. Imunovirologi
Karakteristik biologis lain yang berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah riwayat
penggunaan obat NAPZA dan frekuensi di rawat. Penggunaan NAPZA akan mempengaruhi
fungsi otak, mempengaruhi terapi dan perawatan yang diberikan (Dyah, 2009).

c. Faktor Psikologis
Menurut Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015) yang termasuk dalam faktor
psikologis diantaranya kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri, dan pertahanan
psikologi.
 
d. Faktor Sosial Budaya
Karakteristik yang termasuk pada sosial budaya seperti: usia, jenis kelamin, ras, status
perkawinan, pendidikan dan tingkat sosial ekonomi (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009),
riwayat perilaku kekerasan di masa lalu (Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor Biologi
Stressor presipitasi adalah stimuli yang diterima individu sebagai tantangan, ancaman
atau tuntutan. Stressor presipitasi perilaku kekerasan dari faktor biologi dapat disebabkan
oleh gangguan umpan balik di otak yang mengatur jumlah dan waktu dalam proses
informasi. Stimuli penglihatan dan pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus
dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila informasi yang sampaikan terlalu
banyak pada suatu waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus frontal mengirimkan
pesan overload ke ganglia basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk memperlambat
transmisi ke lobus frontal. Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan gangguan
pada proses umpan balik dalam penyampaian informasi yang menghasilkan proses
informasi overload (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
b. Faktor Psikologis
Pemicu perilaku kekerasan dapat diakibatkan oleh toleransi terhadap frustasi yang rendah,
koping individu yang tidak efektif, impulsive dan membayangkan atau secara nyata adanya
ancaman terhadap keberadaan dirinya, tubuh atau kehidupan. Dalam ruang perawatan
perilaku kekerasan dapat terjadi karena provokasi petugas, perilaku kekerasan klien terjadi
pada setting ini dimana petugas merasa memiliki sikap otoriter dan cenderung
mengatur/controlling; mengatur apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh klien;
menahan klien bertentangan dengan keinginan klien dan memaksa untuk minum obat, semua
itu berkontribusi terjadi konflik petugas dan klien (Fontaine, 2009).

c. Faktor Sosial Budaya


Beberapa penelitian telah menemukan bahwa jumlah insiden kekerasan lebih besar terjadi
ketika klien dipindahkan dalam kelompok yang besar, penuh sesak, kurang privasi atau tidak
bebas. Menurut Fagan-Pyor et al., (2003 dalam Stuat, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015)
 
d. Penilaian Stressor
Model Stres Diatesis dalam sebuah karya klasik oleh Liberman dan rekan (1994) menjelaskan
bahwa gejala skizofrenia berkembang berdasarkan pada hubungan antara jumlah stres dalam
pengalaman seseorang dan toleransi internal terhadap ambang stres.
 
e. Sumber Koping
Psikosis atau Skizofrenia adalah penyakit menakutkan dan sangat
menjengkelkan yang memerlukan penyesuaian baik bagi klien dan
keluarga. Proses penyesuaian pasca psikotik terdiri dari empat fase:
(1) disonansi kognitif (psikosis aktif), (2) pencapaian wawasan, (3)
stabilitas dalam semua aspek kehidupan (ketetapan kognitif), dan (4)
bergerak terhadap prestasi kerja atau tujuan pendidikan
(ordinariness), (Moller, 2006, dalam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk,
2015):
 
f. Mekanisme Koping
Pada fase aktif psikosis klien menggunakan beberapa mekanisme
pertahanan diri dalam upaya untuk melindungi diri dari pengalaman
menakutkan yang disebabkan oleh penyakit mereka
(Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
C. Pohon Masalah dan Data Yang Perlu Dikaji
1) Pohon Masalah
Menurut Keliat dkk (2005) pohon masalah perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

Risiko Mencederai Diri Sendiri Resiko Mencederai Orang Lain


  
 
Risiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi, Isolasi Sosial, HDR, Mekanisme Koping Tidak Effektif


2). Masalah Yang Perlu Dikaji
NO. DATA MASALAH

1. DS : Risiko Perilaku Kekerasan


1. Ungkapan berupa ancaman
2. Ungkapan kata-kata kasar
3. Ungkapan ingin
memukul/melukai
 
DO :
4. Wajah memerah dan tegang
5. Pandangan tajam
6. Mengatupkan rahang dengan
kuat
7. Mengepalkan tangan
8. Bicara kasar
9. Suara tinggi, menjerit atau
berteriak
10. Mondar-mandir
D. Diagnosis Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori.
d. Harga diri rendah kronis
e. Isolasi sosial
 
 
 
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN Nama : Tn. K


KEPERAWATAN TL/ Umur : 30-6-1962 / 60 tahun
AWAL Penanggung : Tn.S
PASIEN RAWAT INAP Jawab (tuliskan Anak
PSIKIATRI hub dengan
pasien)
( Dilengkapi dengan 24 Pendidikan : SD
jam pertama pasien masuk Pekerjaan :-
ruang rawat) Agama : Islam

Tanggal Masuk: Jam: 09.30 WIB Ruang Rawat : Nuri


13 Desember 2021
ALASAN KE RUMAH SAKIT

• Klien didatang kerumah sakit jiwa diantar keluarganya


pada tanggal 13 desember 2012 pukul 09.30 karena
suka marah-marah dan saat marah marah membanting
barang-barang yang ada di dekatnya,klien mengatakan
sering melihat bayangan hitam yang berbicara
dengannya. Klien marah diluar rumah. Klien juga
gelisah. Klien mengatakan jarang minum obat
• Keluhan utama saat pengkajian : klien mengatakan
sering emosi
RIWAYAT KESEHATAN

– Pernah dirawat ? □ Tidak □Ya, jika ya jelaskan tempat dan waktu perawatan Jelaskan :
Klien mengatakan baru saja dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada
september lalu. Keluarga mengatakan sejak 2014 klien sudah mengalami gangguan mental.
• 2. Penyakit yang pernah dialami : tidak ada
• 3. Riwayat operasi : Klien tidak pernah menjalani operasi
• 4. Riwayat alergi : □Tidak □ Ya, Sebutkan : -
• Reaksi Alergi : Klien tidak memiliki alergi makanan ataupun obat-obatan
• 5. Riwayat penggunaan/ketergantungan terhadap zat
( waktu,jenis,frekuensi,jumlah dan lama penggunaan )
• □ Obat-obatan□√Rokok □ NAPZA □ Lainnya, Sebutkan : -
• Jelaskan : Klien mengatakan pengobatan rawat jalan untuk mengatasi masalah
mental ynag dialami klien dan klien mengatakan sebagai perokok aktif
RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU

– Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? □ Tidak □Ya


– Pengobatan sebelumnya □ Berhasil □Kurang berhasil □Tidak berhasil
• Jelaskan : Klien sebelumnya merupakan klien rawat jalan namun sudah putus obat sejak 1 bulan
yang lalu
• Masalah keperawatan : ketidakpatuhan
– Riwayat pelaku/usia korban/usia saksi/usia Aniyaya fisik ꙱꙱ ꙱꙱ ꙱꙱
• Aniaya seksual ꙱ ꙱ ꙱ ꙱ ꙱ ꙱
• Penolakan ꙱ ꙱ ꙱ ꙱ ꙱ ꙱
• Kekerasan dlm keluarga ꙱ ꙱ ꙱ ꙱ ꙱ ꙱
• Tindakan kriminal ꙱ ꙱ ꙱ ꙱ ꙱ ꙱
• Jelaskan :klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual maupun kekerasan dalam keluarga.
klien tidak pernah memukul ibunya.
• Masalah keperawatan : tidak ada masalah
– Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
• Jelaskan : klien pernah dituduh mencuri uang mushola oleh warga padalah klien tidak merasa kesal
dan malu saat mengingat kejadian itu
• masalah keperawatan : harga diri rendah dan resiko
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : □ Ya□
Tidak
• ( jika Ya hubungan keluarga,gejala,riwayat pengobatan )
Genogram

X X X

Keterangan Genogram :
Klien mengatakan anak kedua dari 5 bersaudara keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit seperti dirinya klien selama ini sering bertengkar
dengan istrinya pengambilan keputusan sesalu diambil oleh istrinya dan klien
tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan.
Masalah keperawatan: koping keluarga tidak efektif
PERSEPSI KESEHATAN

• Klien mengatakan tidak paham mengenai


sakitnya dengan kewajiban minum obat terus
menerus.
• Masalah Keperawatan : defisit pengetahuan
PEMERIKSAAN FISIK

Keluhan fisik :
• □ tidak □ ya , jika ya sebutkan : -
• TD : 140/90mmhg nadi : 80x/m RR : 20 x/m Suhu: 36,5◦c
• Pemeriksaan head to toe :
• a. kepala
• -tidak ada benjolan atau lesi,rambut hitam,dan kulit kepala kotor
• -mata : pupil isokor,konjungtiva anemis warna merah muda
• -hidung : tidak ada lesi atau luka,tidak ada sumbatan lubang hidung
• -mulut : tidak ada lesi atau sariawan pada bibir,gigi tampak kotor
• b. leher
• tidak ada lesi atau pembesaran kelenjar tiroid
• c. dada
• tidak ada lesi atau benjolan,tidak ada nyeri tekan
• d. abdomen
• tidak ada benjolan,tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan
• e. ekstremitas
• ekstremitas atas dan bawah dapat digerakkan tanpa nyeri atau kekakuan, kuku kaki bersih.
•  
Penilaian Nyeri
Keluhan nyeri : tidak ada nyeri yang dirasakan klien(0)

Masalah keperawatan : tidak ada masalah


 
Skrining Status Nutrisi (berdasalkan malnutrition screening tool/MST)
Berat badan : 55 kg tinggi badan : 163 cm
Sudah dilaporkan ke tim terapi gizi : □ Tidak □ Ya
No Parameter Score

1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?

  a. Tidak penurunan berat badan 0

  b. Tidak yakin/tidak tahu/terasa baju lebih longgar 2

  c. Jika Ya berapa penurunan berat badan tersebut  

  1-5 kg 1

  6-10 kg 2

  11-15 kg 3

  >15 kg 4

  Tidak yakin penurunannya 2

2. Apakah asupan makanan berkurang karena berkurangnya nafsu makan?

  a. Tidak 0

  b. Ya 1

Total score 0

3.Pasien dengan diagnosa khusus : □ tidak □ Ya (□DM □Ginjal □Hati □Jantung


□Paru □Stroke □Kangker □Penurunan Imunitas □Geriatri □ Lain-lain: ……….

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


Penilaian Fungsional (berdasarkan status fungsional barthel ADL Indeks)
Perlu bantuan, sebutkan : klien kalau mandi, sikat gigi atau membersihkan badan perlu
diingatkan baru mau mandi.
NO FUNGSI PENILAIAN SCORE

1. Mengendalikan rangsang Tak terkendali/tak teratur (perlu 0


pembuatan tinja pencahar)

Kadang-kadang tidak terkendali 1


(1xseminggu)

Terkendali teratur 2

2. Mengendalikan rangsangan Tak terkendali/pakai masker 0


berkemih

Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1


1x/24 jam)

Mandiri 2

3.   Butuh pertolongan orang lain 0


  Membersihkan diri (seka Mandiri 1
muka,sisir rambut,sikat gigi)
4. Penggunaan jamban,masuk dan Tergantung pertolongan orang lain 0
keluar(melepaskan,memakai
celana,membersihkan,menyiram. Perlu pertolongan beberapa kegiatan 1
tetapi Sebagian masih dapat dikerjakan
Mandiri 2

5. Makan Tidak mampu 0

Perlu ditolong memotong makanan 1

Mandiri 2

6. Berubah sikap dari berbaring ke duduk tidak mampu 0

perlu bantuan untuk duduk (2 orang) 1

Bantuan minimal 1 orang 2

Mandiri 3

7. Berpindah atau berjalan Tidak mampu 0

Bisa (pindah) dengan kursi roda 1

Berjalan dengan bantuan orang lain 2

Mandiri 3

8. Memakai baju Tergantung orang lain 0

Sebagian dibantu (mis: Mengancing) 1

Mandiri 2

9. Naik turun tangga Tidak mampu 0

Butuh pertolongan 1

Mandiri 2

10. Mandi Tergantung orang lain 0

Mandiri 2

Total score 21
RESIKO JATUH/CEDERA (Berdasarkan Edmonson Scale)
Berdasarkan penilaian tidak ada resiko jatuh
Parameter Score

8
Usia ≥ 50 tahun

10
50-79 tahun

26
≥ 80 tahun

-4
Status mental Sadar penuh dan orientasi waktu baik

13
Agitasi/cemas

13
Sering bingung
Bingung dan disorientasi

8
Eliminasi Mandiri untuk BAB dan BAK

12
Memakai kateter/astomy

10
BAB dan BAK dengan bantuan

12
Gangguan eliminasi (inkonensia,banyak BAK dimalam
hari,sering BAB dan BAK)

12
Inkonensia tetapi bisa ambulasi mandiri

10
Medikasi Tidak ada pengobatan yang diberikan

10
Obat-obatan jantung

Obat psikiatri termasuk benzodiazepine dan anti depresan 8

Atau

12
Meningkatnya dosis obat yang dikonsumsi /ditambahkan
dalam 24 jam terakhir

10
Diagnosis Bipolar /gangguan scizoaffective

8
Penyalahgunaan zat terlarang dan alcohol

10
Gangguan depresi mayor

Dimensia /delitrium 12

Ambulasi/ Keseimbangan 7
Ambulasi stabil dan langkah stabil atau pasien imboil

8
Penggunaan alat bantu yang tepat(tongkat,woker,tripod,dll)

10
Vertigo/hipotensi ortostatik/kelemahan

8
Langkah tidak stabil,butuh bantuan dan menyadari
Tidakkemampuannya
  Langkah setabil,butuh bantuan dan tidak menyadari 8
Ketidakmampuannya

Nutrisi Hanya sedikit mendapatkan asupan makanan/minum dalam 12


24 jam terakhir

Nafsu makan baik 0

Gangguan tidur Tidak ada gangguan tidur 8

Ada gangguan tidur yang dilaporkan keluarga pasien/staf 12

Riwayat Jatuh Tidak ada riwayat jatuh 8

Ada riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir 14

TOTAL SKOR 53

KATEGORI RISIKO RR

Kategori : < 90 = Resiko rendah (RR) > 90 = Resiko tinggi (RT) Masalah
Keperawatan : Tidak ada masalah
 
PSIKOSOSIAL
1.Konsep Diri
a).Citra tubuh :
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuh nya yang paling disukai kumis karena menganggap lebat beda dari
orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada

b).Identitas diri :
Klien mengatakan bahwa dirinya berperan sebagai lelaki klien mengatakan dirinya ingin bekerja sebagai petani dan
peternak kambing saat sudah sehat nanti
Masalah keperawatan : tidak ada

c).Peran :
Klien mengatakan perannya sebagai seorang suami dan ayah untuk mencari nafkah namun pada saat dirawat klien tidak
bisa melakukan perannya sebagai kepala rumah tangga
Masalah keperawatan : penampilan peran tidak efektif (D.0125)

d).Ideal diri :
Klien mengatakan ingin segera berkumpul dengan keluarganya dirumah dan lingkungannya dapat menerimanya
Masalah keperawatan : tidak ada

e).Harga diri
Klien mengatakan tidak dapat berperan menjadi lelaki dewasa yang tidak bekerja sehingga malu karena tidak bisa
menafkahi keluarganya.Pasien tampak menunduk klien tampak lesu.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
2. Spiritual
a). Nilai dan keyakinan :
Klien beragama islam, klien merasa tidak sakit jiwa
b). Kegiatan ibadah :
Klien selama dirumah sakit selalu melakukan ibadah seperti sholat 5 waktu dan juga berdoa setiap hari.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
.
 
3. Hubungan Sosial
a). Orang yang berarti :
Klien mengatakan ayahnya orang yang paling berarti karena sejak kecil selalu ada waktu untuknya. Sedangkan ibunya selalu sibuk
bekerja diluar rumah sehingga tidak ada waktu untuknya. dirumah sakit tidak ada.
b).Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat/sekolah:
Klien mengatakan tidak memiliki kegiatan kelompok disekitar lingkungan. Tetapi saat dirumah sakit jiwa hanya mengikuti kegiatan
rehabilitasi. Pada saat kegiatan klien tampak mengantuk. Klien menyendiri dan jarang bicara dengan orang lain. Klien mengatakan
sangat betah dirumah dan tidak pergi kemana-mana.
c).Hambatan dalam hubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain karena merasa malu,dan tidak ikut sertakan dalam kegiatan.klien tidak
mau bicara banyak dan tidak punya kemampuan apapun untuk mengobrol. Klien terlihat minder. Klien susah bergaul ke orang lain.
Klien dijauhi keluarga karena suka mengamuk.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial (D.0121) dan harga diri rendah (D.0086)
 
STATUS MENTAL
1. Penampilan
□Bersih □Tidak rapi □ Cara berpakaian tidak seperti biasanya
□ Rapi □Kotor □ Penggunaan pakaian tidak sesuai
Jelaskan: Klien tampak rapi, klien mengatakan senang menggosok gigi,klien mandi 2x sehari
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah
2. Pembicaraan
□ Sesuai □Cepat □ Keras □ Apatis Inkoheren
□ Mendominasi □ Mengancam □ Lambat □ Gagap Membisu

□ Tidak mampu memulai pembicaraan


Jelaskan :
Klien saat diajak berbicara serta diberi pertanyaan klien menjawab dengan
keras seperti orang marah dan terkadang keluar dari pembahasan.
Masalah Keperawatan :resiko perilaku kekerasan (D.0146)
3. Aktifitas motorik/perilaku
□ Normal □ Agitasi □ Konflusif □ Lesu/tidak bersemangat □
Grimasem
□ Tegang □ Gelisah □ Tremor □ Melamun/banyak diam□ Sulit
diarahkan
□ TIK
Jelaskan :
Klien saat didekati gelisah,tegang dan mondar-mandir karena mengantuk
tidak bisa tidur
Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan (D.0146)
4. Alam perasaan
□ Sesuai □ Putus asa □ Sedih □ Merasa tidak mampu
□ Marah □ Ketakutan □  Labil □ Gembira berlebihan
□ Tertekan □Khawatir □Malu □ Tidak berharga/berguna
Jelaskan :
Klien mengatakan sering marah marah dan selalu ingin membanting barang
barang didekatnya
Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan (D.0146)
5.Interaksi selama wawancara
• □ Kooperatif □ Bermusuhan □ Curiga □ Tidak kooperatif
• □ Kontak mata kurang □ Mudah tersinggung □ Jelaskan
Klien menjawab pertanyaan dengan jelas dan mau mengungkapkan semua yang
diarasakan
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
6.Afek
□Sesuai □ Datar □Tumpul □√Labil □ Tidak sesuai Jelaskan :
Klien saat diajak bicara terlihat emosi yang cepat berubah-ubah
Masalah Keperawatan: resiko prilaku kekerasan (D.0146)
7.Persepsi
• □ Halusinasi □Pendengaran □ Penghidu □ Penglihatan □ Pengecapan
• □ Perabaan
Jelaskan:
Klien mengatakan melihat ada bayangan hitam saat malam hari dan klien juga
mendengar suara suara yang mengajak untuk marah
Masalah Keperawatan: Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi pendengaran dan
pengelihatan
8. Proses pikir
□ Sesuai □ Sirkumsial □ Flight of ideas □ Pengulangan
□ Tangensial □ Bloking □ Kehilangan asosiasi pembicaraan

Jelaskan :
Selama melakukan wawancara klien tampak menjawab semua pertanyaan
namun klien selalu mengulangi pembicaraan
Masalah Keperawatan :resiko perilaku kekerasan
9. Isi Pikir
□ Sesuai □ Obsesi □ Fobia □ Hipokondria
□ Pikiran magis □ Ide yang terkait □ Depersonalisasi □ Agama
□ Waham □ Kebesaran □ Curiga □ Nihilistik
Jelaskan:
klien mengatakan jika ada orang yang berbicara dengannya klien sekaku
merespon dengan baik
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran

Compos mentis □ Apatis □ Stupor


□Bingung Sedasi
Jelaskan: kesadaran klien composmentis,klien menyadari tempat
waktu dan situasi saat ini klien cukup kooperatif saat diajak berbicara
• Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang □Gangguan daya ingat
jangka pendek □ Gangguan daya ingat saat ini □ Konfabulasi
Jelaskan:
Klien tidak memiliki gangguan terhadap memorinya klien masih
mengingat keluarganya dan teman temannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
12.Tingkat konsentrasi dan berhitung
□ Konsentrasi baik □ Tidak mampu berkonsentrasi
□Mudah beralih □ Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan:
Saat diajak bicara klien terlihat tidak focus dan mudah beralih
Masalah Keperawatan : tidak ada

13 .Kemampuan penilaian
□Gangguan ringan □ Gangguan bermakna
Jelaskan: klien mengalami gangguan ringan namun klien mampu mengambil
keputusan yang sederhana walau dengan bantuan orang lain
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

14. Daya tilik diri (insight)


□ Mengingkari penyakit yang diderita □ Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Klien tidak merasa sakit jiwa sehingga klien merasa jengkel,kesal dan terkekang
Masalah Keperawatan : penyangkalan tidak efektif
• SUMBER KOPING
Jelaskan :
Klien menggunakan asuransi kesehatan nasional
(BPJS) klien mengatakan tidak mampu mengatasi
masalah yang dialaminya sendiri dan harus
meminta bantuan keluarganya untuk
menyelasaikan masalah.
Masalah Keperawatan: koping individu tidak
efektif
XI PERSIAPAN PULANG / DISCHARGE PLANNING

NO Komponen yang dibutuhkan Ya Tidak


1 Tempat tinggal 
2 Care giver 
3 Layanan kesehatan masyarakat (puskesmas/CMHN) 
4 Group support 

Klien dibuat mandiri untuk minum obat,control,merawat diri sendiri,dan


mengontrol emosi dan halusinasi,
XII ASPEK MEDIK
Diagnosa Medis : Skizoferenia Paranoid (F.20.0)
Therapy medis :
Trihexyphenidyl2x2 mg oral pagi dan malam
Chlorpromazine 1x50 mg oral malam
XIII PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

DARAH RUTIN HASIL NILAI NORMAL


Hemoglobin 14,3 Lk. 14-18 g/dl
Eritrosit 4,85 Er. 12-16 g
Leukosit 10.500 Lk.4,5 -6.0 jt sel/mm3
Trombosit 243.000 Pr.4.0-5.5 jt sel/mm3
N Batang 0 0-1%
Esoslonofil 0 1–3%
N. Segmen 0 2–6%
Limfosit 52 50 – 70 %
Monosit 38 20 – 40 %
Masa pendarahan 10 2–8%
Hematokroid 42 40 - 54 %
A .DATA FOKUS

• DS :
• Klien mengatakan sering marah-marah
• Klien mengatakan sering membanting barang ketika marah
• Klien mengatakan merasa kesal
• Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam pada saat malam hari,saat sedang sendiri
• Klien mengatakan mendengar suara-suara yang mengajaknya berbicara tentang kematian
• Klien mengatakan merasa malu saat mengingat bahwa iya pernah dituduh mencuri
• Klien mengatakan merasa tidak dihargai oleh keluarganya
• Klien mengatakan tidak mampu mengatasi masalah yang dialami
• Klien mengatakan komunikasi dengan keluarganya kurang
• Klien mengatakan ingin bertemu dengan anak dan cucunya
• Klien mengatakan saat dirumah klien sering bertengkar dengan istrinya
• Klien mengatakan tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan dalam keluarganya
• Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya
• Klien mengatakan tidak mengetahui tentang fungsi obat yang dikonsumsinya
• Klien mengatakan berperan sebagai seorang ayah dan suami namun saat sedang dirawat
• Klien tidak bisa menjalani perannya
• Klien mengatakan lebih suka menyendiri
• Klien mengatakan susah bergaul ke orang lain.
• Klien mengatakan dijauhi keluarga karena suka mengamuk
• DO :
• Klien tampak berbicara cepat dan keras
• Jkien tampak mondar mandir
• Emosi klien tampak labil
• Pandangan klien tampak tajam
• Klien tampak berbicara sendiri
• Konsentrasi klien buruk
• Kontak mata klien tampak berkurang
• Klien tampak berjalan menunduk
• Klien tampak bingung
• Klien tampak melamun
• Klien tampak tidak meminum obat dengan rutin
• Klien tampak tidak berperan sesuai dengan umurnya
• Klien tampak sedih
• klien tampak menyendiri
• klien tampak lesu
• klien tidak mau bicara banyak
• Klien terlihat minder
• B. ANALIS DATA
NO DATA MASALH
1 DS : Resiko prilaku kekerasan
 Klien mengatakan sering marah-marah
 Klien mengatakan sering membanting barang
ketika marah
 Klien mengatakan mengatan merasa kesal

DO :
 Pandangan klien tampak tajam
 Klien tampak berbicara cepat dan keras
 Klien tampak mondar - mandir
 Klien tampak labil

DS :
2.
 Klien mengatakan melihat bayangan hitam
yang mendekatinya, dan mendengar ada yang
berbicara dengannya untuk menyuruhnya
marah

Halusinasi
DO :
 Klien tampak berbicara sendiri
.  Konsentrasi klien buruk
DS : Harga diri rendah
 Klien mengatakan malu saat mengingat bahwa
iya pernah dituduh mencuri
 Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang
peduli dengan nya
DO
 Kontak mata klien tampak kurang
 Klien merasa malu
 Klien tampak menunduk

DS :
 Klien mengatakan tidak mampu mengatasi Koping individu tidak efektif
masalah yang dialami
 Klien mengatakan komunikasi dengan
keluarganya kurang
DO :
 Klien tampak bingung
Koping keluarga tidak efektif
DS :
 Klien mengatakan ingin bertemu dengan anak
dan cucunya
 Klien mengatakan saat dirumah klien sering
bertengkar dengan istrinya
 Klien mengatakan tidak diberi kesempatan untuk
mengambil keputusan dalam keluarganya
DO :
 Klien tampak melamun
Defisit pengetahuan

DS :
 Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
 Klien mengatakan tidak mengetahui tentang
fungsi obat yang dikonsumsi
DO :
 Klien tidak meminum obat dengan rutin

Penampilan peran tidak


DS: efektif
C. POHON MASALAH

RPK

halusinasi

penampilan peran
Tidak efektif
Isolasi sosial

DEFISIT PENGETAHUAN

HDR(harga diri rendah)

 
koping individu tidak efektif

Koping keluarga tidak efektif


E. PRIORITAS MASALAH
Resiko prilaku kekerasan
Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran dan penglihatan
 
 
 
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TGL NO DX TUJUAN KRETERIA INTERVENSI
DX KEPERAWATAN EVALUASI
RESIKO PRILAKU TUJUAN 1. Setelah Identifikasi fokus
KEKERASAN KHUSUS : dilakukan masalah klien
(RPK) Pertemuan pertemuan klien dengan :
pengkajian : menunjukkan  sapa klien
Klien mampu tanda-tanda dengan ramah
menunjukkan percaya kepada baik verbal
tanda-tanda percaya perawat dan maupun
kepada perawat dan mengenali nonverbal
mengenali masalah masalah yang  perkenalkan
yang dialami dialami dengan nama nama
kriteria panggilan
 ekspresi wajah perawat dan
bersahabat tujuan perawat
 menunjukkan berinteraksi
rasa senang  tanyakan dan
 ada kontak mata panggil nama
 mau berkenalan kesukaan klien
 bersedia  tunjukkan
menceritakan sikap empati
masalah yang jujur Dan
dialami. menepati janji
setiap kali
2. berinteraksi
 tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dialami
 klien
 buat kontrak
interaksi yang
jelas
 beri perhatian
kepada klien
dan perhatikan
tubuh dasar
klien
 dengarkan
dengan penuh
perhatian
ungkapan
masalah klien
Pertemuan 1 1. Setelah pertemuan Bantu klien
klien mampu kalian menjelaskan mengidentifikasi
mengidentifikasi perilaku kekerasan perilaku kekerasan:
perilaku kekerasan dan yang dilakukan dengan  motivasi clean
mampu mengendalikan kriteria hasil: untuk
perilaku kekerasan  menceritakan menceritakan
yang dilakukan dengan penyebab perasaan penyebab rasa
cara fisik yang jengkel sebal kesal atau
baik dari diri jengkel
sendiri maupun  dengarkan tanpa
lingkungan menyerah atau
 menceritakan memberi
tanda saat terjadi penilaian setiap
perilaku kekerasan ucapan perasaan
baik tanda fisik klien
emosional dan  motivasi klien
sosial saat terjadi menceritakan
perilaku kekerasan kondisi fisik saat
 menceritakan perilaku
perilaku atau jenis kekerasan terjadi
ekspresi  motivasi klien
kemarahan yang menceritakan
telah dilakukan kondisi emosi
menceritakan akibat saat terjadi
tindakan kekerasan perilaku
yang dilakukan kekerasan
terhadap diri sendiri  motivasi klien
orang lain dan menceritakan
lingkungan kondisi
hubungan
dengan orang
lain
 motivasi kalian
menceritakan
jenis-jenis
tindakan
kekerasan yang
dialami yang
pernah
dilakukannya
 diskusikan
dengan klien
akibat negatif
kerugian cara
yang dilakukan
pada diri sendiri
orang lain dan
lingkungan
2. Setelah pertemuan Latihan
clan mengendalikan mengendalikan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan
yang dilakukan dengan dengan cara fisik
latihan cara fisik  peragakan cara
dengan kriteria hasil: melaksanakan
 mempraktekkan latihan fisik yang
tarik nafas dalam dipilih
 mempraktekkan  tarik napas
pukul bantal atau perlahan dalam
pukul kasur melalui hidung
mempraktekkan perut
olahraga untuk menggembung
mengeluarkan energi dada bergerak
minimal tahan
beberapa detik
lalu mulailah
menghembuskan
nafas perlahan
melalui mulut
sambil
mengerucutkan
bibir seolah akan
bersiul
 dengan teknik
yang sama tarik
nafas dalam
sambil pejamkan
mata lakukan 1-3
siklus sampai
clean rileks
setelah rileks
provokasi klien
dengan penyebab
perilaku
kekerasan yang
dilakukan
tampak rasa
jengkel clean
muncul lalu
lampiaskan rasa
jengkel dan
amarah klien
pada bantal atau
kasur
 anjurkan client
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
jengkel atau
marah
 masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
cara fisik
Pertemuan II Setelah dilakukan 2. Latihan
Klien mampu pertemuan kalian mengendalikan
mengendalikan dengan mengendalikan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan dengan
yang dilakukan dengan yang dilakukan dengan memanfaatkan obat.
memanfaatkan obat latihan memanfaatkan  Evaluasi
obat dengan kriteria kegiatan latihan
hasil: fisik beri pujian
 Klien latih cara
mengungkapkan mengontrol rpk
prinsip 6 benar dengan obat
obat menjelaskan  ( jelaskan 6
prinsip benar benar pasien
pasien, obat, benar obat benar
dosis,waktu, cara. dosir bener
 mengungkapkan waktu benar
komunitas minum cara dan
obat dan komunitas
pengobatan. obatnya)
 Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
fisik dan minum
obat.
Pertemuan III  Setelah pertemuan 3. Latihan
KLIEN MAMPU clean mengendalikan
MENGENDALIKAN mengendalikan perilaku kekerasan
PERILAKU perilaku kekerasan dengan cara verbal.
KEKERASAN YANG yang dilakukan  Evaluasi
DILAKUKAN dengan latihan kegiatan latihan
DENGAN CARA cara fisik dengan fisik dan obat
VERBAL ATAU kriteria hasil : beri pujian
ASERTIF mengungkapkan  latih cara
perasaan kesal mengontrol rpk
atau jengkel pada dengan cara
orang lain tanpa verbal ( tiga
menyakiti cara yaitu
 mengungkapkan mengungkapkan
keinginan secara , meminta,
asertif disertai menolak)
alasan  memasukkan
 mengungkapkan pada jadwal
penolakan secara kegiatan untuk
asertif disertai latihan fisik
alasan. minum obat dan
verbal.
Pertemuan IV Setelah pertemuan 4. Latihan
Klien mampu clean mengendalikan mengendalikan
mengendalikan perilaku kekerasan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang dilakukan dengan dengan cara spritual.
dengan cara spiritual latihan cara spiritual  Evaluasi
dengan kriteria hasil : kegiatan latihan
 Mengungkapkan fisik dan obat
kegiatan spiritual dan verbal beri
yang dapat pujian
mengurangi rasa  latih cara
jengkel atau mengontrol
marah spiritual dua
 melakukan kegiatan
wudhu, dzikir,  masukkan pada
berdoa, meditasi, jadwal kegiatan
 menjalankan untuk latihan
ibadah sesuai fisik, minum
agama dan obat, verbal,dan
Pertemuan V Setelah dilakukan 5. Latihan
Klien mampu pertemuan clean mengendalikan
mengendalikan mengendalikan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan dengan cara fisik,
dengan cara fisik, yang dilakukan verbal, obat, dan
obat, verbal, dan dengan latihan fisik spiritual.
spiritual obat, herbal, dan  Evaluasi
spiritual, dengan kegiatan latihan
kriteria hasil : fisik 12 dan obat
 Praktekkan dan verbal dan
latihan fisik spiritual dan
praktekkan beri pujian.
latihan obat  Nilai
praktekkan kemampuan
latihan verbal yang sudah
praktekkan diberi
latihan spiritual.  Nilai apakah rtk
sudah
terkontrol.
 
F. Evaluasi Keperawatan
13-06- Mahasiswa S:    
2021 perawat AKPER  Klien mengatakan kesal  
  Dharma Wacana O:  
   Klien tampak memelototkan matanya  
saat didekati
   
 Pandangan klien tampak tajam
     
  A : tidak ada  
  P: P:
09.00
 Berkenalan dengan pasien  Bina hubungan saling
10.00 percaya dengan membawa
 Melakukan pengkajian biodata
11.00 kertas dan pulpen.
 Menyelesaikan pengkajian hingga
  persiapan pulang  Evaluasi kembali arti kata
  “kesal”.
Tgl,jam Profesional Hasil asesmen pasien dan pemberian Instruksi PPA termasuk pasca VERIFIKASI DPJP (tulis
   identifikasi penyebab
pemberi asuhan pelayanan (dituliskan dengan format bedah (instruksi ditulis dengan nama, beri paraf tgl, jm)
  marah
SOAP/ADIME, disertai sasaran. Tulis nama, rinci dan jelas ) (DPJP harus
 
beri paraf pada akhir catatan membaca/interview
semua rencana asuhan)
Tgl,jam Profesional pemberi Hasil asesmen pasien dan pemberian pelayanan Instruksi PPA termasuk pasca bedah (instruksi
asuhan (dituliskan dengan format SOAP/ADIME, disertai ditulis dengan rinci dan jelas )
sasaran. Tulis nama, beri paraf pada akhir catatan

14-12-2021 Mahasiswa AKPER S:  


  Dharma Wacana  Klien mengatakan agak nyaman setelah tarik  
  nafas dalam  
   Klien mengatakan ketakutan saat suara itu  
  muncul  
  O:  
   Tampak tenang  
   Klien tampak ketakutan  
   Tampak gelisah  
   Klien tampak labil  
  A:  
   Resiko prilaku kekerasan  
   halusinasi  
    P:
  P:  Latih napas dalam
09.00  makukan terapi ativitas kelompok tentang  Latih pukul kasur/bantal
  halusinasi  Latih belajar menghardik
11.00  melatih napas dalam  Latih dengan cara verbal dan spritual
   melatih pukul bantal  Latih dengan cara bercakap-cakap
12.00  melatih belajar obat  Latih dengan kegiatan (merapihkan
   melatih belajar menghardik tempat tidur)
   
PEMBAHASAN
 
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.K dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung, maka pada BAB ini akan membahas kesenjangan antara teoritis
dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan yang meliputi pengumpulan
data, dan perumusan masalah. Data yang dikumpulkan adalah secara holistic, meliputi aspek biologi,
psikologi, sosial dan spiritual (Yusuf, 2015 dalam Madhani dan Kartika, 2020). Selama pengkajian
dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu pasien dan rekam medis pasien. Dari hasil
pengkajian didapatkan muncul risiko perilaku kekerasan yang ditandai dengan respon subjektif
pasien. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mudah gelisah sejak 2 minggu yang lalu, pasien
mengamuk dan marah-marah merusak barang yang ada dirumah.Sedangkan untuk data objektif,
pasien tampak gelisah, saat wawancara pasien berbicara dengan volume keras dan cepat dan emosi
pasien berubah-ubah.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Damaiyanti (2012) mengatakan diagnosa keperawatan adalah interpretasi diri dari data
pengkajian yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan, impementasi dan evaluasi. Menurut
Yosep (2010) dalam Nadek (2019) ada 7 diagnosa keperawatan jiwa sebagai berikut : Risiko perilaku
kekerasan, Harga diri rendah kronis, Gangguan persepsi sensori : Halusinasi, Isolasi Sosial, Waham dan
Risiko bunuh diri.

Diagnosa utama yang dianggkat pada Tn.K adalah rresiko perilaku kekerasan dengan didukung data
resiko perilaku kekerasan yang ditandai dengan respon subjektif pasien mengatakan bahwa pasien
mudah gelisah sejak 1 bulan yang lalu, pasien mengamuk dan marah-marah merusak barang yang ada
dirumah. Sedangkan untuk data objektif, pasien tampak gelisah, saat wawancara pasien berbicara
dengan volume keras, cepat dan marah-marah Emosi pasien berubah-ubah.
C. Intervensi Keperawatan

Menurut Dinarti dan Yuli (2017) intervensi keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan
penentuan langkah – langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan, rencana
tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis data dan diagnosa
keperawatan. Dari data subjektif dan objektif telah ditegakan diagnosa keperawatan yaitu resiko
perilaku kekerasan maka intervensi yang diberikan Tn.K adalah strategi pelaksanaan resiko perilaku
kekerasan dengan intervensi tarik nafas dalam.
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter dan Perry,
2011). Setelah merumuskan rencana keperawatan pada Tn.K dengan diagnosa resiko
perilaku kekerasan untuk selanjutan akan dilakukan implementasi keperawatan atau
tindakan keperawatan kepada Tn.K
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan menurut Kusumawati dan Yudi (2010), evaluasi merupakan proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP sebagai berikut, S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, A :
Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap ada,
muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi terhadap masalah yang ada, dan P : Tindak lanjut
berdasarkan hasil analisis respon pasien rencana tindak lanjut dapat berupa hal rencana dilanjutkan (jika
masalah tidak berubah) atau rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua
tindakan terapi hasil belum memuasakan) (Kusumawati dan Yudi, 2010). Hasil evaluasi tindakan
keperawatan pada Tn.K yang terakhir menunjukan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
melakukan latihan tarik nafas dalam, Pasien mengatakan sudah lebih tenang. Data objektif pasien tampak
kooperatif dan pasien tampak nyaman. Assessment atau penilaian resiko perilaku kekerasan tidak
tampak.Perencanaan untuk pasien anjurkan untuk berlatih tarik nafas dalam,2 kali 1 sesi.
Dapat disimpulkan bahwa Tn.K dapat mengontrol marah pada resiko perilaku kekerasannya.
Dari hasil diatas maka intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan kepada Tn.K
efektif karena resiko perilaku kekerasan sudah tidak tampak. Hal ini sesui juga dengan teori
yang dinyatakan oleh Purwanto (2013), manfaat tarik nafas dalam antara lain mengontrol
marah dan memperbaiki setres,membantu memperbaiki kesehatan fisik dan mental
KESIMPULAN
 
Kekerasan merupakan hasil kemarahan yang ekstrim (memuncak) atau perasaan takut
(panik), kemarahan biasanya terjadi dalam berespon menanggapi ancaman yang dirasakan,
hal ini mungkin berupa ancaman cedera fisik atau lebih sering merupakan ancaman pada
konsep diri. Penyebab kemarahan atau risiko perilaku kekerasan secara umum adalah:
kebutuhan yang tidak terpenuhi, menyinggung harga diri dan harapan tidak sesuai dengan
kenyataan.

Pemberian intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko prilaku kekerasan
bertujuan agar klien mampu mengidentifikasi dan mengontrol prilaku kekerasan yang dialami
dalam hal ini intervensi dilakukan sesuai dengan penegakan intervensi SIKI dalam mengatasi
resiko prilaku kekerasan Manfaat tarik nafas dalam antara lain mengontrol marah dan
memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress membantu memperbaiki kesehatan fisik
dan mental
Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.K yang terakhir menunjukan respon subjektif
pasien mengatakan bersedia diajarkan tarik nafas dalam, Pasien mengatakan sudah lebih
tenang. Data objektif pasien tampak kooperatif dan pasien tampak nyaman. Assessment
atau penilaian resiko perilaku kekerasan tidak tampak. Perencanaan untuk pasien anjurkan
untuk berlatih tarik nafas dalam 2 kali 1 sesi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Resti (2014) menyebutkan bahwa
tarik nafas dalam juga dapat memberikan efek psikologis. Setelah melaksanakan tarik
nafas dalam responden menjadi lebih tenang dalam berfikir dan dapat mengelola rasa
marah dan pernafaasannya.
 
 
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai