Anda di halaman 1dari 37

Pengambilan Keputusan Kelompok

Anggun Luluk Puji Rahayu 111811133092


Nita Indriani 111811133097
Virda Hamida Ramadhina 111811133107
Gifty
Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan

Orientasi Diskusi

Pengambilan
Implementasi
keputusan
Orientasi
Identifikasi masalah Planning Process

Sharing the same mental model yaitu Sebuah kelompok dapat dinilai sukses atau
skema kognitif yang mengorganisasi tidak dari proses perencanaan ini
informasi dan diterima oleh semua (Hirokawa ,1980).
nggota kelompok (Klimoski &
Mohammed, 1994). Proses perencanaan memang
Anggota kelompok yang mengadopsi membutuhkan waktu yang cukup lama,
mental model yang sama, pada akhirnya namun kelompok yang menyadari bahwa
akan mengambil keputusan yang waktu mereka terbatas akan menggunakan
mewakili seluruh anggota kelompok, waktu tersebut sebaik mungkin daripada
bukan berdasarkan keinginan pribadi kelompok yang berasumsi bawa waktu
(Tindale et al.2001) mereka tidak terbatas (Sanna et. Al, 2005).
Diskusi
Pertukaran Informasi Transactive memory (TM)
Proses ini meningkatkan kapasitas suatu
Ketika anggota kelompok saling kelompok untuk menyimpan dan mengakses
bertukar informasi, mereka akan informasi dengan cara membagi data-data
saling memberikan petunjuk pada setiap anggota kelompok.
yang dapat saling membantu
antar anggota untuk mengingat Pemrosesan Informasi
informasi dengan baik. Proses
ini dikenal dengan cross-cueing. Suatu kelompok memproses infromasi lebih banyak daripada
individu melalui diskusi. Antar anggota kelompok akan
menganalisis ide yang disampaikan anggota lain kemudian
mengoreksi kesalahan mereka dengan cara berdialog, berbagi
sudut pandang dan makna penting dari informasi tersebut.
Diskusi
 Collective memories : wadah informasi bersama yang
dimiliki oleh dua orang atau lebih anggota kelompok.

Suatu kelompok terdiri dari berbagai individu yang memiliki


pengalaman, latar belakang, dan hubungan yang berbeda-
beda, sehingga masing-masing individu tersebut akan
menyediakan informasi yang unik yang dapat ia berikan saat
tahap diskusi berlangsung (Henningsen & henningsen).
Decision
 Social decision scheme : (Hastie & Kameda, 2005)
strategi atau aturan yang terdapat lima social decision
digunakan oleh kelompok scheme yang umum digunakan :
untuk memilih satu pilihan 1. Delegasi
alternatif dari berbagai 2. rata-rata (averaging),
alternative pilihan lainnya 3. voting,
yang diajukan oleh anggota 4. consensus (kesepakatan
kelompok selama diskusi. bulat),
5. Random decision
Diskusi
Delegasi Averaging Voting

pengambilan keputusan berdasarkan Keputusan yang diambil berdasarkan Bisa dilakukan secara terbuka maupun
pertimbangan dari pihak luar. Salah rata-rata saran yang diberikan oleh tertutup. Selain dengan suara terbanyak,
satu contohnya adalah dengan individu dalam kelompok. Semua cara lain yang juga sering digunakan
mendatangkan pakar atau membentuk opini dari para anggota ditampung adalah dengan memenuhi suara
sub-komite di luar kelompok. dan dipertimbangkan. sebanyak 2/3 dari suara keseluruhan
sebelum keputusan dinyatakan final.
Keuntungan Keuntungan
 menghemat waktu  menghilangkan error atau opini- Keuntungan
Kerugian opini yang sifatnya ekstrim.  cukup efektif
 keputusan yang diambil tanpa Kerugian Kelemahan
kesepakatan para anggota dan hanya  apabila perata-ratan ini diambil  ketika voting telah ditutup, para anggota
berdasarkan mandat dari para pihak tanpa adanya diskusi terlebih yang suaranya sedikit (minority) akan
otoritas dapat membuat anggota dahulu dapat menyebabkan merasa kalah, sehingga mereka tidak
menjadi ignoran. keputusan yang sewenang- puas dan tidak mendukung keputusan
wenang dan gagal memuaskan final (Castore & Murnighan, 1978)
para nggota kelompok
Diskusi
Konsensus
Suatu kelompok akan berdiskusi Random decision
hingga tercapai kesepakatan bulat Mengambil keputusan
tanpa adanya voting.
secara acak. Suatu
Keuntungan kelompok menggunakan
partisipasi penuh dari seluruh
anggota kelompok
cara random, misalnya
Kerugian dengan memutar koin,
membutuhkan waktu yang cukup dadu dan lain-lain.
lama
Implementasi
Setelah keputusan ditentukan, terdapat dua hal yang perlu dilakukan.
• implementasi. Setelah keputusan diambil, segala rencana yang telah disusun harus dikerjakan atau dilaksanakan
• evaluasi. kualitas dari keputusan tersebut dievaluasi kembali.
Implementasi dipengaruhi oleh
• procedural justice. Merupakan evaluasi yang dilakukan anggota grup untuk menimbang keadilan dalam proses
pengambilan keputusan tersebut. anggota mau mendukung keputusan kelompok apabila:
1. adanya sense of control atas proses pengambilan keputusan
2. keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan
3. evaluasi dari hasil keputusan
Seseorang cenderung menilai suatu pengambilan keputusan bersifat adil apabila implementasinya: konsisten, tanpa
kepentingan pribadi, berdasarkan informasi yang akurat, dengan peluang untuk mengkoreksi keputusan, mewakili
kepentingan seluruh pihak yang terkait, mengikuti standar moral dan etik.
• Voice effect, seorang anggota grup akan lebih terikat atau terlibat dengan implementasi keputusan yang diambil
kelompok, apabila ia memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan tersebut. yaitu, ketika ia dapat mengutarakan
pikirannya dan didengar atau diperhatikan oleh anggota lainnya.
Tipe-tipe proses pengambilan keputusan

Vroom menggagas normative model of decision making. Yaitu bahwa setiap tipe situasi
yang berbeda memerlukan tipe proses pengambilan keputusan yang berbeda pula.
1. Decide. Pemimpin menentukkan keputusan.
2. Consult (individual). Pemimpin melakukan konsultasi dengan anggota secara
individual. Pemimpin tetap pengambil keputusan
3. Consult (group). Pemimpin melakukan konsultasi dengan bertemu anggotanya
sebagai grup. Pemimpin tetap pengambil keputusan
4. Facilitate. Pemimpin aktif dalam proses, namun tidak berusaha mengarahkan
anggotanya untuk memilih keputusan tertentu.
5. Delegate. Pemimpin menyerahkan pengambilan keputusan kepada grup sepenuhnya,
tanpa bantuan langsung dari pemimpin.
Grup sebagai pembuat keputusan yang tidak
sempurna

1. Perangkap dalam diskusi kelompok


Problem dalam diskusi kelompok ialah terjadinya salah paham. Baik oleh karena
kekurangan dalam penyampai informasi, maupun penerimanya.
Peneliti merangkum permasalahan pada diskusi kelompok ke dalam beberapa kategori.
• Ketrampilan komunikasi
• Perilaku egosentris
• Nonparticipation (tidak berpartisipasi)
• Sidetracking (kecenderungan untuk teralih)
• Interupsi
• Perilaku negatif pemimpin
• Sikap dan emosi
Cont’d
Terkadang seseorang menggunakan diskusi kelompok untuk
menghindari mengambil keputusan, dengan menggunakan taktik
berikut:
• Procrastination.
• Bolstering.
• Denying responsibility
• Muddling through.
• Satisficing.
• Trivializing discussion.
Cont’d
• Shared information bias (bias informasi yang dibagi)
Merupakan kecenderungan grup untuk mendiskusikan informasi
yang semua anggota tahu (shared information) dan kurang dalam
mendiskusikan informasi yang hanya beberapa anggota saja yang
tahu (unshared information).
• Batasan kognitif.
• Terkadang proses pengambilan keputusan memerlukan kerja kognitif
yang terlalu besar. Penilainan seseorang terhadap situasi yang
diminta terkadang terganggu oleh bias motivasional dan kognitif.
Cont’d
Sins of commusion, penggunaan informasi dengan salah.
• Belief preserve.
• Sunk cost bias.
• Extra-evidentiary bias
• Hindsight bias.
Sins of omission, mengabaikan informasi berguna.
• Base rate bias.
• Fundamental attribution error.
Sins of imprecision. Bergantung secara tidak wajar pada aturan mental praktis, terlalu
menyederhanakan keputusan.
• Availability heuristic.
• Conjunctive bias.
• Representativeness heuristic
GROUPTHINK
Dasar Pemikiran Groupthink
• Groupthink menurut Irvings Janis (1972) adalah, “Istilah untuk keadaan ketika
sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak
anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai moral”
• Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan aksi-aksi yang tidak
masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang bertentangan
diluar kelompok.
• Kelompok yang terkena sindrom groupthink biasanya adalah kelompok yang
anggota-anggotanya memiliki latar belakang yang sama, terasing (tidak
menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak ada aturan yang jelas
tentang proses pengambilan keputusan.  
Penyebab Groupthink
• Concurrent Seeking Behavior sering menjadi dasar terjadinya
groupthink.
• Concurrent Seeking Behavior adalah perilaku kecenderungan saling
ketergantungan dan kesepakatan bersama untuk bersatu dalam
memecahkan masalah dalam kelompok.
• Perilaku ini muncul dipengaruhi oleh :
- kelompok yang kohesif,
- kesalahan struktural pada organisasi atau kelompok,
- konteks situasi yang provokatif
Penyebab Groupthink
1. Kohesivitas

•  Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang


mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam
kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok
(Collins dan Raven,1964).
• Semakin kohesif sebuah kelompok, semakin mudah
anggotanya tunduk pada norma kelompok
• Semakin tinggi tingkat kohesivitas, maka kecenderungan
untuk melakukan groupthink semakin tinggi
Penyebab Groupthink
2. Structural Faults of the Group or Organization

Karakteristik struktural yang spesifik, atau kesalahan, mendorong terjadinya groupthink. Faktor-
faktor ini juga termasuk :
• Isolasi kelompok (group insulation)
Merujuk pada keinginan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh pihak di luar kelompok.
Padahal ada kemungkinan bahwa pihak di luar kelompok dapat membantu dalam pengambilan
keputusan.
• Kurangnya kepemimpinan imparsial (lack of impartial leadership)
Anggota kelompok dipimpin oleh orang yang memiliki minat pribadi terhadap hasil akhir.
Pemimpin berpendapat bahwa opini lain akan merugikan rencananya, dan kepemimpinan
alternatif ditekan.
Cont’d
• Kurangnya prosedur pengambilan keputusan (lack of decision making
procedures)
Beberapa kelompok memiliki prosedur untuk mengambil keputusan;
kegagalan untuk memiliki norma yang telah disepakati untuk mengevaluasi
suatu masalah dapat menimbulkan groupthink. Jika ada masalah di suatu
kelompok, mereka masih harus mencari penyebabnya dan sejauh apa
masalah teresebut.
• Homogenitas latar belakang (Homogenity of members’ backgrounds)
Tanpa keragaman latar belakang sosial, pengalaman dan ideologi akan
mempersulit sebuah kelompok untuk mendebat masalah yang penting.
Penyebab Groupthink
3. Provocative Situational Contex

Tekanan internal dan eksternal (internal and external stress)


yang dialami kelompok dapat menuntun kepada groupthink.
Jika suatu kelompok dalam membuat keputusan sedang
mengalami tekanan yang berat, maka mereka cenderung
tidak dapat menguasai emosi, sehingga dapat mencari segala
cara agar masalah dapat cepat diselesaikan tanpa
memikirkan akal sehat, maka kelompok tersebut sedang
menuju groupthink.
Gejala-gejala Groupthink
Irvings Janis membagi gejala dari Groupthink ke
dalam tiga kategori :
• Overestimation of the Group
• Closed-mindedness
• Pressures toward uniformity
Gejala-gejala Groupthink
1. Penilaian Berlebihan terhadap Kelompok / Overestimation of the Group
(keyakinan yang keliru, suatu kelompok lebih dari dirinya yang sebenarnya)
• Illusion of invulnerability
Pada situasi ini sebuah kelompok akan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi
dengan keputusan yang diambil dan kemampuan yang mereka miliki. Mereka
memandang kelompok mereka yang sangat unggul dan tidak pernah kalah dalam
segala hal.
• Illusion of morality
Pada suatu kelompok muncul anggapan bahwa kelompoknyalah yang paling benar
dan merasa perlu untuk menjadi pahlawan kebenaran yang bertugas meluruskan
kesalahan yang dilakukan kelompok lain.
Gejala-gejala Groupthink
2. Closed-mindedness (Ketertutupan Pemikiran)
• Stereotip Kelompok Luar (out group stereotypes)
Kelompok memiliki persepsi stereotip terhadap kelompok lawannya
(musuhnya), yaitu menekankan bahwa kelompok lawan terlalu lemah
atau terlalu bodoh untuk membalas taktik mereka yang ofensif.
• Rasionalisasi Kolektif (collective rationalization)
Situasi dimana kelompok tidak mengindahkan peringatan-peringatan
yang dapat mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali
pemikiran mereka sebelum mereka mencapai keputusan akhir.
Gejala-gejala Groupthink
3. Tekanan untuk Mencapai Keseragaman / Pressures Toward Uniformity
terjadi ketika para anggota kelompok berusaha untuk menjaga hubungan baik antar anggota
• Sensor Diri (self-censorship)
Kecenderungan para anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka dan argumen-
argumen yang menentang terhadap pemikiran mereka. Membungkam pemikiran-pemikiran
pribadi yang menentang pemikiran kelompok dan menggunakan retorika kelompok dapat
memperkuat keputusan-keputusan kelompok.
• Ilusi akan Adanya Kebulatan Suara (illusion of unanimity)
Menganggap kalu diam itu artinya setuju. Karna biasanya dalam groupthink anggota mengikuti
pemimpin, sehingga keputusan pemimpin adalah keputusan kelompok, sehingga jika ada
anggota yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan pemimpin, anggota lebih memilih
diam, maka disinilah dianggap bahwa tidak ada keberatan, dan dianggap bahwa ada kebulatan
suara kelompok.
Cont’d
• Self-Appointed Mindguards
Anggota-anggota kelompok melindungi kelompok dari informasi yang tidak
mendukung kelompoknya. Para anggota tersebut melakukan mindguard,
yaitu seperti menyaring aliran informasi yang bertolak belakang terhadap
kelompoknya. Para mindguards yakin bahwa mereka bertindak demi
kepentingan kelompok mereka.
• Tekanan Terhadap Para Penentang (pressures on dissenters)
Tekanan atau pengaruh langsung terhadap anggota-anggota kelompok yang
menyumbangkan opini, pendapat, pandangan, atau komitmen yang
berlawanan terhadap opini mayoritas kelompoknya.
Pencegahan Groupthink
Groupthink menurut Irving Janis dapat dicegah dengan melakukan :
 Membatasi Persetujuan yang Kurang Matang (Limiting Premature Seeking of
Concurrence)
 Pemimpin kelompok jangan menyatakan tentang "personal belief"-nya di awal)
 diskusi dengan menyatakan pro dan kontra suatu keputusan secara penuh
 Memperingati orang yang hanya berkata "Ya"
 Open Leader (pemimpin harus menerima secara terbuka kritik secara sehat)
 mengadakan pertemuan tanpa pemimpin
 mendukung anggota grup untuk mengambil peran sebagai "pembantah" pada saat
diskusi kelompok
Cont’d
• Mengkoreksi kesalahan persepsi dan bias (Correcting Misperception and Biases)
 Berasumsi bahwa setiap solusi pasti memiliki kekurangan
 menghindari "illusion of superiority"
 anggota kelompok mengakui ketidakpedulian dan ketidakmampuan dirinya, sehingga anggota
akan berkonsultasi terlebih dahulu kepada orang yang lebih ahli
 memverifikasi kembali pernyataan tiap orang
 mendiskusikan aktivitas kelompok dengan "unbiased outsiders" dan mendapatkan umpan balik
• Menggunakan Teknik Pengambilan Keputusan yang Efektif (Using Effective Decision-Making
Techniques)
 Menganalisis berbagai alternatif
 Berkonsultasi kepada orang yang lebih ahli
 Membuat rencana yang lebih mendetail dan siap dengan segala kemungkinan
 Mencoba mengecek kembali detail yang terlewatkan
Group Polarization
Group Polarization
 Polarisasi kelompok adalah tendensi dalam kelompok untuk
membuat keputusan lebih ekstrim ketimbang ketika pembuatan
keputusan dibuat secara individual. Arah perubahan
dipengaruhi oleh mayoritas atau preferensi anggota.
• Although some researchers discovered that groups preferred
more conservative solutions than individuals, others found a
surprising shift in the direction of greater risk (Stoner, 1961,
1968).
Risky-shift phenomenon
The tendency for groups to make riskier decisions
than individuals.
Choice-Dilemmas Questionnaire
 Sebuah self-report untuk mengukur keinginan untuk mengambil
keputusan yang beresiko dengan bertanya pada responden untuk
membaca skenario yang melibatkan serangkaian tindakan yang
mungkin atau mungkin tidak menghasilkan manfaat secara finansial,
interpersonal, atau pendidikan, kemudian dijelaskan kemungkinan
untuk berhasil sebelum responden merekomendasikan tindakan yang
harus diambil.
Polarization Processes in Groups
• During this research period, some investigators hinted at the
possibility of the opposite process—a cautious shift.
• Intrigued by this anomalous finding, subsequent researchers
wrote additional choice dilemmas, and they, too, occasionally
found evidence of a cautious shift. Then, in 1969, researchers
reported evidence of individuals moving in both directions
after a group discussion, suggesting that both cautious and
risky shifts were possible (Doise, 1969).
Cont’d
• Researchers also discovered that group discussions not only amplify choices
between risky and cautious alternatives, but also group members’ attitudes,
beliefs, values, judgments, and perceptions (Myers, 1982).
• Somewhat belatedly, researchers realized that risky shifts after group discussions
were a part of a more general process.
• When people discuss issues in groups, they sometimes draw a more extreme
conclusion than would be suggested by the average of their individual judgments.
The direction of this shift depends on their average initial preferences.
• David Myers and Helmut Lamm called this process group polarization because
the “average postgroup response will tend to be more extreme in the same
direction as the average of the pregroup responses” (Myers & Lamm, 1976, p.
603; see also Lamm & Myers, 1978).
What Causes Group Polarization?
• Early explanations suggested that groups feel less responsible for their decisions and are overly
influenced by risk-prone leaders, but in time, investigators recognized that polarization results from
social influence processes that operate routinely in groups, including social comparison, persuasion,
and social identity (Friedkin, 1999; Liu & Latané, 1998).
• As social comparison theory suggests, individuals spontaneously compare themselves to others, and
if they find a difference between their view and the group’s, they may move toward the group’s view
(Sanders & Baron, 1977).
• Persuasive Arguments Group members also change their opinions in response to others’ arguments and
ideas.
• persuasive-arguments theory An explanation of polarization in groups assuming that group members
change their opinions during group discussion, generally adopting the position favored by the majority
of the members, because the group can generate more arguments favoring that position.
• as persuasive-arguments theory notes, groups usually generate more arguments that support the
position endorsed by the majority of the group, or the position that is most consistent with dominant
social values.
Cont’d
• Social Identity Curiously, at least for persuasivearguments
theory, group members sometimes shift their opinions when
they discover others’ positions but not their arguments
• Keputusan kelompok dapat dipengaruhi oleh posisi
kelompok lain. Selain itu, keputusan yang diambil
seseorang lebih dapat dipengaruhi oleh seseorang yang
berasal dari kelompok yang sama daripada anggota luar
kelompok.
The Consequences of Polarization
• Konsekuensi dari polarisasi kelompok adalah
keputusan yang diambil semakin kuat.
• Konsekuensi tersebut dapat menjadi positif
jika keputusan tersebut bersifat inovatif.
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai