Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke ke RS-Majalaya dengan keluhan demam dan batuk.
Keluhan tersebut dirasakan oleh pasien sejak tiga minggu yang lalu. Demam dan batuk muncul
secara bersamaan. Demam dirasakan pada malam hari dan batuk muncul pada siang, sore hari.
Demam dirasakan naik turun, suhu badan meningkat pada malam hari dan menurun pada siang
hari. Ibu pasien mengatakan batuknya kering. Ibu pasien mengatakan batuk dan demamnya sudah
diobati dengan antibiotik dan paracetamol namun tidak membaik.
Ibu pasien mengatakan keluhan disertai nafsu makan menurun, keringat dingin pada malam hari dan bisa
menghabiskan 1 kotak tisue dalam 1 hari, susah bab, sakit dada, sesak nafas, suka bernapas lewat mulut, sakit
pada bagian tulang, susah naik berat badan, dan lesu.
Ibu pasien menyangkal adanya penurunan kesadaran, kejang, tidak dapat minum, suka tidur miring ke sisi
yang sakit dengan lutut dilipat, tidak ada kebiruan disekitar bibir, jari dan badan, muntah. Ibu pasien
menyangkal adanya bunyi mengi mengorok ketika sedang bernapas. Ibu pasien mengatakan dirumah tidak
ada riwayat batuk lama dan pengobatan selama 6 bulan. Ibu pasien menyangkal adanya alergi debu dan
dingin, dan sulit menelan.
Ibu pasien mengatakan lingkungan rumah lembab dan tinggal di daerah penduduk yang padat dengan jarak
antar rumah satu dengan yang lain berdekatan. Diketahui pasien juga tinggal bersama ayah yang merokok.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pada usia 11 bulan mengalami keluhan yang sama pengobatan selama 9 bulan
Pada usia 4,5 tahun mengalami keluhan yang sama pengobatan selama 6 bulan
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki keluhan yang serupa
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien mempunyai riwayat persalinan normal diklinik swasta bidan dengan bb normal, tb
normal.
Riwayat Makan
0-6 bln : Asi + sufor
6-8 bln : Asi + Sufor
8-1 thn : Asi + bubur tim
1-2 thn : makanan keluarga
Riwayat Imunisasi
Pada patient :
Imunisasi lengkap
Riwayat tumbuh kembang
Motorik kasar :
Angkat kepala, gerakan kaki tangan pada umur 0-3 bulan
Duduk tidak pegangan, merangkak pada umur 6-9 bulan
Berdiri, jalan dibantu pada umur 12-18 bulan
Motorik halus :
Melihat kontak mata pada umur 0-3 bulan
Meraih benda pada umur 6-9 bulan
Bahasa :
Mengoceh spontan oooh aaah, bereaksi terhadap suara pada umur 3 bulan
Sosial :
Tepuk tangan, mencari mainan pada umur 8 bulan
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
Tanda Vital :
• TD : 90/60 mmHg
• N : 123 x/menit
• R : 60 x/menit
• S : 37,2°C
• SpO2 : 96 %
Status Antropometri
• BB : 15 kg
• TB :113 cm
• IMT :15/(1,13x1,13) 11,7 (gizi buruk dengan perawakan tinggi normal dibawah -3)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, halus, tumbuh merata, tidak mudah rontok
Wajah: Simetris, edema (-), deformitas (-), flushing face (-)
Mata : Refleks pupil direk & indirek (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis (-)
Telinga : Simetris, bentuk normal, secret (-/-)
Mulut : Bibir telihat kering, perioral sianosis(-), gusi berdarah (-), typhoid tongue, stomatitis (+)
Leher : Pembesaran KGB anterior, posterior cervical (+), retraksi suprasternal (-)
Thoraks
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Palpasi tidak dilakukan
Perkusi : Perkusi tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 murni regular, murmur(-), gallop(-)
Pulmo
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris, retraksi intercostal (+)
Palpasi : Vokal fremitus simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : VBS kanan = kiri, ronkhi basah halus (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, lembut, retraksi epigastrik (-), rose spot (-)
Palpasi : Hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan epigastrik (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
Genital
Tidak di lakukan pemeriksan
Ekstremitas
Akral hangat
CRT <2 detik
Resume
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke ke RS-Majalaya dengan keluhan demam dan batuk sejak tiga minggu yang
lalu. Demam dan batuk muncul secara bersamaan. Demam dirasakan pada malam hari dan batuk muncul pada siang, sore
hari. Demam dirasakan naik turun, suhu badan meningkat pada malam hari dan menurun pada siang hari. Ibu pasien
mengatakan batuknya kering.
Ibu pasien mengatakan keluhan disertai nafsu makan menurun, keringat dingin pada malam hari, susah bab, sakit dada,
sesak nafas, suka bernapas lewat mulut, sakit pada bagian tulang, susah naik berat badan, dan lesu.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Bibir telihat kering, stomatitis (+), Pembesaran KGB anterior, posterior cervical,
preauricular (+), retraksi intercostal (+), dan ronkhi (+/+).
Diagnosis Banding
Tuberculosis paru primer + malnutrisi berat
Peneumoni + malnutrisi berat
Usulan Pemeriksaan
Darah rutin (hb,ht,tormbosit, difft count, eritrosit, leukosit)
Foto rontgen thorax
Test tuberculin
Konfirmasi bakteriologis BTA Sputum, Kultur, TCM
Skoring TB
Diagnosis Kerja
Tuberculosis paru primer + malnutrisi berat
Tatalaksana Tuberculosis paru kambuh
THEORI PATIENT
Dinegara negara berkembang jumlah anak Anak usia 7 tahun
berusia kurang dari 15 Tahun adalah 40%-50%
dari jumlah seluruh populasi umum dan
terdapat sekitar 500.000 anak di dunia
menderita TB setiap tahun
Pada tahun 1994 menurut WHO Indonesia
menduduki urutan ketiga di dunia untuk
angka kejadian penyakit TB, urutan pertama
dan kedua masing-masing adalah India dan
China.
THEORI Faktor risiko
Faktor risiko infeksi TB:
PATIENT
1.Anak yang kontak dengan penderita TB dewasa aktif (dengan BTA sputum
positif, infiltrat yang luas pada lobus superior paru, adanya kavitas, produksi
sputum banyak encer, batuk yang kuat dan produktif, sikulasi atau ventilasi
Ibu pasien mengatakan
yang kurang) lingkungan rumah lembab dan
2.Tinggal di daerah endemis
tinggal di daerah penduduk
3.Kemiskinan.
4.Diabetes mellitus
1. TB paru primer
Anamnesis :
Riwayat kontak erat dengan penderita TB. kontak erat adalah penderita TB
yang tinggal serumah atau sering kontak dengan sputum BTA +. Penderita TB
sputum (-) tetapi kultur + juga dapat menularkan ke anak
Gejala yang sering ditemukan pada penderita anak :
1. Batuk presisten : batuk terus menerus tanpa episode sembuh > 21 hari
dan tidak sembuh dengan pengobatan lini pertama Patient:
2. Panas lama : panas badan > 38 c selama 14 hari, tapi bukan karena Demam dan batuk sejak tiga minggu yang
infeksi saluran respiratori,malaria,bakterimia, dan sepsis lalu, sesak napas,suka bernapas lewat
3. BB menurun atau gagal tumbuh : penting untuk melihat data pada mulut,keringat pada malam hari,berat
kurva pertumbuhan badan sulit naik, dan lesu
4. Keringat malam : keringat malam hari yang berlebihan sehingga harus
mengganti baju
5. Gejala lain : Anoreksia, lesu, batuk darah (jarang). Mengorok, batuk
menggonggong, suara serak yang menetap ditemukan pada TB laring.
Nyeri dada unilateral dengan atau tanpa sesak merupakan gejala pleuritis
TB, sedangkan gangguan kesadaran merupakan gejala meningitis TB
Status Antropometri
• BB : 15 kg
• TB :113 cm
• BMI:15/(1,13x1,13) 11,7 (gizi buruk dengan
perawakan tinggi normal dibawah -3)
Pemeriksaan Penunjang
Uji tuberculin
Aspirasi larutan PPD sebanyak 0,1 cc
menggunakan spuit tuberkulin ukuran 3/8 inchi,
jarum ukuran 26-27
• Ganti jarum
• Bersihkan kulit permukaan lengan bawah kiri
bagian dalam (volar/fleksor) dengan alkohol, +
5-10 cm dari lipatan siku, biarkan hingga kering.
• Suntikkan secara intradermal, lubang jarum
mengarah ke atas (bevel terlihat oleh mata
kita).
• Sudut jarum 10-15° terhadap permukaan
lengan (hampir datar)
• Jika penyuntikan dilakukan dengan benar,
akan timbul gelembung putih pucat (wheal)
yang padat/keras, berdiameter 6-10 mm.
Metode pembacaan
METODE SOKAL
Pada patient :
PPD 0 mm
FOTO THORAX
• Terdapat penonjolan hilus kanan (panah hitam) yang
disebabkan oleh adenopati hilus, adenopati hilar
unilateral merupakan manifestasi infeksi primer MTB
terutama pada anak-anak (90% kasus pada anak)
• Pneumonia pada TB Primer mempengaruhi lobus atas
( panah putih padat) dan sedikit lebih banyak daripada
lobus bawah (panah putih bertitik).
Pada patient
Bakteriologis
Pada anak sulit dilakukan karena sulitnya mendapatkan spesimen, sehingga hanya bisa melalui aspirat
lambung. Tetapi hasil sering negatif karena jumlah kuman MTB pada anak sedikit.
Pada patient
Kontak TB = 0
Uji tuberkulin = 0
Status gizi = 2
Demam tanpa penyebab
yang jelas = 1
Batuk = 1
Pembesaran kgb = 1
Pembengkakan
tulang/sendi, panggul, dan
falang = 0
Foto thorax= 1
Jumlah total = 6
Diagnosis banding
Peneumoni
Malignancy
Penyakit sistemic lainnya seperti
lymphadenopathy
mikobakteri atipikal, penyakit catcratch, Patient :
infeksi jamur, penyakit virus atau bakteri, peneumoni
toksoplasmosis, sarkoidosis, reaksi obat.
TATALAKSANA
TUJUAN
• Menyembuhkan
• Mencegah kematian atau kecacatan
• Mencegah kekambuhan
• Mencegah terjadinya resistansi obat
• Mencegah transmisi TB & reservasi sumber infeksi
PRINSIP
1. OAT diberikan dalam paduan obat, tidak boleh monoterapi.
2. Pengobatan setiap hari.
3. Pemberian gizi adekuat.
4. Mencari dan menatalaksana penyakit penyerta
PEMBERIAN KORTIKOSTEROID
Pada kondisi :
• TB meningitis,
• sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
• perikarditis TB.
• TB milier dengan gangguan napas yang berat,
• efusi pleura
• TB abdomen dengan ascites
Sering digunakan: Prednison dosis 2 mg/kg/ hari, hingga 4 mg/kg/hari pada kasus sakit berat, dosis maksimal 60
mg/hari selama 4 minggu.
Tappering -off setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis: tappering off setelah 4 minggu.
Pemantauan pengobatan pasien TB Anak
• Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu selama fase intensif, dan sekali sebulan pada
fase lanjutan
• Pada setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan kemungkinan
adanya efek samping obat.
• Pada pasien TB anak BTA positif: pemantauan sputum harus dilakukan pada akhir bulan ke-2, ke-
5 dan ke-6.
• Foto toraks ulang tidak rutin dilakukan, kecuali pada TB milier, efusi pleura TB, atelektasis
HASIL PENGOBATAN
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko terjadinya TB ressiten obat akan
meningkat
Pencegahan
1. Mendiagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat dan segera pada pasien dewasa dengan sputum BTA positif
2. Sterilisasi sputum dengan cara penyinaran langsung oleh matahari akan membunuh MTB dalam waktu 5 menit.
3. Sodium hipoklorid dapat membunuh MTB pada material yang terkontaminasi oleh droplet nuclie.
9. Imunisasi BCG
Komplikasi
Komplikasi dini
Pleuritis, efusi pleura,empiema,laringitis
Komplikasi lanjut :
Obstruksi jalan napas SOPT (sindrom obstruksi pasca tuberkulosis)
Kerusakan parenkim paru karsinoma paru
Prognosis
Prognosis tuberkulosis pada bayi, anak-anak, dan remaja sangat baik dengan pengenalan dini
dan kemoterapi yang efektif. Pada kebanyakan anak dengan tuberkulosis paru, penyakitnya
sembuh total, dan akhirnya radiografis temuan adalah normal.
GIZI BURUK
Gizi Buruk
Definisi : patient
Suatu kondisi patologis yang diakibatkan Infekasi TB
kegagalan kronik dan kumulatif terpenuhinya Status gizi dibawah -3
kebutuhan fisiologis energi dan protein.
Manifestasi klinis dipengaruhi berbagai faktor: Sulit naik bb
usia, infeksi, kondisi status gizi sebelumnya, Sulit makan
serta jenis dan jumlah keterbatasan makanan
yang diterima
Patient
Status Antropometri
• BB : 15 kg
• TB :113 cm
• BMI:15/(1,13x1,13) 11,7
(gizi buruk dengan
perawakan tinggi normal
dibawah -3)
Etiologi Patient
Primer: kekurangan konsumsi karena tidak Sekunder : karena ada penyakit TB
tersedia bahan makanan .
Sekunder: kekurangan kalori-protein akibat
penyakit (misal penyakit infeksi, ginjal, hati,
jantung, paru, dll.)
Theory
Kriteria Diagnosis Asupan makanan menurun
Anamnesis
Asupan makanan, aktivitas, penyakit yang
mendasari
Theory Pada patient
Pemeriksaan Fisis Klinis penyakit yang
Status Antropometri
Pemeriksaan Penunjang
-Darah: Hb, leukosit, eritrosit, Ht, apus darah
tepi, albumin, protein total, ureum, kreatinin,
kolesterol total, HDL, trigliserida, Fe, TIBC,
elektrolit, glukosa, dan biakan
-Urin: rutin, kultur Apus rektal untuk
pemeriksaan parasit Foto Rontgen toraks
Theory Patient
Pengobatan Penyakit Penyerta Tuberkulin : -
Tuberkulosis (TB) Bila ada dugaan kuat menderita Rontgent : TB paru
TB, lakukan tes tuberkulin/ Mantoux (sering kali Tatalaksana pasien pengobatan TB
anergi) dan foto Rontgen toraks Bila (+) atau
sangat mungkin TB → obati sesuai pedoman
pengobatan TB
Patient
Diet untuk gizi kurang:
_kebutuhan energi dihitung sesuai RDA untuk
umur TB x BB ideal
_BB ideal (rumus konvensional) anak 7 tahun
usia x 2 + 8 22 kg
_Sehingga, kebutuhan kalori harian= 82x 22=
1804 kkal.
PNEUMONI
FAKTOR RESIKO
theori
Malnutrisi
Bayi yang tidak mendapat asi ekslusif
Patient :
Terdapat penyakit penyer seperti hiv simtomatik dan campak • Malnutrisi
Bblr (bayi dilahirkan dengan bb<2500 gram tanpa memandang gestasi) • Orang tua yang merokok
• Tempat tinggal padat
Belum mendapatkan vaksin
• Polusi udara ruangan
Orang tua yang merokok
Tempat tinggal yang padat
Polusi udara ruangan
TRANSMISI
● Virus dan bakteri banyak ditemukan di hidung atau tenggorokan anak → apabila
di inhalasi → terinfeksi.
● Menyebar secara airborne droplets yang diproduksi saat batuk dan bersin.
● Dapat menyebar lewat darah, terutama saat dan sesaat sesudah melahirkan.
World Health Organization. Pneumonia. 2019.
Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS.
2020. p. 1131-2.
Theori Klasifikasi
Klasifikasi pneumoni pada balita berdasarkan who 2014
Tanda/Gejala Klasifikasi
Takipneu berdasarkan WHO
Pneumonia disertai dengan Pneumonia
tanda bahaya: berat/pneumonia Umur <2 bulan >= 60 x/menit
- Tidak dapat minum sangat berat
- Muntah Umur 2 - >=50 x/menit
<12
- Kejang
bulan
- Letargis atau penurunan BB Umur 1 - <5 tahun >=40 x/menit
- Suara napas mengorok
pada anak tenang atau
malnutrisi berat
Bukan peneumoni
Tidak ada napas cepat atau sesak napas
Tidak perlu dirawat cukup diberikan pengobatan simtomatis
Klasifikasi pneumoni (who)
bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
Pneumonia
Bila tidak ada sesak napas
Ada napas cepat dengan laju napas:
>50 x/menit untuk anak usia usia 2 bulan-1 tahun
>40 x/menit untuk anak > 1-5 tahun Patient :
Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral Ada napas cepat 60 x/menit
Pneumoni berat
Bila ada sesak nafas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan peneumonia
Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik hanya diberikan pengobatan simtomatis seperti antipiretik
Menifestasi klinis
Theori Pasient
● Demam
● Batuk Demam
● Takipneu Batuk
● Peningkatan upaya napas
● Hipoksia Sesak
● Retraksi retraksi
Patient
Demam, batuk, nafsu makan menurun, Batuk produktif, sesak, nyeri dada Darah rutin (hb,ht,tormbosit, difft
sakit dada, sesak napas,lesu. count, eritrosit, leukosit)
Foto rontgen thorax
Kriteria Diagnosis Pneumonia (WHO)
Sesak napas, napas cepat, dan berbagai tanda bahaya agar anak segera dirujuk ke pelayanan kesehatan.
Napas cepat :
Menghitung frekuensi napas selama satu menit ketika bayi dalam keadaan tenang.
Sesak napas :
Melihat adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ketika menarik napas (retraksi epigastrium)
Tanda Bahaya :
Anak berusia 2 bulan – 5 tahun : tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk
Bayi berusia dibawah 2 bulan : malas, minum,kejang,kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/
badan terasa dingin.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Kliegman, R. (2020). Nelson textbook of pediatrics (Edition 21.). Philadelphia, PA: Elsevier.
https://radiopaedia.org/articles/pneum atocele-1
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Menurut Petunjuk Teknis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2018 dan guideline WHO 2014
Klasifikasi Tatalaksana
Pneumonia berat/ Beri dosis pertama antibiotik kemudian rujuk/rawat
pneumonia sangat untuk mendapatkan antibiotik IV
berat
taprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS. 2020. p. 1133
Indikasi Rawat Inap
Tatalaksana : Analgetik dan antipiretik
Jika suhu badan melebihi 38,5 C atau nyeri, berikan paracetamol dan ingatkan ibu untuk
memberikan cairan lebih banyak.
Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS. 2020. p.
1135-6
Tabel terapi antibiotik untuk penumonia yang disebabkan oleh patogen spesifik
Pemantauan
• Evaluasi terapi dan pertimbangkan
Sesudah pemberian antibiotik monitor 24 melakukan/mengulang foto rontgen toraks jika :
jam selama 48-72 jam pertama • Demam/ manifestasi klinis lain menetap sesudah
48 jam pemberian antibiotik
Klinis membaik : • Klinis memburuk sebelum 48 jam
• Terdapat keadaan yang berat :
1. Tidak ada tanda sepsis,empiema,necrotizing
Kejang
pneumonia, dan abses paru. Letargi/tidak sdar
2. Tanda vital stabil selama min. 48 jam Tidak dapat menyusui atau minum/makan, atau
memuntahkan semua minum/makan
3. Biakan tidak menunjuka pertumbahan kuman Sianosis
4. Makan/minum PO Distress pernapasan berat
Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS.
2020. p. 1135-6
Indikasi Pulang dan Pencegahan
Perbaikan klinis
Nafsu makan baik
Bebas demam 24-48 jam
Stabil
Spo2 > 90%
Orang tua sudah mengerti
untuk melanjutkan pemberian
obat Per oral
Termasuk vaksin influenza untuk anak >6 bl dan usia remaja. Untuk orang tua
atau pengasuh bayi <6 bulan disarankan imunisasi influenza dan pertussis.
Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS. 2020. p. 1135-6
Komplikasi
Empiema torasis
Atelektasis
Abses paru
Emfisema
Menigitis
Sepsis berat
Acute respiratry distress syndrome
Prognosis
Bagi kebanyakan anak, prognosis pneumonia baik. Pneumonia virus cenderung sembuh
tanpa pengobatan. Gejala sisa jangka panjang jarang terjadi. Anak-anak dengan tuberkulosis
berada pada risiko tinggi untuk perkembangan penyakit jika kondisi ini tidak diobati.
Anak-anak dengan imunokompromais memiliki prognosis terburuk. Setiap tahun, sekitar 3
juta anak meninggal karena pneumonia dan mayoritas dari anak-anak ini juga memiliki
penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung bawaan, imunosupresi, atau penyakit paru-
paru kronis prematuritas.