K DENGAN
MASALAH UTAMA RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG NURI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG
b. Risiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai seseorang, baik
secara fisik maupun psikologis (Keliat, 2010).
c. American Psychological Association (Townsend, 2009, dalam Satrio, dkk, 2015) mengemukakan
bahwa kekerasan/kemarahan adalah keadaan emosional yang bervariasi dalam intensitas ringan hingga
kemarahan yang intens (berat), hal ini disertai dengan perubahan fisiologis dan biologis, seperti
peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormon epinerphrine dan norepinerphine.
d. Stuart, (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) mengemukakan perilaku agresif adalah suatu kondisi dimana
seseorang mengabaikan hak orang lain, dia menganggap bahwa harus berjuang untuk
kepentingannya dan mengharapkan perilaku yang sama dari orang lain, bagi dia hidup adalah
pertempuran yang dapat mengakibatkan kekerasan fisik atau verbal, perilaku agresif sering terjadi
akibat kurang kepercayaan diri.
Perilaku Kekerasan merupakan respon kemarahan. Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam
rentang adaptif sampai maladaptif (Keliat & Sinaga, 1991 dalam Satrio, dkk, 2015). Rentang
respon marah menurut Stuart dan Sundeen (1995 dalam Satrio, dkk, 2015) dijelaskan dalam
skema 2.2 dimana agresif dan amuk (perilaku kekerasan) berada pada rentang respon yang
maladaptif.
Skema 2.2 Rentang Respon Marah Menurut Stuart dan Sundeen (1995 dalam Satrio, dkk, 2015)
Tahapan perilaku agresif atau risiko perilaku kekerasan: (Fontaine, 2009 dalam Satrio, dkk,
2015)
Tahap 1: Tahap Memicu
Perasaan : Kecemasan
Perilaku : Agitasi, mondar-mandir, menghindari kontak
Tindakan perawat :Mengidentifikasi faktor pemicu, mengurangi kecemasan,
memecahkan masalah.
Tahap 2: Tahap Transisi
Perasaan : Marah
Perilaku : Agitasi meningkat
Tindakan Perawat :Jangan tangani marah dengan amarah, menjaga pembicaraan,
menetapkan batas dan memberikan pengarahan, mengajak kompromi,
Tahap 3: Krisis
Perasaan : Peningkatan kemarahan dan agresi
Perilaku :Agitasi,gerakan mengancam,
Tindakan Perawat : Lanjutkan intervensi tahap 2, dalam lipatan ruang pribadi,
hangat (tidak mengancam) konsekuensi, cobalah untuk menjaga komunikasi
Tahap 4: Perilaku Merusak
Perasaan : Marah
Perilaku : Menyerang; merusak
Tindakan Perawat :Lindungi klien lain, menghindar, melakukan pengekangan
fisik
Tahap 5: Tahap Lanjut
Perasaan : Agresi
Perilaku : Menghentikan perilaku terang-terangan destuctive,
Tindakan Perawat : Tetap waspada karena perilaku kekerasan baru masih
memungkinkan, hindari pembalasan atau balas dendam
Tahap 6: Tahap Peralihan
Perasaan : Marah
Perilaku : Agitasi, mondar-mandir
Tindakan Perawat : Lanjutkan fokus mengatasi masalah utama
4. Faktor Resiko RPK Menurut SDKI (2016)
a. Pemikiran waham/delusi
b. Curiga pada orang lain
c.Halusinasi
d. Berencana bunuh diri
e. Disfungsi sistem keluarga
f. Kerusakan kognitif
g. Disorientasi atau konfusi
h. Kerusakan kontrol implus
i. Persepsi pada lingkungan tidak akurat
j. Alam perasaan depresi
k. Riwatar kekerasan pada hewan
l. Kelainan neurologis
m. Lingkungan tidak teratur
n. Penganiayaan atau pengabaian anak
o. Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain
p. Impulsif
q.Ilusi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon maladaptif dari marah. Marah adalah
emosi yang kuat; ketika ditolak atau dipendam dapat memicu masalah fisik seperti sakit
kepala migrain, radang usus dan bahkan penyakit jantung koroner; ketika ditujukan
kedalam diri sendiri, marah dapat mengakibatkan depresi dan harga diri rendah; ketika
diungkapkan tidak dengan tepat, dapat memperburuk hubungan; ketika ditekan/supresi,
marah dapat berubah menjadi kebencian yang sering dimanifestasikan dengan perilaku
diri yang negatif dari pasif sampai agresif (Townsend, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
1. Faktor predisposisi
a. Faktor Biologi
Faktor predisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai suatu keadaan atau
faktor risiko yang dapat mempengaruhi peran manusia dalam menghadapi stressor.
b. Imunovirologi
Karakteristik biologis lain yang berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah riwayat
penggunaan obat NAPZA dan frekuensi di rawat. Penggunaan NAPZA akan mempengaruhi
fungsi otak, mempengaruhi terapi dan perawatan yang diberikan (Dyah, 2009).
c. Faktor Psikologis
Menurut Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015) yang termasuk dalam faktor
psikologis diantaranya kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri, dan pertahanan
psikologi.
d. Faktor Sosial Budaya
Karakteristik yang termasuk pada sosial budaya seperti: usia, jenis kelamin, ras, status
perkawinan, pendidikan dan tingkat sosial ekonomi (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009),
riwayat perilaku kekerasan di masa lalu (Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor Biologi
Stressor presipitasi adalah stimuli yang diterima individu sebagai tantangan, ancaman
atau tuntutan. Stressor presipitasi perilaku kekerasan dari faktor biologi dapat disebabkan
oleh gangguan umpan balik di otak yang mengatur jumlah dan waktu dalam proses
informasi. Stimuli penglihatan dan pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus
dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila informasi yang sampaikan terlalu
banyak pada suatu waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus frontal mengirimkan
pesan overload ke ganglia basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk memperlambat
transmisi ke lobus frontal. Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan gangguan
pada proses umpan balik dalam penyampaian informasi yang menghasilkan proses
informasi overload (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
b. Faktor Psikologis
Pemicu perilaku kekerasan dapat diakibatkan oleh toleransi terhadap frustasi yang rendah,
koping individu yang tidak efektif, impulsive dan membayangkan atau secara nyata adanya
ancaman terhadap keberadaan dirinya, tubuh atau kehidupan. Dalam ruang perawatan
perilaku kekerasan dapat terjadi karena provokasi petugas, perilaku kekerasan klien terjadi
pada setting ini dimana petugas merasa memiliki sikap otoriter dan cenderung
mengatur/controlling; mengatur apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh klien;
menahan klien bertentangan dengan keinginan klien dan memaksa untuk minum obat, semua
itu berkontribusi terjadi konflik petugas dan klien (Fontaine, 2009).
– Pernah dirawat ? □ Tidak □Ya, jika ya jelaskan tempat dan waktu perawatan Jelaskan :
Klien mengatakan baru saja dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada
september lalu. Keluarga mengatakan sejak 2014 klien sudah mengalami gangguan mental.
• 2. Penyakit yang pernah dialami : tidak ada
• 3. Riwayat operasi : Klien tidak pernah menjalani operasi
• 4. Riwayat alergi : □Tidak □ Ya, Sebutkan : -
• Reaksi Alergi : Klien tidak memiliki alergi makanan ataupun obat-obatan
• 5. Riwayat penggunaan/ketergantungan terhadap zat
( waktu,jenis,frekuensi,jumlah dan lama penggunaan )
• □ Obat-obatan□√Rokok □ NAPZA □ Lainnya, Sebutkan : -
• Jelaskan : Klien mengatakan pengobatan rawat jalan untuk mengatasi masalah
mental ynag dialami klien dan klien mengatakan sebagai perokok aktif
RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
X X X
Keterangan Genogram :
Klien mengatakan anak kedua dari 5 bersaudara keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit seperti dirinya klien selama ini sering bertengkar
dengan istrinya pengambilan keputusan sesalu diambil oleh istrinya dan klien
tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan.
Masalah keperawatan: koping keluarga tidak efektif
PERSEPSI KESEHATAN
Keluhan fisik :
• □ tidak □ ya , jika ya sebutkan : -
• TD : 140/90mmhg nadi : 80x/m RR : 20 x/m Suhu: 36,5◦c
• Pemeriksaan head to toe :
• a. kepala
• -tidak ada benjolan atau lesi,rambut hitam,dan kulit kepala kotor
• -mata : pupil isokor,konjungtiva anemis warna merah muda
• -hidung : tidak ada lesi atau luka,tidak ada sumbatan lubang hidung
• -mulut : tidak ada lesi atau sariawan pada bibir,gigi tampak kotor
• b. leher
• tidak ada lesi atau pembesaran kelenjar tiroid
• c. dada
• tidak ada lesi atau benjolan,tidak ada nyeri tekan
• d. abdomen
• tidak ada benjolan,tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan
• e. ekstremitas
• ekstremitas atas dan bawah dapat digerakkan tanpa nyeri atau kekakuan, kuku kaki bersih.
•
Penilaian Nyeri
Keluhan nyeri : tidak ada nyeri yang dirasakan klien(0)
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total score 0
Terkendali teratur 2
Mandiri 2
Mandiri 2
Mandiri 3
Mandiri 3
Mandiri 2
Butuh pertolongan 1
Mandiri 2
Mandiri 2
Total score 21
RESIKO JATUH/CEDERA (Berdasarkan Edmonson Scale)
Berdasarkan penilaian tidak ada resiko jatuh
Parameter Score
8
Usia ≥ 50 tahun
10
50-79 tahun
26
≥ 80 tahun
-4
Status mental Sadar penuh dan orientasi waktu baik
13
Agitasi/cemas
13
Sering bingung
Bingung dan disorientasi
8
Eliminasi Mandiri untuk BAB dan BAK
12
Memakai kateter/astomy
10
BAB dan BAK dengan bantuan
12
Gangguan eliminasi (inkonensia,banyak BAK dimalam
hari,sering BAB dan BAK)
12
Inkonensia tetapi bisa ambulasi mandiri
10
Medikasi Tidak ada pengobatan yang diberikan
10
Obat-obatan jantung
Atau
12
Meningkatnya dosis obat yang dikonsumsi /ditambahkan
dalam 24 jam terakhir
10
Diagnosis Bipolar /gangguan scizoaffective
8
Penyalahgunaan zat terlarang dan alcohol
10
Gangguan depresi mayor
Dimensia /delitrium 12
Ambulasi/ Keseimbangan 7
Ambulasi stabil dan langkah stabil atau pasien imboil
8
Penggunaan alat bantu yang tepat(tongkat,woker,tripod,dll)
10
Vertigo/hipotensi ortostatik/kelemahan
8
Langkah tidak stabil,butuh bantuan dan menyadari
Tidakkemampuannya
Langkah setabil,butuh bantuan dan tidak menyadari 8
Ketidakmampuannya
TOTAL SKOR 53
KATEGORI RISIKO RR
Kategori : < 90 = Resiko rendah (RR) > 90 = Resiko tinggi (RT) Masalah
Keperawatan : Tidak ada masalah
PSIKOSOSIAL
1.Konsep Diri
a).Citra tubuh :
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuh nya yang paling disukai kumis karena menganggap lebat beda dari
orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada
b).Identitas diri :
Klien mengatakan bahwa dirinya berperan sebagai lelaki klien mengatakan dirinya ingin bekerja sebagai petani dan
peternak kambing saat sudah sehat nanti
Masalah keperawatan : tidak ada
c).Peran :
Klien mengatakan perannya sebagai seorang suami dan ayah untuk mencari nafkah namun pada saat dirawat klien tidak
bisa melakukan perannya sebagai kepala rumah tangga
Masalah keperawatan : penampilan peran tidak efektif (D.0125)
d).Ideal diri :
Klien mengatakan ingin segera berkumpul dengan keluarganya dirumah dan lingkungannya dapat menerimanya
Masalah keperawatan : tidak ada
e).Harga diri
Klien mengatakan tidak dapat berperan menjadi lelaki dewasa yang tidak bekerja sehingga malu karena tidak bisa
menafkahi keluarganya.Pasien tampak menunduk klien tampak lesu.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
2. Spiritual
a). Nilai dan keyakinan :
Klien beragama islam, klien merasa tidak sakit jiwa
b). Kegiatan ibadah :
Klien selama dirumah sakit selalu melakukan ibadah seperti sholat 5 waktu dan juga berdoa setiap hari.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
.
3. Hubungan Sosial
a). Orang yang berarti :
Klien mengatakan ayahnya orang yang paling berarti karena sejak kecil selalu ada waktu untuknya. Sedangkan ibunya selalu sibuk
bekerja diluar rumah sehingga tidak ada waktu untuknya. dirumah sakit tidak ada.
b).Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat/sekolah:
Klien mengatakan tidak memiliki kegiatan kelompok disekitar lingkungan. Tetapi saat dirumah sakit jiwa hanya mengikuti kegiatan
rehabilitasi. Pada saat kegiatan klien tampak mengantuk. Klien menyendiri dan jarang bicara dengan orang lain. Klien mengatakan
sangat betah dirumah dan tidak pergi kemana-mana.
c).Hambatan dalam hubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain karena merasa malu,dan tidak ikut sertakan dalam kegiatan.klien tidak
mau bicara banyak dan tidak punya kemampuan apapun untuk mengobrol. Klien terlihat minder. Klien susah bergaul ke orang lain.
Klien dijauhi keluarga karena suka mengamuk.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial (D.0121) dan harga diri rendah (D.0086)
STATUS MENTAL
1. Penampilan
□Bersih □Tidak rapi □ Cara berpakaian tidak seperti biasanya
□ Rapi □Kotor □ Penggunaan pakaian tidak sesuai
Jelaskan: Klien tampak rapi, klien mengatakan senang menggosok gigi,klien mandi 2x sehari
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah
2. Pembicaraan
□ Sesuai □Cepat □ Keras □ Apatis Inkoheren
□ Mendominasi □ Mengancam □ Lambat □ Gagap Membisu
Jelaskan :
Selama melakukan wawancara klien tampak menjawab semua pertanyaan
namun klien selalu mengulangi pembicaraan
Masalah Keperawatan :resiko perilaku kekerasan
9. Isi Pikir
□ Sesuai □ Obsesi □ Fobia □ Hipokondria
□ Pikiran magis □ Ide yang terkait □ Depersonalisasi □ Agama
□ Waham □ Kebesaran □ Curiga □ Nihilistik
Jelaskan:
klien mengatakan jika ada orang yang berbicara dengannya klien sekaku
merespon dengan baik
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
13 .Kemampuan penilaian
□Gangguan ringan □ Gangguan bermakna
Jelaskan: klien mengalami gangguan ringan namun klien mampu mengambil
keputusan yang sederhana walau dengan bantuan orang lain
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
• DS :
• Klien mengatakan sering marah-marah
• Klien mengatakan sering membanting barang ketika marah
• Klien mengatakan merasa kesal
• Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam pada saat malam hari,saat sedang sendiri
• Klien mengatakan mendengar suara-suara yang mengajaknya berbicara tentang kematian
• Klien mengatakan merasa malu saat mengingat bahwa iya pernah dituduh mencuri
• Klien mengatakan merasa tidak dihargai oleh keluarganya
• Klien mengatakan tidak mampu mengatasi masalah yang dialami
• Klien mengatakan komunikasi dengan keluarganya kurang
• Klien mengatakan ingin bertemu dengan anak dan cucunya
• Klien mengatakan saat dirumah klien sering bertengkar dengan istrinya
• Klien mengatakan tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan dalam keluarganya
• Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya
• Klien mengatakan tidak mengetahui tentang fungsi obat yang dikonsumsinya
• Klien mengatakan berperan sebagai seorang ayah dan suami namun saat sedang dirawat
• Klien tidak bisa menjalani perannya
• Klien mengatakan lebih suka menyendiri
• Klien mengatakan susah bergaul ke orang lain.
• Klien mengatakan dijauhi keluarga karena suka mengamuk
• DO :
• Klien tampak berbicara cepat dan keras
• Jkien tampak mondar mandir
• Emosi klien tampak labil
• Pandangan klien tampak tajam
• Klien tampak berbicara sendiri
• Konsentrasi klien buruk
• Kontak mata klien tampak berkurang
• Klien tampak berjalan menunduk
• Klien tampak bingung
• Klien tampak melamun
• Klien tampak tidak meminum obat dengan rutin
• Klien tampak tidak berperan sesuai dengan umurnya
• Klien tampak sedih
• klien tampak menyendiri
• klien tampak lesu
• klien tidak mau bicara banyak
• Klien terlihat minder
• B. ANALIS DATA
NO DATA MASALH
1 DS : Resiko prilaku kekerasan
Klien mengatakan sering marah-marah
Klien mengatakan sering membanting barang
ketika marah
Klien mengatakan mengatan merasa kesal
DO :
Pandangan klien tampak tajam
Klien tampak berbicara cepat dan keras
Klien tampak mondar - mandir
Klien tampak labil
DS :
2.
Klien mengatakan melihat bayangan hitam
yang mendekatinya, dan mendengar ada yang
berbicara dengannya untuk menyuruhnya
marah
Halusinasi
DO :
Klien tampak berbicara sendiri
. Konsentrasi klien buruk
DS : Harga diri rendah
Klien mengatakan malu saat mengingat bahwa
iya pernah dituduh mencuri
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang
peduli dengan nya
DO
Kontak mata klien tampak kurang
Klien merasa malu
Klien tampak menunduk
DS :
Klien mengatakan tidak mampu mengatasi Koping individu tidak efektif
masalah yang dialami
Klien mengatakan komunikasi dengan
keluarganya kurang
DO :
Klien tampak bingung
Koping keluarga tidak efektif
DS :
Klien mengatakan ingin bertemu dengan anak
dan cucunya
Klien mengatakan saat dirumah klien sering
bertengkar dengan istrinya
Klien mengatakan tidak diberi kesempatan untuk
mengambil keputusan dalam keluarganya
DO :
Klien tampak melamun
Defisit pengetahuan
DS :
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang
fungsi obat yang dikonsumsi
DO :
Klien tidak meminum obat dengan rutin
RPK
halusinasi
penampilan peran
Tidak efektif
Isolasi sosial
DEFISIT PENGETAHUAN
koping individu tidak efektif
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan yang meliputi pengumpulan
data, dan perumusan masalah. Data yang dikumpulkan adalah secara holistic, meliputi aspek biologi,
psikologi, sosial dan spiritual (Yusuf, 2015 dalam Madhani dan Kartika, 2020). Selama pengkajian
dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu pasien dan rekam medis pasien. Dari hasil
pengkajian didapatkan muncul risiko perilaku kekerasan yang ditandai dengan respon subjektif
pasien. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mudah gelisah sejak 2 minggu yang lalu, pasien
mengamuk dan marah-marah merusak barang yang ada dirumah.Sedangkan untuk data objektif,
pasien tampak gelisah, saat wawancara pasien berbicara dengan volume keras dan cepat dan emosi
pasien berubah-ubah.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Damaiyanti (2012) mengatakan diagnosa keperawatan adalah interpretasi diri dari data
pengkajian yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan, impementasi dan evaluasi. Menurut
Yosep (2010) dalam Nadek (2019) ada 7 diagnosa keperawatan jiwa sebagai berikut : Risiko perilaku
kekerasan, Harga diri rendah kronis, Gangguan persepsi sensori : Halusinasi, Isolasi Sosial, Waham dan
Risiko bunuh diri.
Diagnosa utama yang dianggkat pada Tn.K adalah rresiko perilaku kekerasan dengan didukung data
resiko perilaku kekerasan yang ditandai dengan respon subjektif pasien mengatakan bahwa pasien
mudah gelisah sejak 1 bulan yang lalu, pasien mengamuk dan marah-marah merusak barang yang ada
dirumah. Sedangkan untuk data objektif, pasien tampak gelisah, saat wawancara pasien berbicara
dengan volume keras, cepat dan marah-marah Emosi pasien berubah-ubah.
C. Intervensi Keperawatan
Menurut Dinarti dan Yuli (2017) intervensi keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan
penentuan langkah – langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan, rencana
tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis data dan diagnosa
keperawatan. Dari data subjektif dan objektif telah ditegakan diagnosa keperawatan yaitu resiko
perilaku kekerasan maka intervensi yang diberikan Tn.K adalah strategi pelaksanaan resiko perilaku
kekerasan dengan intervensi tarik nafas dalam.
D. Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan menurut Kusumawati dan Yudi (2010), evaluasi merupakan proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP sebagai berikut, S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, A :
Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap ada,
muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi terhadap masalah yang ada, dan P : Tindak lanjut
berdasarkan hasil analisis respon pasien rencana tindak lanjut dapat berupa hal rencana dilanjutkan (jika
masalah tidak berubah) atau rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua
tindakan terapi hasil belum memuasakan) (Kusumawati dan Yudi, 2010). Hasil evaluasi tindakan
keperawatan pada Tn.K yang terakhir menunjukan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
melakukan latihan tarik nafas dalam, Pasien mengatakan sudah lebih tenang. Data objektif pasien tampak
kooperatif dan pasien tampak nyaman. Assessment atau penilaian resiko perilaku kekerasan tidak
tampak.Perencanaan untuk pasien anjurkan untuk berlatih tarik nafas dalam,2 kali 1 sesi.
Dapat disimpulkan bahwa Tn.K dapat mengontrol marah pada resiko perilaku kekerasannya.
Dari hasil diatas maka intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan kepada Tn.K
efektif karena resiko perilaku kekerasan sudah tidak tampak. Hal ini sesui juga dengan teori
yang dinyatakan oleh Purwanto (2013), manfaat tarik nafas dalam antara lain mengontrol
marah dan memperbaiki setres,membantu memperbaiki kesehatan fisik dan mental
KESIMPULAN
Kekerasan merupakan hasil kemarahan yang ekstrim (memuncak) atau perasaan takut
(panik), kemarahan biasanya terjadi dalam berespon menanggapi ancaman yang dirasakan,
hal ini mungkin berupa ancaman cedera fisik atau lebih sering merupakan ancaman pada
konsep diri. Penyebab kemarahan atau risiko perilaku kekerasan secara umum adalah:
kebutuhan yang tidak terpenuhi, menyinggung harga diri dan harapan tidak sesuai dengan
kenyataan.
Pemberian intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko prilaku kekerasan
bertujuan agar klien mampu mengidentifikasi dan mengontrol prilaku kekerasan yang dialami
dalam hal ini intervensi dilakukan sesuai dengan penegakan intervensi SIKI dalam mengatasi
resiko prilaku kekerasan Manfaat tarik nafas dalam antara lain mengontrol marah dan
memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress membantu memperbaiki kesehatan fisik
dan mental
Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.K yang terakhir menunjukan respon subjektif
pasien mengatakan bersedia diajarkan tarik nafas dalam, Pasien mengatakan sudah lebih
tenang. Data objektif pasien tampak kooperatif dan pasien tampak nyaman. Assessment
atau penilaian resiko perilaku kekerasan tidak tampak. Perencanaan untuk pasien anjurkan
untuk berlatih tarik nafas dalam 2 kali 1 sesi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Resti (2014) menyebutkan bahwa
tarik nafas dalam juga dapat memberikan efek psikologis. Setelah melaksanakan tarik
nafas dalam responden menjadi lebih tenang dalam berfikir dan dapat mengelola rasa
marah dan pernafaasannya.
TERIMAKASIH