Anda di halaman 1dari 96

CRS

Preseptor : Deisy alexandria taruli dr., Sp.A


Presentan : Madinatul Munawaroh
Identitas Pasien
 Nama : An. Y
 Jenis : Laki-laki
 Usia : 7 tahun
 Tanggal lahir : 2 november 2011
 Alamat : kampung cilenggang
 Agama : Islam
 Pekerjaan : pelajar
 Tanggal masuk RS : 22 desember 2021
 Tanggal pemeriksaan : 23 desember 2021
Identitas Orang Tua
IBU
Ayah
 Nama : dede halimah • Nama : dodi ariandi
 Usia : 26 tahun • Usia : 30 tahun
 Alamat : kampung cilenggang • Alamat : kampung dilenggang
 Agama : islam • Agama : islam
 Pekerjaan : ibu rumah tangga • Pekerjaan : wirasuwasta
 Pendidikan Terakhir : SD • Pendidikan Terakhir : SD
 Hubungan dengan pasien : ibu • Hubungan dengan pasien : Ayah
kandung kandung
Keluhan Utama
 Demam dan batuk
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke ke RS-Majalaya dengan keluhan demam dan batuk.
Keluhan tersebut dirasakan oleh pasien sejak tiga minggu yang lalu. Demam dan batuk muncul
secara bersamaan. Demam dirasakan pada malam hari dan batuk muncul pada siang, sore hari.
Demam dirasakan naik turun, suhu badan meningkat pada malam hari dan menurun pada siang
hari. Ibu pasien mengatakan batuknya kering. Ibu pasien mengatakan batuk dan demamnya sudah
diobati dengan antibiotik dan paracetamol namun tidak membaik.
Ibu pasien mengatakan keluhan disertai nafsu makan menurun, keringat dingin pada malam hari dan bisa
menghabiskan 1 kotak tisue dalam 1 hari, susah bab, sakit dada, sesak nafas, suka bernapas lewat mulut, sakit
pada bagian tulang, susah naik berat badan, dan lesu.
Ibu pasien menyangkal adanya penurunan kesadaran, kejang, tidak dapat minum, suka tidur miring ke sisi
yang sakit dengan lutut dilipat, tidak ada kebiruan disekitar bibir, jari dan badan, muntah. Ibu pasien
menyangkal adanya bunyi mengi mengorok ketika sedang bernapas. Ibu pasien mengatakan dirumah tidak
ada riwayat batuk lama dan pengobatan selama 6 bulan. Ibu pasien menyangkal adanya alergi debu dan
dingin, dan sulit menelan.
Ibu pasien mengatakan lingkungan rumah lembab dan tinggal di daerah penduduk yang padat dengan jarak
antar rumah satu dengan yang lain berdekatan. Diketahui pasien juga tinggal bersama ayah yang merokok.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Pada usia 11 bulan mengalami keluhan yang sama pengobatan selama 9 bulan
 Pada usia 4,5 tahun mengalami keluhan yang sama pengobatan selama 6 bulan
Riwayat Penyakit Keluarga
 Keluarga pasien tidak memiliki keluhan yang serupa
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Pasien mempunyai riwayat persalinan normal diklinik swasta bidan dengan bb normal, tb
normal.
Riwayat Makan
 0-6 bln : Asi + sufor
 6-8 bln : Asi + Sufor
 8-1 thn : Asi + bubur tim
 1-2 thn : makanan keluarga
Riwayat Imunisasi
Pada patient :
 Imunisasi lengkap
Riwayat tumbuh kembang
 Motorik kasar :
Angkat kepala, gerakan kaki tangan pada umur 0-3 bulan
Duduk tidak pegangan, merangkak pada umur 6-9 bulan
Berdiri, jalan dibantu pada umur 12-18 bulan
 Motorik halus :
Melihat kontak mata pada umur 0-3 bulan
Meraih benda pada umur 6-9 bulan
 Bahasa :
Mengoceh spontan oooh aaah, bereaksi terhadap suara pada umur 3 bulan
 Sosial :
Tepuk tangan, mencari mainan pada umur 8 bulan
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
Tanda Vital :
• TD : 90/60 mmHg
• N : 123 x/menit
• R : 60 x/menit
• S : 37,2°C
• SpO2 : 96 %
Status Antropometri
• BB : 15 kg
• TB :113 cm
• IMT :15/(1,13x1,13)  11,7 (gizi buruk dengan perawakan tinggi normal dibawah -3)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
 Bentuk : Normocephal
 Rambut : Hitam, halus, tumbuh merata, tidak mudah rontok
 Wajah: Simetris, edema (-), deformitas (-), flushing face (-)
 Mata : Refleks pupil direk & indirek (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis (-)
 Telinga : Simetris, bentuk normal, secret (-/-)
 Mulut : Bibir telihat kering, perioral sianosis(-), gusi berdarah (-), typhoid tongue, stomatitis (+)
 Leher : Pembesaran KGB anterior, posterior cervical (+), retraksi suprasternal (-)
Thoraks
Cor:
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Palpasi tidak dilakukan
 Perkusi : Perkusi tidak dilakukan
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 murni regular, murmur(-), gallop(-)

Pulmo
 Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris, retraksi intercostal (+)
 Palpasi : Vokal fremitus simetris
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : VBS kanan = kiri, ronkhi basah halus (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen
 Inspeksi : Datar, lembut, retraksi epigastrik (-), rose spot (-)
 Palpasi : Hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan epigastrik (-)
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus normal

Genital
 Tidak di lakukan pemeriksan

Ekstremitas
 Akral hangat
 CRT <2 detik
Resume
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke ke RS-Majalaya dengan keluhan demam dan batuk sejak tiga minggu yang
lalu. Demam dan batuk muncul secara bersamaan. Demam dirasakan pada malam hari dan batuk muncul pada siang, sore
hari. Demam dirasakan naik turun, suhu badan meningkat pada malam hari dan menurun pada siang hari. Ibu pasien
mengatakan batuknya kering.
Ibu pasien mengatakan keluhan disertai nafsu makan menurun, keringat dingin pada malam hari, susah bab, sakit dada,
sesak nafas, suka bernapas lewat mulut, sakit pada bagian tulang, susah naik berat badan, dan lesu.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Bibir telihat kering, stomatitis (+), Pembesaran KGB anterior, posterior cervical,
preauricular (+), retraksi intercostal (+), dan ronkhi (+/+).
Diagnosis Banding
 Tuberculosis paru primer + malnutrisi berat
 Peneumoni + malnutrisi berat
Usulan Pemeriksaan
 Darah rutin (hb,ht,tormbosit, difft count, eritrosit, leukosit)
 Foto rontgen thorax
 Test tuberculin
 Konfirmasi bakteriologis  BTA Sputum, Kultur, TCM
 Skoring TB
Diagnosis Kerja
 Tuberculosis paru primer + malnutrisi berat
Tatalaksana Tuberculosis paru kambuh

Pemberian obat OAT


Fase intesif  2 RHZ (3 tablet/ hari : 2 bulan pertama)
Fase lanjutan  4 HR (3 tablet/hari : 4-6 bulan)

Untuk 1 bulan, 1 bulan kontrol


R/ 3 KDT anak No. XC
S l d.d tab. lll
Tatalaksana Bronkopeneumoni
Gentamicin 7,5 mg/kgBB setiap hari
TATALAKSANA UMUM Dosis : 7.5 mg x15 kg = 112, 5 mg/ hari (IV)
 Rawat dalam bangsal
Menghitung jumlah ampul
 Pemberian O2 bila saturasi <90%
1 ampul= 2ml
 Nebu combivent/8 jam 112,5 mg/hari :40 mg/ml = 2,8125 ml/hari
 Pantau TTV selama 48 jam
R/gentamicin 40 mg/mL amp no. ll
S 1 dd 112,5 mg i.v
TATALAKSANA KHUSUS
 Pemberian Antibiotik • Pemberian Antipiretik
10-15 mg / kgBB/ X
Ampisillin 50 mg/kgBB/dosis IV 50 mg x 15 kg = 750 mg/dosis
(IV) 10 mg/kgBB/kali x 15 kg = 150 mg
15 mg/kgBB/kali x 15 kg = 225 mg
750 mg x 4 = 3000 mg/hari Dosis 150-225 mg/kali
R Ampisillin 1 gr vial No IIl Dosis per hari  3x180 mg = 540 mg/hari
S 4 dd 750 mg IV Sediaan : 120 mg/ 5 ml
R/ Paracetamol Syr Flc No l
(setiap 6 jam yang harus dipantau dalam 24 jam, selama 48-72 jam S 3 dd cth I ½ (prn)
pertama)
Tatalaksana Gizi kurang

 Diet untuk gizi kurang:


_kebutuhan energi dihitung sesuai RDA untuk umur
TB x BB ideal
_BB ideal (rumus konvensional) anak 7 tahun
usia x 2 + 8 22 kg
_Sehingga, kebutuhan kalori harian= 82x 22= 1804
kkal.
Edukasi
 Edukasi untuk TB
Edukasi untuk gizi buruk
- Mengobati infeksinya
1. Mendiagnosis dan memberikan pengobatan yang
- Beri anak makanan yang sesuai (energi dan
tepat dan segera pada pasien dewasa dengan sputum protein), min. 5 kali sehari Beri makanan selingan
BTA positif di antara makanan utama
- Upayakan makanan selalu dihabiskan
- Beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
2. Memperbaiki ventilasi udara di rumah tinggal

3. Tidak meludah sembarangan

4. Mengurangi kontaminasi terhadap asap rokok


Prognosis untuk TB
 QUO AD VITAM : AD BONAM
 QUA AD FUNCTIONAM: AD BONAM
 QUO AD SANATIONAM: DUBIA AD BONAM
Follow up
Tanggal S O A
23/12/21 Batuk, demam masih naik turun, sesak, TTV Tuberculosis
perut kembung paru primer
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
Tanda Vital :
• TD : 90/60 mmHg
• N : 123 x/menit
• R : 60 x/menit
• S : 37,2°C
• SpO2 : 96 %
Mulut : stomatitis
Thorax : intercostal
Tuberculosis
paru primer
24/12/21 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Sesak (+) Demam (+) Batuk (+), perut Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
kembung Tanda Vital :
• TD : 90/60 mmHg
• N : 158 x/menit
• R : 60 x/menit
• S : 37,2°C
• SpO2 : 95 %
Mulut : stomatitis
Thorax : intercostal
Tanggal S O A
27/12/21 Sesak (+) Demam (+) Batuk (+), perut
kembung
Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
Tubercu
Tanda Vital : losis
• TD : 96/71 mmHg
• N : 108 x/menit paru
• R
• S
: 60 x/menit
: 37,6°C
primer
• SpO2 : 95 %
Mulut : stomatitis
Thorax : intercostal
TUBERCULOSIS
Definisi
 Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis) pada anak berusia <
15 tahun. Pada patient :
Sumber : buku pedoman diagnosis unpad edisi 6.
Anak usia 7 tahun
Anak terduga tb
Terduga tb anak
Pasien tb anak terdiagnosis secara klinis
Adalah anak yang mempunyai keluhan atau gejala klinis mendukung
tb
Pasien tb anak
a. Pasien tb anak terkonfirmasi bakteriologis
Adalah anak yang terdiagnosis dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis positif
b. Pasien tb anak terdiagnosis secara klinis
Adalah anak yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB oleh dokter dan
diputuskan untuk diberikan pengobatan TB
sumber : kemenkes. Petunjuk manajemenin dan tatalaksana TB pada anak tahun 2016
Etiologi
 Bakteri mycobacterium tuberculosis
Tuberkel MTB tidak membentuk spora, ukuran 2-4 mikrometer, bersifat gram positif lemah, dinding selnya banyak
mengandung lipid sehingga resisten terhadap efek bakteriasidal sistem pertahanan tubuh antibodi dan komplemen.
Epidemiologi
sumber : kemenkes. Petunjuk manajemenin dan tatalaksana TB pada anak tahun 2016

THEORI PATIENT
 Dinegara negara berkembang jumlah anak  Anak usia 7 tahun
berusia kurang dari 15 Tahun adalah 40%-50%
dari jumlah seluruh populasi umum dan
terdapat sekitar 500.000 anak di dunia
menderita TB setiap tahun
 Pada tahun 1994 menurut WHO Indonesia
menduduki urutan ketiga di dunia untuk
angka kejadian penyakit TB, urutan pertama
dan kedua masing-masing adalah India dan
China.
THEORI Faktor risiko
 Faktor risiko infeksi TB:
PATIENT
1.Anak yang kontak dengan penderita TB dewasa aktif (dengan BTA sputum
positif, infiltrat yang luas pada lobus superior paru, adanya kavitas, produksi
sputum banyak encer, batuk yang kuat dan produktif, sikulasi atau ventilasi
 Ibu pasien mengatakan
yang kurang) lingkungan rumah lembab dan
2.Tinggal di daerah endemis
tinggal di daerah penduduk
3.Kemiskinan.

4.Sirkulasi lingkungan yang kurang baik.


yang padat dengan jarak antar
 Faktor risiko penyakit TB: rumah satu dengan yang lain
1.Usia < 5 tahun berdekatan. Diketahui pasien
2.Malnutrisi
juga tinggal bersama ayah
3.Imunokompromais (HIV, keganasan, transplantasi organ, mendapat obat
yang merokok.
imunosupresif)

4.Diabetes mellitus

5.Gagal ginjal kronik


Klasifikasi dan manifestasi klinis
Terpapar
Individu yang terpapar dengan penderita TB, asimtomatik, pemeriksaan fisis dan radiologis normal, serta tes kulit
tuberkulin (−)
Latent Tuberculosis Infection (LTBI)
Individu yang terpapar dengan penderita TB, dengan hasil tes kulit tuberkulin (+), tetapi tidak ada gejala,
pemeriksaan fisis dan radiologis dalam batas normal
Penyakit TB
Lokasi Paru
Ekstra paru
Riwayat pengobatan Baru
Pernah diobati sebelumnya
Riwayat pengobatan tidak diketahui
Patient :
Hasil uji kepekaan Sensitif Penykit TB berdasarkan
Resistan ( multidrug resisten (MDR), extensive drugds lokasi di paru-paru
resistant (XDR), resistensi rifampisin (RR)
Status HIV Negatif
Positif
Tidak diketahui
KLASIFIKASI
 Lokasi
a. Paru-paru

1. TB paru primer

 TB primer meliputi fokus parenkim paru (70% subpleural)


Patient:
dan kelenjar limfe regional. Demam dan batuk sejak tiga minggu yang
lalu, sesajk napas,suka bernapas lewat
Tanda dan Gejala : mulut,keringat pada malam hari,berat badan
sulit naik, dan lesu
Gejala TB paru primer yang paling sering ditemukan pada anak
adalah batuk non-produktif, sesak ringan, gejala sistemik berupa
demam, anoreksia, keringat malam dan aktivitas yang menurun
(lesu). Dapat juga ditemukan berat badan yang sulit naik adanya
gagal tumbuh. Pada obstruksi bronkus akibat pembesaran
kelenjar limfe dapat menimbulkan gejala wheezing lokal atau
suara nafas yang menurun yang kadang-kadang disertai distress
pernafasan.
Diagnosis

 Anamnesis :
Riwayat kontak erat dengan penderita TB. kontak erat adalah penderita TB
yang tinggal serumah atau sering kontak dengan sputum BTA +. Penderita TB
sputum (-) tetapi kultur + juga dapat menularkan ke anak
Gejala yang sering ditemukan pada penderita anak :
1. Batuk presisten : batuk terus menerus tanpa episode sembuh > 21 hari
dan tidak sembuh dengan pengobatan lini pertama Patient:
2. Panas lama : panas badan > 38 c selama 14 hari, tapi bukan karena Demam dan batuk sejak tiga minggu yang
infeksi saluran respiratori,malaria,bakterimia, dan sepsis lalu, sesak napas,suka bernapas lewat
3. BB menurun atau gagal tumbuh : penting untuk melihat data pada mulut,keringat pada malam hari,berat
kurva pertumbuhan badan sulit naik, dan lesu
4. Keringat malam : keringat malam hari yang berlebihan sehingga harus
mengganti baju
5. Gejala lain : Anoreksia, lesu, batuk darah (jarang). Mengorok, batuk
menggonggong, suara serak yang menetap ditemukan pada TB laring.
Nyeri dada unilateral dengan atau tanpa sesak merupakan gejala pleuritis
TB, sedangkan gangguan kesadaran merupakan gejala meningitis TB

Sumber : buku pedoman diagnosis unpad edisi 6.


 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status nutrisi harus selalu dilakukan pada setiap anak yang dicurigai menderita TB.

Status Antropometri
• BB : 15 kg
• TB :113 cm
• BMI:15/(1,13x1,13)  11,7 (gizi buruk dengan
perawakan tinggi normal dibawah -3)
Pemeriksaan Penunjang

 Uji tuberculin
Aspirasi larutan PPD sebanyak 0,1 cc
menggunakan spuit tuberkulin ukuran 3/8 inchi,
jarum ukuran 26-27
• Ganti jarum
• Bersihkan kulit permukaan lengan bawah kiri
bagian dalam (volar/fleksor) dengan alkohol, +
5-10 cm dari lipatan siku, biarkan hingga kering.
• Suntikkan secara intradermal, lubang jarum
mengarah ke atas (bevel terlihat oleh mata
kita).
• Sudut jarum 10-15° terhadap permukaan
lengan (hampir datar)
• Jika penyuntikan dilakukan dengan benar,
akan timbul gelembung putih pucat (wheal)
yang padat/keras, berdiameter 6-10 mm.
Metode pembacaan
METODE SOKAL

• Gunakan ballpoint untuk menyusuri indurasi,


mulai dari luar indurasi sampai menemukan
tepinya
• Beri tanda pada tepi tsb
• Lakukan juga dari tepi kontra lateralnya,
sehingga didapatkan kedua tepi indurasi
transversal kemudian diukur dalam milimeter
Interpretasi

 POSITIF: jika diameter indurasi > 10mm


 Anak imunokompromais: diameter indurasi
> 5 mm

Pada patient :
PPD 0 mm
FOTO THORAX
• Terdapat penonjolan hilus kanan (panah hitam) yang
disebabkan oleh adenopati hilus, adenopati hilar
unilateral merupakan manifestasi infeksi primer MTB
terutama pada anak-anak (90% kasus pada anak)
• Pneumonia pada TB Primer mempengaruhi lobus atas
( panah putih padat) dan sedikit lebih banyak daripada
lobus bawah (panah putih bertitik).

Pada patient
Bakteriologis
 Pada anak sulit dilakukan karena sulitnya mendapatkan spesimen, sehingga hanya bisa melalui aspirat
lambung. Tetapi hasil sering negatif karena jumlah kuman MTB pada anak sedikit.

Pada patient

Pada usia 11 bulan mengalami keluhan yang sama pengobatan


selama 9 bulan
Pada usia 4,5 tahun mengalami keluhan yang sama pengobatan
selama 6 bulan
Skoring TB

 Kontak TB = 0
 Uji tuberkulin = 0
 Status gizi = 2
 Demam tanpa penyebab
yang jelas = 1
 Batuk = 1
 Pembesaran kgb = 1
 Pembengkakan
tulang/sendi, panggul, dan
falang = 0
 Foto thorax= 1
Jumlah total = 6
Diagnosis banding
 Peneumoni
 Malignancy
 Penyakit sistemic lainnya seperti
lymphadenopathy
 mikobakteri atipikal, penyakit catcratch, Patient :
infeksi jamur, penyakit virus atau bakteri, peneumoni
toksoplasmosis, sarkoidosis, reaksi obat.
TATALAKSANA
TUJUAN
• Menyembuhkan
• Mencegah kematian atau kecacatan
• Mencegah kekambuhan
• Mencegah terjadinya resistansi obat
• Mencegah transmisi TB & reservasi sumber infeksi
PRINSIP
1. OAT diberikan dalam paduan obat, tidak boleh monoterapi.
2. Pengobatan setiap hari.
3. Pemberian gizi adekuat.
4. Mencari dan menatalaksana penyakit penyerta
PEMBERIAN KORTIKOSTEROID
Pada kondisi :
• TB meningitis,
• sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
• perikarditis TB.
• TB milier dengan gangguan napas yang berat,
• efusi pleura
• TB abdomen dengan ascites

Sering digunakan: Prednison dosis 2 mg/kg/ hari, hingga 4 mg/kg/hari pada kasus sakit berat, dosis maksimal 60
mg/hari selama 4 minggu.
Tappering -off setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis: tappering off setelah 4 minggu.
Pemantauan pengobatan pasien TB Anak
• Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu selama fase intensif, dan sekali sebulan pada
fase lanjutan
• Pada setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan kemungkinan
adanya efek samping obat.
• Pada pasien TB anak BTA positif: pemantauan sputum harus dilakukan pada akhir bulan ke-2, ke-
5 dan ke-6.
• Foto toraks ulang tidak rutin dilakukan, kecuali pada TB milier, efusi pleura TB, atelektasis
HASIL PENGOBATAN
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur

Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan penyebab kegagalan terapi.


 Jika:
– anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau > 2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB  beri pengobatan kembali mulai dari awal.
– anak tidak minum obat < 2 minggu difase intesif atau < 2bulan difase lanjutan dan menunjukkan
gejala TB  lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai

Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko terjadinya TB ressiten obat akan
meningkat
Pencegahan
1. Mendiagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat dan segera pada pasien dewasa dengan sputum BTA positif

2. Sterilisasi sputum dengan cara penyinaran langsung oleh matahari akan membunuh MTB dalam waktu 5 menit.

3. Sodium hipoklorid dapat membunuh MTB pada material yang terkontaminasi oleh droplet nuclie.

4. Pemanasan 600C dalam 20 menit atau 700C dalam menit

5. Mengurangi kepadatan penduduk

6. Memperbaiki ventilasi udara di rumah tinggal

7. Tidak meludah sembarangan

8. Mengurangi kontaminasi terhadap asap rokok

9. Imunisasi BCG
Komplikasi
 Komplikasi dini
Pleuritis, efusi pleura,empiema,laringitis
 Komplikasi lanjut :
Obstruksi jalan napas  SOPT (sindrom obstruksi pasca tuberkulosis)
Kerusakan parenkim paru  karsinoma paru
Prognosis
 Prognosis tuberkulosis pada bayi, anak-anak, dan remaja sangat baik dengan pengenalan dini
dan kemoterapi yang efektif. Pada kebanyakan anak dengan tuberkulosis paru, penyakitnya
sembuh total, dan akhirnya radiografis temuan adalah normal.
GIZI BURUK
Gizi Buruk
Definisi : patient
 Suatu kondisi patologis yang diakibatkan  Infekasi TB
kegagalan kronik dan kumulatif terpenuhinya  Status gizi dibawah -3
kebutuhan fisiologis energi dan protein.
Manifestasi klinis dipengaruhi berbagai faktor:  Sulit naik bb
usia, infeksi, kondisi status gizi sebelumnya,  Sulit makan
serta jenis dan jumlah keterbatasan makanan
yang diterima
Patient
Status Antropometri
• BB : 15 kg
• TB :113 cm
• BMI:15/(1,13x1,13)  11,7
(gizi buruk dengan
perawakan tinggi normal
dibawah -3)
Etiologi Patient
 Primer: kekurangan konsumsi karena tidak  Sekunder : karena ada penyakit TB
tersedia bahan makanan .
 Sekunder: kekurangan kalori-protein akibat
penyakit (misal penyakit infeksi, ginjal, hati,
jantung, paru, dll.)
Theory
 Kriteria Diagnosis  Asupan makanan menurun
Anamnesis
Asupan makanan, aktivitas, penyakit yang
mendasari
Theory Pada patient
Pemeriksaan Fisis Klinis penyakit yang
Status Antropometri

mendasari, tanda-tanda klinis defisiensi makro


dan mikronutrien, antropometri • BB : 15 kg
• TB :113 cm
• BMI:15/(1,13x1,13)  11,7
(gizi buruk dengan
perawakan tinggi normal
dibawah -3)
Theory

 Pemeriksaan Penunjang
-Darah: Hb, leukosit, eritrosit, Ht, apus darah
tepi, albumin, protein total, ureum, kreatinin,
kolesterol total, HDL, trigliserida, Fe, TIBC,
elektrolit, glukosa, dan biakan
-Urin: rutin, kultur Apus rektal untuk
pemeriksaan parasit Foto Rontgen toraks
Theory Patient
 Pengobatan Penyakit Penyerta  Tuberkulin : -
Tuberkulosis (TB) Bila ada dugaan kuat menderita  Rontgent : TB paru
TB, lakukan tes tuberkulin/ Mantoux (sering kali  Tatalaksana pasien pengobatan TB
anergi) dan foto Rontgen toraks Bila (+) atau
sangat mungkin TB → obati sesuai pedoman
pengobatan TB
Patient
 Diet untuk gizi kurang:
_kebutuhan energi dihitung sesuai RDA untuk
umur TB x BB ideal
_BB ideal (rumus konvensional) anak 7 tahun
usia x 2 + 8 22 kg
_Sehingga, kebutuhan kalori harian= 82x 22=
1804 kkal.
PNEUMONI
FAKTOR RESIKO
theori
 Malnutrisi
 Bayi yang tidak mendapat asi ekslusif
Patient :
 Terdapat penyakit penyer seperti hiv simtomatik dan campak • Malnutrisi
 Bblr (bayi dilahirkan dengan bb<2500 gram tanpa memandang gestasi) • Orang tua yang merokok
• Tempat tinggal padat
 Belum mendapatkan vaksin
• Polusi udara ruangan
 Orang tua yang merokok
 Tempat tinggal yang padat
 Polusi udara ruangan

TRANSMISI
● Virus dan bakteri banyak ditemukan di hidung atau tenggorokan anak → apabila
di inhalasi → terinfeksi.
● Menyebar secara airborne droplets yang diproduksi saat batuk dan bersin.
● Dapat menyebar lewat darah, terutama saat dan sesaat sesudah melahirkan.
World Health Organization. Pneumonia. 2019.
Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS.
2020. p. 1131-2.
Theori Klasifikasi
Klasifikasi pneumoni pada balita berdasarkan who 2014

Tanda/Gejala Klasifikasi
Takipneu berdasarkan WHO
Pneumonia disertai dengan Pneumonia
tanda bahaya: berat/pneumonia Umur <2 bulan >= 60 x/menit
- Tidak dapat minum sangat berat
- Muntah Umur 2 - >=50 x/menit
<12
- Kejang
bulan
- Letargis atau penurunan BB Umur 1 - <5 tahun >=40 x/menit
- Suara napas mengorok
pada anak tenang atau
malnutrisi berat

Napas cepat dan/atau Pneumonia


tarikan dinding dada ke Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih
dalam
SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Batuk dan pilek Bukan pneumonia
Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS.
2020. p. 1133
Klasifikasi pneumonia (who)
bayi dan anak berusia dibawah 2 bulan
 Pada bayi berusia dibawah 2 bulan perjalanan penyakit lebih bervariasi, mudah terjadi
komplikasi, dan sering menyebabkan kematian
Peneumoni
 Bila ada napas cepat ( >60 x/menit) atau sesak napas)
 Harus di rawat dan diberikan antibiotik

 Bukan peneumoni
 Tidak ada napas cepat atau sesak napas
 Tidak perlu dirawat cukup diberikan pengobatan simtomatis
Klasifikasi pneumoni (who)
bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
Pneumonia
Bila tidak ada sesak napas
Ada napas cepat dengan laju napas:
>50 x/menit untuk anak usia usia 2 bulan-1 tahun
>40 x/menit untuk anak > 1-5 tahun Patient :
Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral Ada napas cepat 60 x/menit
Pneumoni berat
Bila ada sesak nafas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan peneumonia
Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik hanya diberikan pengobatan simtomatis seperti antipiretik
Menifestasi klinis
Theori Pasient
● Demam
● Batuk  Demam
● Takipneu  Batuk
● Peningkatan upaya napas
● Hipoksia  Sesak
● Retraksi  retraksi

Klasifikasi Pneumonia Balita Menurut Petunjuk Teknis


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018
Gejala klinis Klasifikasi

Tarikan dinding dada bagian bawah ke Pneumonia berat


dalam (TDDK) atau saturasi O 2 <90%

Napas cepat saja Pneumonia

Tidak ada napas cepat dan TDDK Batuk bukan pneumonia


Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS. 2020. p. 1132-4. Petunjuk Teknis Kemenkes RI Tahun
2018
Gambaran Klinis Pneumonia Pada Bayi dan Anak Secara Umum :

Gejala Infeksi umum Gejala Gangguan Respiratori


 Demam, sakit kepala, gelisah, malaise,  Batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
penurunan nafsu makan, keluhan napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan
gastrointestinal seperti mual, muntah, atau sianosis
diare.  Pemeriksaan fisik :
pekak perkusi, suara napas melemah, ronki
 Patien :  Patient :
Demam, malaise, penurunan nafsu makan,
Batuk, sesak napas,retraksi dada, ronki
keluhan gastrointestinal
Gambaran Klinis Pneumoni Pada Bayi dan Anak secara Umum :
 Gambaran klinis pneumoni pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup serangan
apnea, sianosis,merintih,napas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum,
takikardi atau bradikardi, retraksi subskosta dan demam.
Gambaran klinis pneumia pada Balita dan anak yang lebih besar :
 Keluhan meliputi demam, mengigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, dan kadang keluhan
gastrointestinal seperti muntah dan diare. Secara klinis ditemukan gejala respiratori seperti
takipnea, retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping hidung, ronki, dan sianosis. Anak
besar dengan peneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut ditekuk karena
nyeri dada.
 Bila terjadi efusi pleura atau empiema, gerakan dada tertinggal didaerah efusi. Gerakan dada
juga akan terganggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi plura. Bila efusi pleura bertamah,
sesak napas akan semakin bertamha, tetapu nyeri pleura semakin berkurang dan berubah
menjadi nyeri tumpul
Gambaran Klinis Pneumonia Pada Balita dan Anak yang lebih besar
 Kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumia lobus kanan bawah yang menimbulkan
iritasi diagfrafma. Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai
apendisitis. Hati mungkin teraba karena tertekan oleh diafragma, atau memang membesar
karena terjadi gagal jantung kongestif sebagai komplikasi peneumonia
Diagnosis
anamnesis Pemeriksaan Fisik Penunjang

• Demam, batuk, gelisah, rewel, dan Neonatus : takipneu,grunting,retraksi Radiologi :


sesak napas. dinding dada,sianosis, dan malas Foto rontgen toraks
• Bayi : gejala tidak khas tanpa menetek USG
demam dan batuk Bayi : grunting jarang, gejala lain CT-Scan
• Anak besar : kadang nyeri kepala, seperti batuk, panas, iritabel Laboratorium :
nyeri abdomen, muntah. Anak balita : batuk Darah rutin : leukosit,hitung jenis
produktif/nonproduktif, dispnea Kultur darah
Anak sekolah dan remaja : nyeri dada, Pewarnaan gram
nyeri kepala, dehidrasi, letargi PCR
Pemeriksaan pulse oximetri Serologis

Patient
Demam, batuk, nafsu makan menurun, Batuk produktif, sesak, nyeri dada Darah rutin (hb,ht,tormbosit, difft
sakit dada, sesak napas,lesu. count, eritrosit, leukosit)
Foto rontgen thorax
Kriteria Diagnosis Pneumonia (WHO)
Sesak napas, napas cepat, dan berbagai tanda bahaya agar anak segera dirujuk ke pelayanan kesehatan.
Napas cepat :
Menghitung frekuensi napas selama satu menit ketika bayi dalam keadaan tenang.
Sesak napas :
Melihat adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ketika menarik napas (retraksi epigastrium)
Tanda Bahaya :
Anak berusia 2 bulan – 5 tahun : tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk
Bayi berusia dibawah 2 bulan : malas, minum,kejang,kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/
badan terasa dingin.
Pemeriksaan Penunjang
 Darah rutin

Umumnya menunjukan leukositosis pada pneumonia


bakterial dengan hitung leukosit > 15.000/mm 3 dengan
dominasi neutrofil. Jumlah leukosit <5000 sel/ mm 3
biasanya berkaitan dengan penyakit yang berat.
 Aspirasi bronkus dengan bronoskopi
 Foto thorax
 Blood culture

Pemeriksaan penunjang pada patient :


Leukosit : normal
Penunjang : Foto Rontgen Toraks
 Gambaran foto toraks dapat
menunjukan konsolidasi lobar
maupun segmental pada
pneumonia lobaris, hiperaerasi
dan meningkatnya
bronchovascular marking serta
periboncial cuffings pada
pneumonia interstitial,
gambaran infiltrat kecil-kecil
merata sampai perifer pada
bronkopneumonia.

Kliegman, R. (2020). Nelson textbook of pediatrics (Edition 21.). Philadelphia, PA: Elsevier.
https://radiopaedia.org/articles/pneum atocele-1
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Menurut Petunjuk Teknis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2018 dan guideline WHO 2014

Klasifikasi Tatalaksana
Pneumonia berat/ Beri dosis pertama antibiotik kemudian rujuk/rawat
pneumonia sangat untuk mendapatkan antibiotik IV
berat

Pneumonia Rawat jalan


Beri amoksisilin dosis 80 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

Bukan pneumonia Pengobatan batuk sesuai dengan penyebab

taprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS. 2020. p. 1133
Indikasi Rawat Inap
Tatalaksana : Analgetik dan antipiretik
 Jika suhu badan melebihi 38,5 C atau nyeri, berikan paracetamol dan ingatkan ibu untuk
memberikan cairan lebih banyak.

Kementerian Kesehatan Repiblik Indonesia. Tatalaksana Pneumonia Balita Di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan Tingkat Pertama. 2018
Tatalaksana : Terapi oksigen
 Oksigen diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen < 92% dan pada distress
napas.
 Anak dengan agitasi  indikator hipoksia
 Laju pemberian oksigen maksimal dengan kanul nasal tanpa humidifikasi

Umur : Laju oksigen maksimal


Bayi muda (0-2 bulan) 0,5 L/menit
Bayi (2-12 bulan) 1 L/menit
Balita (12-59 bulan) 2 L/menit
Anak usia sekolah 4 L/menit

Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS. 2020. p.
1135-6
Tabel terapi antibiotik untuk penumonia yang disebabkan oleh patogen spesifik
Pemantauan
• Evaluasi terapi dan pertimbangkan
 Sesudah pemberian antibiotik  monitor 24 melakukan/mengulang foto rontgen toraks jika :
jam selama 48-72 jam pertama • Demam/ manifestasi klinis lain menetap sesudah
48 jam pemberian antibiotik
 Klinis membaik : • Klinis memburuk sebelum 48 jam
• Terdapat keadaan yang berat :
1. Tidak ada tanda sepsis,empiema,necrotizing
Kejang
pneumonia, dan abses paru. Letargi/tidak sdar
2. Tanda vital stabil selama min. 48 jam Tidak dapat menyusui atau minum/makan, atau
memuntahkan semua minum/makan
3. Biakan tidak menunjuka pertumbahan kuman Sianosis
4. Makan/minum PO Distress pernapasan berat

Ganti anti biotik IV dengan PO (umumnya


sesudah 2-4 hari pemberian antibiotik IV)

Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS.
2020. p. 1135-6
Indikasi Pulang dan Pencegahan
 Perbaikan klinis
 Nafsu makan baik
 Bebas demam 24-48 jam
 Stabil
 Spo2 > 90%
 Orang tua sudah mengerti
untuk melanjutkan pemberian
obat Per oral

Termasuk vaksin influenza untuk anak >6 bl dan usia remaja. Untuk orang tua
atau pengasuh bayi <6 bulan disarankan imunisasi influenza dan pertussis.

Nataprawira HMN, Susanah S, Rahayuningsih SE, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. UNPAD PRESS. 2020. p. 1135-6
Komplikasi
 Empiema torasis
 Atelektasis
 Abses paru
 Emfisema
 Menigitis
 Sepsis berat
 Acute respiratry distress syndrome
Prognosis
Bagi kebanyakan anak, prognosis pneumonia baik. Pneumonia virus cenderung sembuh
tanpa pengobatan. Gejala sisa jangka panjang jarang terjadi. Anak-anak dengan tuberkulosis
berada pada risiko tinggi untuk perkembangan penyakit jika kondisi ini tidak diobati.
Anak-anak dengan imunokompromais memiliki prognosis terburuk. Setiap tahun, sekitar 3
juta anak meninggal karena pneumonia dan mayoritas dari anak-anak ini juga memiliki
penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung bawaan, imunosupresi, atau penyakit paru-
paru kronis prematuritas.

Anda mungkin juga menyukai