Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT KONSTIPASI

DISUSUN OLEH :
1. ARBAZ RAIHAN KHAN
2. ANGGUN AYUNING TIYASSARI
3. FADHILATUL BADARIYAH
4. ALYA SOFINA
5. MASLIANA
6. TRIA SAHLINA
7. M. RIANSYAH
GURU PEMBINMBING : NURUL AZMI, S. KeP, NS

SMK KESEHATAN IMELDA RITONGA


RANTAUPRAPAT
TAHUN AJARAN 2021/2022
 Pengertian Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah frekuensi buang air besar yang lebih
sedikit dari biasanya. Jarak waktu buang air besar pada setiap orang
berbeda-beda. Namun umumnya dalam satu minggu, manusia buang
air besar setidaknya lebih dari 3 kali. Jika frekuensi buang air besar
kurang dari 3 kali dalam seminggu, maka seseorang disebut
mengalami konstipasi. Akibatnya, tinja menjadi kering dan keras
sehingga lebih sulit dikeluarkan dari anus.
 Gejala Konstipasi
Gejala utama konstipasi adalah frekuensi buang air besar lebih jarang dari biasanya atau kurang dari tiga
kali dalam seminggu. Gejala utama konstipasi adalahGejala konstipasi lainnya meliputi:
 Harus mengejan saat buang air besar.
 Merasa tidak tuntas setelah buang air besar.
 Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.
 Terasa ada yang mengganjal pada rektum atau bagian paling akhir dari usus besar.
 Perut kembung.
 Sakit perut.
 Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menggunakan tangan untuk mengeluarkan
tinja dari anus.
 Penyebab Konstipasi
Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem pencernaan dan tidak bisa
dikeluarkan secara efektif dari rektum, Akibatnya, tinja menjadi keras dan kering sehingga lebih sulit lagi
dikeluarkan dari rektum.
Penyakit ini bisa dipicu oleh berbagai faktor yang meliputi:
 Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum.
 Kurang aktif bergerak, termasuk juga jarang olahraga.
 Penyakit pada usus atau rektum, contohnya fisura ani, penyumbatan usus, kanker usus besar, dan
kanker rektum.
 Ganguan saraf. Gangguan ini menghambat pergerakan tinja melalui usus, dan biasanya terjadi pada
penderita penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang, stroke, dan multiple sclerosis.
 Gangguan pada otot yang mengerakkan usus. Kondisi ini dapat ditemui pada kondisi otot panggul
yang melemah atau dyssynergia.
 Gangguan hormon. Beberapa jenis hormon berfungsi menyeimbangkan cairan dalam tubuh.
Gangguan pada hormon ini dapat membuat cairan dalam tubuh tidak stabil sehingga memicu
terjadinya konstipasi. Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan gangguan ini, antara lain adalah
diabetes, hiperparatiroidisme, kehamilan, atau hipotiroidisme.
 Efek samping konsumsi obat, contohnya obat antasida, antikonvulsan, antagonis kalsium, diuretik,
suplemen besi, obat untuk penyakit Parkinson, dan antidepresan.
 Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
 Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi.
 Diagnosis Konstipasi
Dokter dapat mencurigai pasien menderita konstipasi jika terdapat gejala-gejalanya, yang didukung
dengan pemeriksaan fisik. Guna memastikan diagnosis, dokter perlu melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang yang meliputi:
 Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh, serperti hormon tiroid.
 Kolonoskopi, untuk memeriksa kondisi usus dan rektum dengan alat kolonoskop, seperti
penyumbatan dalam usus.
 Manometri anorektal, untuk mengetahui koordinasi otot yang menggerakkan anus.
 Defacography atau foto Rontgen rektum dengan barium, untuk mengetahui masalah pada fungsi
dan koordinasi otot pada rektum.
 MRI defacography, sama dengan defacography namun menggunakan teknologi MRI.
 Tes pendorong balon, untuk mengukur lamanya balon berisi air, yang sebelumnya dimasukkan
melalui dubur, untuk dikeluarkan dari rektum, sehingga dapat diperkirakan berapa lama
seseorang buang air besar.
 Pengobatan Konstipasi
Langkah penanganan konstipasi bertujuan untuk mempercepat gerakan tinja melalui usus, sehingga penderita
bisa buang air besar kembali secara teratur. Penanganan yang pertama dilakukan adalah dengan mengubah
pola makan atau gaya hidup. Perubahan tersebut meliputi:
 Memperbanyak konsumsi makanan pelancar BAB yang mengandung banyak serat, serta lebih sering
minum air putih dan menghindari minuman beralkohol.
 Lebih rutin melakukan olahraga.
 Jangan mengabaikan keinginan buang air besar dan upayakan buang air besar secara teratur.
Jika penanganan awal tidak memperbaiki kondisi sembelit, terutama jika perut menjadi nyeri atau kram, serta
tidak bisa buang angin atau buang air besar, maka dokter dapat memberi beberapa jenis obat pelancar BAB
 yang terdiri dari:
 Obat pencahar osmotik. Pencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus, sehingga feses akan
menjadi lebih lunak dan merangsang usus untuk mendorong tinja keluar. Contoh obat ini adalah laktulosa
 dan macrogol.
 Obat pencahar pelembut tinja. Obat ini menarik cairan dalam usus sehingga tinja menjadi lembut dan
mudah dikeluarkan. Contohnya natrium docusate dan magnesium hidroksida.
 Obat pencahar stimulan. Obat ini akan merangsang konstraksi usus. Beberapa contoh obat stimulan
adalah bisacodyl.
 Suplemen serat. Obat ini menambah massa pada tinja. Contoh obat ini adalah psyllium, calcium
polycarbophil, dan methylcellulose fiber.
 Pelumas, untuk memudahkan pergerakan tinja melalui usus. Contohnya adalah minyak mineral.
 Komplikasi Konstipasi
Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi, kecuali konstipasi tersebut dalam jangka panjang atau kronis.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
 Hemoroid atau wasir, yaitu pembengkakan dinding anus akibat pelebaran pembuluh darah yang
biasanya disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu lama.
 Fisura ani. Mengejan terlalu lama dan tinja yang keras atau besar dapat mengakibatkan fisura
atau robeknya kulit pada dinding anus dan buang air besar berdarah.
 Impaksi feses, yaitu menumpuknya tinja yang kering dan keras di rektum akibat konstipasi yang
berlarut-larut.
 Prolaps rektum. Pada kondisi ini, rektum pindah dari posisinya di dalam tubuh dan menonjol
keluar dari anus akibat terlalu lama mengejan.
 Pencegahan Konstipasi
Konstipasi termasuk kondisi kesehatan yang bisa kita hindari. Beberapa langkah sederhana untuk
mencegah kondisi ini adalah:
 Memperbanyak konsumsi serat, misalnya dengan makan sayur, buah, beras merah, sereal, biji-bijian,
serta kacang-kacangan.
 Meningkatkan konsumsi cairan, setidaknya 1,5-2 liter tiap hari.
 Menghindari terlalu banyak mengonsumsi susu dan kafein. Konsumsi terlalu banyak susu dapat
meningkatkan kemungkinan konstipasi, sedangkan kafein dapat menimbulkan dehidrasi yang bisa
memicu sembelit.
 Rutin berolahraga setidaknya 30 menit sehari.
 Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar. Kebiasaan menahan keinginan buang air besar
akan meningkatkan risiko konstipasi.
 Mengatur kebiasaan buang air besar agar dapat dilakukan dengan leluasa dan nyaman
 Faktor Risiko Konstipasi

Beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami konstipasi, antara lain:
 Jenis kelamin. Konstipasi lebih sering dialami oleh perempuan daripada pria, terutama pada masa
sebelum menstruasi dan masa kehamilan.
 Usia. Konstipasi juga lebih sering dialami oleh lansia.
 Makan makanan yang rendah serat.
 Jarang atau tidak berolahraga sama sekali.
 Minum obat-obatan tertentu, termasuk obat penenang, atau obat untuk tekanan darah tinggi.
 Memiliki kondisi kesehatan mental, seperti depresi.
 Penanganan Konstipasi

Jika konstipasi merupakan gejala dari suatu penyakit,


pengobatannya bertujuan untuk mengatasi penyakit yang
mendasarinya. Pada umumnya, penanganan konstipasi dimulai
dari perubahan pola makan dan gaya hidup, seperti meningkatkan
konsumsi air dan makanan berserat, memperbaiki pola makan, dan
memperbanyak aktivitas fisik. Jika konstipasi sudah sangat
mengganggu, dokter dapat memberikan obat yang dapat
melancarkan pencernaan, seperti suplemen serat, dan obat
pencahar.
 Gambar penyakit Konstipasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai