Anda di halaman 1dari 91

Tinjauan Farmakoterapi

Saraf dan Perilaku

Dr. Diana Wijaya, Sp. FK


Farmakoterapi
Gangguan Saraf
NYERI KEPALA
Rasa nyeri pada daerah atas kepala memanjang dari orbita sampai ke
daerah belakang kepala (diatas garis orbitomeatal)

Nyeri fasial  rasa nyeri pada daerah muka (di bawah garis orbito
meatal)
Tujuan pengobatan
1. Menekan periode serangan
2. Menghentikan serangan akut
3. Mengurangi frekuensi
4. Mengurangi berat/intensitas
Terapi
• O2 murni dengan memakai masker 8-10 l/menit selama 15
menit
• Ergotamin tartrat
• Tetes hidung lidocain 4%
• Sumatriptan
• Indometasin
• Opiods
• Gabapentin atau topiramat
• Zolmitriptan
• Methoxyflurane
Terapi
Kriteria terapi preventif :
• Sulit hilang dengan terapi abortif
• Serangan tiap hari dan durasi > 15 menit
• Bersedia minum obat setiap hari Terapi preventif :

Verapamil, steroid, lithium, methysergid, neuroleptik(cpz),


konidin, ergotamin tartrat, indometasin, opioid
Vertigo
• Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan
ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi
yang mendasarinya.
• Pengurangan asupan garam dan penggunaan diuretik
disarankan untuk mengurangi tekanan endolimfatik.
• Untuk BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), dapat
dicoba dengan “bedside maneuver” yang disebut dengan
“Epley particle repositioning maneuver”, seperti pada gambar
di bawah ini2 :
Tujuan
• Eliminasi keluhan vertigo,
• Memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler,
• Mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif.
Antikolinergik
• Pilihan utama penanganan vertigo, yang paling banyak
dipakai adalah skopolamin dan homatropin.

• Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu


sediaan antivertigo.

• Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui


reseptor
Muskarinik
• Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek rata-rata 4
jam
• Efek samping
- Hambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan
memori dan kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia)
- Hambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual, mulut
kering, konstipasi, dan gangguan berkemih
Antihistamin
• Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker)
• Antivertigo yang paling banyak diresepkan untuk kasus
vertigo
• Macam obat : difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat,
meklozin, dan prometazin.
• Mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral.
• Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian
penghambat histamin-1.
• Obat diberikan per oral, dengan lama kerja bervariasi mulai
dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12 jam (misalnya,
meklozin).
Histaminergik
• Betahistin merupakan prekrusor histamin.
• Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di
daerah telinga tengah dan sistem vestibuler.
• Pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik, dengan
kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam.
• Efek samping relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan
nyeri kepala dan mual.
Antidopaminergik
• Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol
keluhan mual pada pasien dengan gejala mirip vertigo.
• Sebagian besar antidopaminergik merupakan neuroleptik
• Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4-12 jam.
• Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai antiemetik,
seperti domperidon dan metoklopramid.
• Efek samping : Hipotensi ortostatik, Somnolen, gejala
ekstrapiramidal (diskinesia tardif, parkinsonisme, distonia
akut, dan sebagainya).
Benzodiazepin
• Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan
berikatan di tempat khusus pada reseptor GABA.
• Efek sebagai supresan vestibuler terjadi melalui mekanisme
sentral. Efek farmakologis utama : sedasi, hipnosis, penurunan
kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd, serta
antikonvulsan.
• Beberapa obat golongan ini yang sering digunakan adalah
lorazepam, diazepam, dan klonazepam.
Antagonis kalsium
• Menghambat kanal kalsium di dalam sistem vestibuler, sehingga akan
mengurangi jumlah ion kalsium intrasel
 supresan vestibuler.
• Penghambat kanal kalsium : Flunarizin dan Sinarizin
• Mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta antihistamin.
• Diberikan per oral.
• Waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah 2 bulan,
kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan
setelah pengobatan dihentikan.
• Efek samping jangka pendek adalah efek sedasi dan peningkatan berat
badan.
• Efek jangka panjang adalah depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi efek
samping ini lebih banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
Simpatomimetik,
• efedrin dan amfetamin,
• Mempunyai efek adiksi.

Asetilleusin
• prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler
aferen, serta diperkirakan mempunyai efek sebagai “antikalsium”
pada neurotransmisi.
• Efek samping: gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di
tempat injeksi.

Lain-lain
• ginkgo biloba, piribedil (agonis dopaminergik), dan ondansetron.
Migraine
• Migren menimbulkan nyeri kepala sedang hingga berat
disertai foto-fonofobia, mual, muntah, dan aktivitas rutin
umumnya memperparah gejala-gejala tersebut, sering kali
berdampak nyata.
• Terapi akut serangan migren menjadi hal krusial.
• Tujuan pengobatan akut sebagai terapi cepat yang cost-eff
ective dengan reduksi disabilitas yang konsisten tanpa
kekambuhan nyeri kepala.
Terapi
• The International Headache Society (IHS) menetapkan efikasi
pengobatan migren akut dengan respons bebas nyeri pada 2 jam
pertama.
• Penderita harus mengerti tentang migren dan cara penanganan saat
serangan, menghindari faktor pencetus, misalnya dengan teratur tidur,
makanan, latihan dan menghindari stres.
• Harapan pasien dalam pengobatan migren akut adalah (a) bebas nyeri,
(b) tidak berulang, (c) onset cepat.
• Catatan harian nyeri kepala/kalender perlu dalam membantu
identifikasi serangan migren, faktor pencetus, dan keberhasilan
pengobatan.
• Pengobatan terbaik adalah efikasi tinggi, efek samping minimal, dan
harga murah.
Terapi
• Strategi Pengobatan Terdapat dua pendekatan pengobatan akut
serangan migren, yaitu stepped care dan stratified care.

Stepped Care Terdapat dua langkah yaitu,


1. Step care across attacks dimulai non spesifik (pengobatan
sederhana atau kombinasi), apabila tidak memuaskan dosis
ditingkatkan sampai hasilnya memuaskan.
2. Stepped care within attacks, pada saat serangan dimulai
pengobatan non spesifikSetelah 2 jam bila perlu diberi obat
migren spesifik
Terapi
Stratified Care
• Pemilihan awal pengobatan berdasarkan pengobatan yang
dibutuhkan oleh pasien dengan mengevaluasi beratnya
disabilitas dari serangan migrennya dan kemudian diberikan
pengobatan spesifik untuk menghindari kelanjutan
disabilitasnya.
• Pendekatan disabilitas ini sebagai petanda beratnya suatu
penyakit
Terapi
Obat migren abortif dibagi menjadi dua bagian yaitu: golongan non
spesifik dan spesifik.
• Abortif nonspesifik; untuk serangan ringan sampai sedang atau
serangan berat atau berespons baik terhadap obat yang sama, dapat
dipakai golongan analgesik yang dijual bebas
• Abortif spesifik; bila tidak responsif terhadap analgesik, dipakai
obat spesifik, seperti golongan triptan (naratriptan, rizatriptan,
sumatriptan, zolmitriptan), dihidroergotamin (DHE)

Obat Migren Nonspesifik Digunakan sebagai lini pertama


pengobatan migren dengan nyeri kepala derajat sedang.
Terapi
• Obat-Obat Spesifik Triptan (agonis 5-HT1B/1D) Digunakan pada
migren sedang sampai berat atau migren ringan sampai sedang yang
tidak responsif terhadap analgesik atau NSAID.
• Sumatriptan subkutan lebih efektif karena cepat mencapai efek
terapeutik (±15 menit) pada 70-82% penderita.
• Penderita harus mencoba satu macam obat untuk 2-3 kali serangan
sebelum menukar dengan jenis triptan lain.
• Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan semua jenis triptan:
dada rasa tertekan, nausea, parestesi, fatigue.
• Kontraindikasi umumnya pada hipertensi arterial yang tidak diobati,
penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler, penyakit Raynaud,
kehamilan dan laktasi, usia di bawah 18 tahun (kecuali sumatriptan nasal
spray) dan di atas 65 tahun, penyakit hati, atau gagal ginjal.
Terapi
• Alkaloid ergot Penelitian komparatif melaporkan bahwa efikasi triptan lebih baik
daripada alkaloid ergot.
• Keuntungan penggunaan alkaloid ergot adalah rekurensinya lebih rendah pada
beberapa pasien.
• Obat golongan ini sebaiknya digunakan terbatas pada pasien dengan serangan
migren yang sangat panjang atau dengan rekurensi yang reguler.
• Senyawa satu-satunya yang memiliki bukti efi \kasi cukup adalah ergotamin
tartrat dan dihydroergotamine 2 mg (oral dan suppositoria).
• Alkaloid ergot dapat menginduksi drug overuse headache sangat cepat pada
dosis sangat rendah. Karena itu, penggunaannya dibatasi hanya sampai 10 hari
saja per bulan.
• Efek samping utama adalah nausea, muntah, parestesia, dan ergotisme.
• Kontraindikasi obat ini pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler, penyakit Raynaud, hipertensi, gagal ginjal, kehamilan dan masa
laktasi.14-16
Antiemetik
• Antiemetik pada serangan migren akut direkomendasikan
untuk pengobatan nausea dan potensi emesis
• Diasumsikan obat-obat antiemetik ini meningkatkan resorbsi
analgetik.
• Metoklopramid 20 mg direkomendasikan untuk dewasa dan
remaja.
• Anak anak sebaiknya diberi domperidon 10 mg karena
kemungkinan efek samping ekstrapiramidal pada penggunaan
metoklopramid
Kesimpulan
• Terapi farmakologi migren akut ditujukan untuk menghentikan
proses migren secara menyeluruh dengan cepat dan konsisten.
• Gunakan stratified care menggunakan golongan triptan dengan
dosis dan formula optimal pada kunjungan awal kasus berat.
• Apabila golongan triptan tidak mengurangi serangan dalam
waktu 2-3 jam, atau menyebabkan efek samping, ganti dengan
triptan urutan ke tiga.
• Pertimbangkan menambah golongan NSAID dosis tinggi
untuk meningkatkan efektivitas kerja triptan.
Epilepsi
In epilepsy, there is
a problem with the
electrical messages
in the brain.
Hal-hal yg perlu diperhatikan dalam
pengobatan epilepsi :
• Tujuan pengobatan : membebaskan penderita dari serangan
epilepsi dengan dosis yang memadai tanpa menimbulkan gejala
toksik
• pengobatan epilepsi : sifat individual dan berlangsung lama,
minimal 2-3 thn bebas serangan
• Sekitar 75% kasus dapat ditanggulangi baik dengan satu /
kombinasi obat
• Dianjurkan pengobatan dengan satu jenis obat
Prinsip umum terapi epilepsi:
o Monoterapi lebih baik  mengurangi potensi adverse effect,
meningkatkan kepatuhan pasien, tidak terbukti bahwa politerapi
lebih baik dari monoterapi dan biasanya kurang efektif karena
interaksi antar obat justru akan mengganggu efektivitasnya dan
akumulasi efek samping dg politerapi
o jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-sedatif, jika
gagal baru diberi sedatif atau politerapi
o hindari atau minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif 
toleransi, efek pada intelegensia, memori, kemampuan motorik
bisa menetap selama pengobatan
o berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya
o Memperhatikan risk-benefit ratio terapi
o Penggunaan obat harus sehemat mungkin dan sedapat
mungkin dalam jangka waktu pendek
o mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan
sesuai dg kondisi klinis pasien  penting : kepatuhan
pasien
o ada variasi individual terhadap respon obat antiepilepsi
 perlu pemantauan ketat dan penyesuaian dosis
o jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan
 pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain
(jgn politerapi)
o lakukan monitoring kadar obat dalam darah  jika
mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat juga
kondisi klinis pasien
Obat-obat anti epilepsi

Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:


• Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
• Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin,
valproat
Obat-obat anti epilepsi

Obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABA


• agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh: benzodiazepin,
barbiturat
• menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA
meningkat  contoh: Vigabatrin
• menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA 
contoh: Tiagabin
• meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal
pasien  mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-
vesikular pool  contoh: Gabapentin
Antiepileptics - indications
• Often used antiepileptics with broad indication spectrum (with exception of
absences):
o Carbamazepine, valproate, lamotrigine, phenytoin
• Partial seizures
o Carbamazepine, phenytoin, valproate, lamotrigine
o Alternatives: gabapentin, topiramate, tiagabine
• Tonic-clonic (grand mal)
o phenytoin, carbamazepine, valproate
o Alternatives: lamotrigine, topiramate, phenobarbital (primidone)
• Absence (petit mal)
o Ethosuximide
o Valproate – especially in the case that tonic-clonic seizures are also present
o Alternatives: lamotrigine
• Myoclonic
o clonazepam, valproate
o Alternatives: lamotrigine
TYPE OF SEIZURES AND FIRST-LINE DRUG SECOND-LINE DRUG
EPILEPTIC SYNDROME
Primary generalized
Absence seizures * Ethosuximide, valproic Lamotrigine
Myoclonic seizures * acid Acetazolamide, clonazepam,
Valproic acid  lamotrigine primidone
Tonic-clonic seizures Lamotrigine,
Valproic acid  , phenobarbital,primidone
Absence (Childhood) carbamazepine, phenytoin Valproic acid  , lamotrigine
Absence (adolescence) Ethozuximide Ethozuximide, clonazepam,
Juvenile myoclonic epilepsy Valproic acid  Primidone, lamotrigine
Infantil spasms (West’s Valproic acid  Clonazepam, Valproic acid 
syndrome) Corticotropin 
Lennox-gastaut syndr. Carbamazepine 
Partial Valproic acid  , lamotrigine
Simple partial seizures, Gabapentin, lamotrigine,
Complex partial seizures Carbamazepine, phenytoin phenobarbital, primidone,
SGTC, and partial epileptic tiagabine, topiramate,
syndrome Valproic acid  

* Carbamazepine and phenytoin contraindicated


 Divalproex sodium may be better tolerated than valproic acid
 Vigabatrin may be an alternative first-line drug where available
 Clonazepam, felbamate, phenobarbital, primidone, or vigabatrin may be used alternatively
 Methsuximide may be used alternatively for any of the partial seizures or partial epilepsy syndrome.
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya

Kejang Umum (generalized


Kejang seizures)
parsial Tonic-clonic Abscense Myoclonic,
atonic

Drug of Karbamazepin
Fenitoin
Valproat
Karbamazepin
Etosuksimid Valproat
Valproat
choice Valproat Fenitoin

Alternatives Lamotrigin Lamotrigin Clonazepam Klonazepam


Gabapentin Topiramat Lamotrigin Lamotrigin
Topiramat Primidon Topiramat
Tiagabin Fenobarbital Felbamat
Primidon
Fenobarbital
Penghentian OAE
• Penghentian OAE didiskusikan dgn penyandang epilepsi dan
keluarganya setelah bebas bangkitan minimal 2 tahun
• Gambaran EEG normal
• Harus dilakukan bertahap, umumnya 25% dari dosis semula,
setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan
• Bila digunakan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai
dari 1 OAE yang bukan utama.
Anti konvulsan
• 1975 : bbrp kasus fetal hydantoin syndrome

poor growth & development dgn bbrp kelainan struktur


anatomi berupa nail hypoplasia, hypertelorism, microchepaly,
cleft lip or palate
• Insidens fetal hydantoin syndrome : 11%
• The collaborative perinatal project (1976) in the United States
 malformasi yg terjadi pd anak2 yg lahir dr ibu yg epilepsi
sebesar 10,5% dibandingkan populasi (6,4%) (p<0,01)
• Kelainan khusus spt cleft palate : lbh sering ditemukan pd
anak yg lahir dr kedua org tua yg epilepsi
12/28/2021 41
• Data yg ada menunjukkan penyebab abnormalitas : penyakit
epilepsi bukan karena terapi yg diberikan
• Penyebab pasti terjadinya abnormalitas pd janin blm diketahui
walaupun bbrp studi menunjukkan adanya kecenderungan
sekitar 10% terjadinya kelainan janin pd ibu yg epilepsi
• Diduga : genetic determinant  fetal abnormality
• Van Dyke dkk (1988) :
o Pd 62 keluarga : 10 dr ibu yg memiliki bayi fetal hydantoin syndrome
tetap mengkonsumsi fenitoin pd kehamilan berikutnya
o 52 ibu yg bayinya tdk menderita fetal hydantoin syndrome : tetap
mengkonsumsi fenitoin selama kehamilan ke2 & hny 5 ibu yg
melahirkan bayi fetal hydantoin syndrome
• Phenlan dkk (1982) : fetal hydantoin syndrome terjadi pd one
of dizygotic twins of different paternity

12/28/2021 42
• Carbamazepine bdsrkn hasil retrospektif & prospektif study (Jones
dkk 1989)  kelainan pd janin (fingernail hypoplasia, poor
growth, developmental delay)
• Carbamazepine & fenitoin dimetabolisme mjd komponen
elektrofilik arene oxide

Arene oxide dimetabolisme o/ epoxide hydrolase


• Defek genetik pd aktivitas epoxide hydrolase  phenitoin-induced
teratogenicity (Spielberg 1982)
• Dua hal penting yg perlu diketahui ttg antikonvulsan & kelainan pd
janin :
o Anti konvulsan menurunkan konsentrasi folat dlm serum plasma & sel
darah merah  defisiensi folat  abnormalitas pd janin (neural tube defect)
o Pemberian anti konvulsan disertai dgn pemberian asam folat 4 mg/hr sblm
konsepsi

12/28/2021 43
Pemilihan Anti konvulsan

• Thn 1980 : sodium valproat direkomendasikan sbg drug of


choice untuk wanita yg menderita epilepsi
• Valproat Spina Bifida 1988  Sodium valproat berhubungan
dgn kejadian neural tube defect
• Rekomendasi yg dianjurkan :
dokter sebaiknya memberikan obat yg plg efektif & dpt
diterima oleh penderita

12/28/2021 44
Anti Konvulsan
• Gangguan koagulasi neonatus : akibat penggunaan anti
koagulan selama kehamilan
• Gejala : protrombin time memanjang, perpanjangan APTT,
konsentrasi faktor II, VII, IX, & X yg rendah
• Sistem koagulasi maternal normal walaupun memiliki bayi
dgn defek koagulasi yg berat
• Sodium valproat bersifat hepatotoksik pd org dewasa
• Konsumsi vit.K o/ ibu hrs dilakukan dgn dosis 20 mg sehari
selama 2 mgg sblm persalinan

12/28/2021 45
Lithium
• Lithium yg diberikan selama kehamilan trimester pertama 
Ebstein anomaly (unclear)
• “Lithium baby” sebanyak 118 bayi yg ditemukan di
Scandinavia pd thn 1970an  6 bayi mengalami defek
kardiovaskular kongenital dan 2 diantaranya jg mengalami
Ebstein anomaly
• Lithium efektif untuk penanganan penyakit depresif bipolar
namun pemberiannya bersifat individual

12/28/2021 46
Warfarin
• Warfarin menyebabkan terjadinya chondrodysplasia punctata
yg mengenai tulang & tulang rawan (Becker dkk 1975; Shaul
dkk 1975)
• Warfarin  mikrosefali, asplenia, hernia diafragmatika (Hall
dkk 1980)
• Insiden terjadinya abnormalitas pd janin akibat warfarin blm
jelas
• Pemberian warfarin sblm konsepsi harus didahului dgn
penjelasan mendetail ttg manfaat & risiko menggunakan
warfarin

12/28/2021 47
Obat-obat Teratogen

12/28/2021 48
Farmakoterapi Psikiatri
PENDAHULUAN
• Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran
• Menurut undang undang RI no. 5 tahun 1997 psikotropik adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
• Dibedakan dalam golongan I –IV (amat kuat, kuat, sedang dan ringan)
berdasarkan potensinya dalam mengakibatkan sindrom ketergantungan obat

Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat dibedakan menjadi 4 golongan:


(1) antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptik);
(2) antiansietas (minor tranquilizer);
(3) antidepresi
(4) antimania (mood stabilizer).
ANTIPSIKOSIS
A. Antipsikosis tipikal golongan fenotiazin : Klorpromazin,
flufenazin, perfenazin, tioridazin trifluperazin
B. Antipsikosis tipikal golongan lain :
Klorprotiksen, droperidol, haloperidol, loksapin, molindon,
tioktiksen
C. Antipsikosis atipikal :
Klozapin, olanzapin, risperidon, quetiapin, sulpirid, ziprasidon,
aripriprazol, zotepin, amilsulpirid
ANTIANSIETAS

• Golongan benzodiazepin :
Diazepam, alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam, klorazepat.
Lorazepam
• Golongan lain : buspiron, zolpidem
ANTIDEPRESI
• Golongan trisiklik :
Imipramin, amitriptilin
• Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga)
Amoksapin, maprotilin, trazodon, bupropion, venlafaksin,
mirtazapin, nefazodon
• Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)
Fluoksetin, paroksetin, setralin, fluvoksamin, sitalopram
• Penghambat MAO :
Isokarboksazid, fenelzin
• Golongan serotonin norepinephrin reuptake inhibitor (SNRI) :
Venlafaksin
• ANTIMANIA (mood stabilizer)
Litium
Antimania lain: karbamazepin, asam valproat

• PSIKOTOGENIK
Meskalin dietilamid asam lisergat dan marijuana (ganja)
ANTIPSIKOTIKA
Definisi
Gangguan psikiatrik mayor yang ditandai
Gangguan jiwa berat yang ditandai dengan dengan adanya perubahan pada persepsi,
gangguan penilaian realita seperti waham pikiran, afek, dan perilaku seseorang.
dan halusinasi. (PNPK 2012) (Sadock 2010)

Skizofrenia

Sekelompok reaksi psikotik yang


mempengaruhi berbagai individu Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh
termasuk berpikir dan komunikasi, penyimpangan yang fundamental dan
menerima dan menginterprestasikan karakteristik dari pikiran dan persepsi,
realitas, merasakan dan memajukan emosi serta oleh efek yang tidak wajar atau
serta perilaku dengan sikap yang tidak tumpul . (Sirait 2006)
bisa diterima secara sosial (Isaacs, 2005).
Tipe Skizofrenia
Menentukan tipe penyakit berdasarkan Diagnostic and Statistical manual
of Mental Disorders Fourth Edition ( DSM-IV )

• F20.0 ( Skizofenia Paranoid )


• F20.1 (Skizofenia Hebephrenik )
• F20.2 (Skizofenia Katatonik )
• F20.3 (Skizofenia Tak Terinci )
• F20.4 ( Depresi pasca skizofrenia )
• F20.5 (Skizofenia Residual )
• F20.6 ( Skizofrenia Simpleks )
• F20.8 (Skizofenia Lainnya )
• F20.9 ( Skizofenia YTT )
Gejala Skizofrenia
Penilaian gejala dengan menggunakan metode operasional PANSS.
• Gejala Positif bila total skore PANSS positif lebih besar dibandingkan
dengan total skore negatif ( Waham, Kekacauan pikiran, Perilaku
halusinasi, Gaduh Gelisah, Waham/ide kebesaran, Kecurigaan/kejaran,
Permusuhan )
• Gejala Negatif bila total skore PANSS negatif lebih besar
dibandingkan dengan total skore positif ( Afek tumpul, Penarikan
emosional, Kemiskinan rapport, Penarikan diri dari hubungan social
secara pasif/apatis, Kesulitan dalam pemikiran abstrak, Kurangannya
spontanitas dan arus percakapan, Pemikiran stereotipik )
Jenis Antipsikotika
Antipsikotik Generasi Pertama (APG I)

• Klorpromazin ( Tablet salut selaput )


• Flufhenazin dekanoat ( Injeksi )
• Trifluoperazin (Tablet )
• Haloperidol ( Tablet, drops, injeksi )
• Haloperidol dekanoat ( Injeksi )
Jenis Antipsikotika
Antipsikotik Generasi Kedua (APG II)

• Klozapin ( Tablet )
• Olanzapin ( Tablet )
• Risperidon ( Tablet, oral solution, injeksi )
• Paliperidone ( Tablet, injeksi )
• Quetapin ( Tablet )
• Aripiprazol ( Tablet, oral solution, injeksi )
• Asenapin maleat ( Tablet sublingual )
ANTIPSIKOSIS
• Tipikal: mempunyai afinitas tinggi dalam
menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah
yang diperkirakan menye­bab­kan reaksi
ekstrapiramidal yang kuat.

• Atipikal: afinitas yang lemah terhadap dopamin


2, selain itu juga memiliki afinitas terhadap
reseptor dopamin 4, serotonin, histamin,
reseptor muskarinik dan reseptor alfa
adrenergik;
Tipikal: umumnya hanya berespons untuk
gejala positif.

Atipikal: gejala positif (seperti bicara kacau,


halusinasi, delusi) maupun gejala negatif
(miskin kata kata, afek yang datar, menarik
diri dari lingkungan, inisiatif menurun)
No. Nama Generik Bentuk Kekuatan Nama dagang
sediaan
1 Aripiprazol NF; tab; oral Tab 5 mg, 10 mg, 15 Abilify Tabel 3. Daftar obat
soln; inj mg; oral soln 1
mg/ml; inj 7,5 antipsikotika di
mg/ml Formularium RSCM
2 Asenapin maleat NF: tablet 5 mg, 10 mg Saphris
sublingual
3 Fluohenazin dekanoat NF; inj 25 mg/ml Sikzonoate

4 Haloperidol F; tablet; inj; tab 0,5 mg, 1,5 mg, 2 Haldol; Serenace,
drops mg, 5 mg; inj 5 Lodomer,
mg/ml; drops 5 Haloperidol
mg/ml

5 Haloperidol dekanoat F: inj 50 mg/ml Haldol Decanoas

6 Kloralhidat NF: kapsul 500 mg Chloralhydrat 500


7 Klorpromazin HCL F: tab salut tab 25 mg, 100 mg; Largactil; Promactil;
selaput; inj inj 25 mg/ml Cepezet-100

8 Klozapin F: tablet 25 mg, 100 mg Clorazil; Promactil,


Clozer
9 Olanzapin F: tab; inj Tab 5 mg, 10 mg; inj Zyprexa; Olandoz
10 mg/vial
10 Quetiapin F: tablet 25 mg, 100 mg, 200 Seroquel; Seroquel
mg; XR 300 mg; XR XR
400 mg
11 Risperidon F: tab; NF: inj; tab 1 mg, 2 mg, Risperdal; Zofredal;
oral sol 3 mg; inj 25 mg, 37,5 Persidal; Risperidal Sumber : Formularium
mg, 50 mg; oral sol Consta; Risperidon Rumah Sakit Umum Pusat
1 mg/ml Nasional DR. Cipto
Mangunkusumo tahun 2015
12 Trifluoperazin F: tablet 1 mg, 2 mg, 5 mg Stelazine
         
Profil Pasien Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
  Agen Risperidon, Olanzapin, Klozapin Injeksi obat
generasi Quetiapin, Ziprazidon, antipsikotika jangka
pertama Aripiprazol panjang

Episode pertama   Ya    
Perilaku atau ide bunuh diri     Ya  
yang menetap

Diskinesia tardive       Ya
Riwayat sensitivitas terhadap   Ya; obat-obat kelompok 2 Ya  
efek samping ekstrapiramidal mungkin tidak sama dalam
  sifat lebih rendah / tidak
adanya risiko diskinesia
tatdive

Riwayat sensitivitas terhadap   Ya, kecuali Risperidon dosis    


peningkatan proklatin lebih tinggi

Riwayat sensitivitas terhadap   Ya, kecuali risperidon    


peningkatan berat badan,
hiperglikemi, hiperlipidemia

Ketidakpatuhan yang   Ziprazidon atau Aripiprazol   Ya


berulang terhadap
pengobatan farmakologi

Tabel 2. Pilihan Obat Antipsikotika untuk Fase Akut Skizofrenia


Sumber : Pratice Guideline For The Treatment of Patients With Schizophrenia, 2 nd Edition, American Psychiatric Association 2004
Obat Antipsikotika Rentang Dosis Waktu paruh
Anjuran (mg/hari) (jam)

Antipsikotika Generasi I    

Klorpromazin 300 - 1000 6

Flufenazin 5 - 20 33

Trifluoperazin 15 - 50 24

Haloperidol 5 - 20 21

Antipsikotika Generasi II    

Klozapin 150 - 600 12

Olanzapin 10 - 30 33

Risperidon 2-8 24

Quetiapin 300 - 800 6

Aripiprazol 10 - 30 75

Tabel 4. Rentang dosis dan Waktu paruh obat antipsikotika yang sering
digunakan.

Sumber : Preston JD et al., 2010 dan Pratice Guideline For The Treatment of Patients With Schizophrenia, 2 nd Edition,
American Psychiatric Association 2004.
  Efek samping                
Obat Ekstrapiramida Peningkata Pertambahan Abnormalita Abnormalita Pemanjanga Sedasi Hipotens Efek samping
l/ Diskinesia n Prolaktin Berat Badan s s Lipid n QTc i Antikolinergi
Tardiva Glukosa k

Thioridazin + ++ + +? +?
+++ ++ ++ ++

Perfenazin ++ ++ + +? +?
0 + + 0

Haloperidol +++ +++ + 0 0 0 ++ 0 0

Klozapinb 0c 0 +++ +++ +++ 0 +++ +++ +++

Risperidon + +++ ++ ++ ++ + + + 0

Olanzapin 0c 0 +++ +++ +++ 0 + + ++

Quetiapind 0c 0 ++ ++ ++ 0 ++ ++ 0

Aripiprazol 0c 0 0 0 0 0 + 0 0
e

Tabel 1. Beberapa efek samping obat antipsikotika yang sering digunakan.

Sumber : Pratice Guideline For The Treatment of Patients With Schizophrenia, 2 nd Edition, American Psychiatric Association 2004.
• 0 = Tidak ada risiko atau jarang menimbulkan efek samping
pada dosis terapeutik. + = Ringan atau sesekali menyebabkan
efek samping pada dosis terapeutik. ++ = Kadang-kadang
menyebabkan efek samping pada dosis terapeutik. +++ =
Sering menyebabkan efek samping pada dosis terapeutik. ? =
Data terlalu terbatas untuk membwerikan penilaian dengan
yakin.
• Juga menyebabkan agranulositosis, kejang dan miokarditis
• Kemungkinan perkecualian untuk akatisia
• Juga mempunyai peringatan tentang potensi timbulnya katarak
• Juga menyebabkan mual dan nyeri kepala
Klorpromazin
• Klorpromazin (CPZ): Sedasi yang disertai sikap
acuh tak acuh terhadap rangsang dari
lingkungan
• Semua derivat fenotiazin mempengaruhi
ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala
parkinsonisme (efek ekstra­piramidal).
• Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada chemo-
receptor trigger zone
HALOPERIDOL
• Untuk me­nenangkan ke­adaan mania pasien psikosis
yang karena hal ter­tentu tidak dapat diberi fenotiazin.
• Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien yang
diobati haloperidol.
• Susunan saraf pusat. Haloperidol menenangkan dan
menyebabkan tidur pada orang yang meng­alami eksitasi
• Sistem saraf otonom dapat menyebabkan pandangan
kabur (blurring of vision).
• Sistem kardiovaskular dan respirasi. Haloperidol
menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan
sehebat akibat CPZ.
• Efek endokrin. Seperti CPZ, haloperidol menye­babkan
galaktore dan respons endokrin lain
• EFEK SAMPING DAN INTOKSIKASI. Haloperidol
menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens
yang tinggi, terutama pada pasien usia muda.
• Sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai
terdapat bukti bahwa obat ini tidak me­nimbulkan efek
teratogenik.
ANTIPSIKOSIS
ATIPIKAL
• DIBENZODIAZEPIN: KLOZAPIN
• Efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan
skizofrenia baik yang positif (iritabilitas) maupun yang
negatif (social disinterest dan incom­petence, personal
neatness.
• Efek samping dan intoksikasi. Agranulositosis, Pada
pasien yang mendapat klozapin selama 4 minggu atau
lebih, risiko terjadinya kira-kira 1,2%. Gejala ini timbul
paling sering 6-18 minggu setelah pem­berian obat.
RISPERIDON
• Farmakodinamik. Risperidon yang merupakan derivat
dari benzisoksazol mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktivitas
menengah terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan
alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin.
• Indikasi. Indikasi risperidon adalah untuk terapi
skizofrenia baik untuk gejala negatif maupun positif.
• Efek samping. Secara umum risperidon dapat di­
toleransi dengan baik. Efek samping yang di­lapor­kan
adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual,
muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia
dan reaksi ekstra piramidal terutama tardiv diskinesia.
OLANZAPIN
• Farmakodinamik. Olanzapin merupakan derivat
tienobenzodiazepin, struktur kimianya mirip dengan
klozapin. Olanzapin memiliki afinitas ter­hadap re­
septor dopamin (D2, D3, D4 dan D5), reseptor
serotonin (5HT2), muskarinik, histamin (H1) dan
reseptor alfa 1.
• Efek samping. peningkatan berat badan dan
gangguan metabolik yaitu intoleransi glukosa,
hiperglikemia, dan hiperlipidemia.
• Indikasi. Indikasi utama adalah mengatasi gejala
negatif maupun positif skizofrenia dan sebagai
antimania
QUETIAPIN
• Farmakodinamik. Obat ini memiliki afinitas terhadap
reseptor dopamin (D2), serotonin (5HT2), dan bersifat
agonis parsial terhadap reseptor sero­tonin 5HT1A yang
diperkirakan mendasari efektivitas obat ini untuk gejala
positif maupun negatif skizofrenia.
• Indikasi. skizofrenia dengan gejala positf maupun
negatif. meningkatkan kemampuan kognitif pasien
skizofrenia seperti perhatian, kemampuan berpikir,
berbicara dan kemampuan mengingat membaik.
• Efek samping. Efek samping yang umum ada­lah sakit
kepala, somnolen, dan dizziness
ZIPRASIDON
• Farmakodinamik. Obat ini dikembangkan dengan
harapan memiliki sprektum skizofrenia yang luas,
baik gejala positif, negatif maupun gejala afektif
dengan efek samping yang minimal terhadap
prolaktin, metabolik,gangguan seksual dan efek
anti­kolinergik. Obat ini memperlihatkan afinitas
terha­dap reseptor serotonin (5HT2A) dan
dopamin (D2 ).

• Efek samping gangguan kardiovaskular yakni


perpanjangan interval QT yang lebih besar diban­
ding antipsikosis lainnya.
Pemberian antipsikosis injeksi
jangka panjang
• Pada banyak kasus dimana kepatuhan penderita sangat rendah,
perlu dipertimbangkan pemilihan antipsikotik injeksi jangka
panjang.
• Dari literatur diketahui hanya 58% pasien yang minum obat
secara teratur sesuai petunjuk, selebihnya meminum obat nya
tidak sesuai petunjuk.
• Akan tetapi pemilihan antipsikosis injeksi jangka panjang
bukan tanpa kekurangan,
Switching dari antipsikotik oral  Injeksi
Anti Parkinson
Penyakit Parkinson (paralisis agitans) meru­pakan suatu
sindrom dengan gejala utama berupa trias gangguan
neuromuskular : tremor, rigiditas, akinesia
(hipokinesia) disertai kelainan postur tubuh dan gaya
berjalan.
KLASIFIKASI OBAT PENYAKIT PARKINSON

• Obat Dopaminergik Sentral


A Prekursor DA: levodopa
B. Agonis DA: bromokriptin, apomorfin, ropinirol, pramipreksol
• Obat antikolinergik sentral
A. Senyawa antikolinergik sentral: triheksifenidil, biperiden, sikrimin, prosiklidin,
benztropin mesilat, dan karamifen
B. Senyawa antihistamin : difenhidramin, klorfenoks­amin, orfenadrin, dan fenindamin
C. Derivat Fenotiazin : etopropazin, prometazin, dan dietazin
• Obat Dopamino-antikolinergik
A. Amantadin
B. Antidepresan trisklik : imipramin dan amitriptilin
• Penghambat MAO-B
Terima Kasih
Atas segala perhatiannya,
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai