Anda di halaman 1dari 142

ASPEK

KEUANGAN
ASPEK KEUANGAN
 
 Investasi memerlukan Modal & Keahlian
 Modal usaha  Biaya Prainvestasi + Biaya Investasi
Aktiva Tetap + Modal Kerja
 Biaya Pra-Investasi  pengurusan ijin-ijin & biaya
operasi
 Biaya Investasi AKTIVA Tetap  Pembelian Tanah,
Pendirian Bangunan & Gedung
 Besarnya modal untuk Investasi tergantung jenis
usaha  besarnya kebutuhan investasi dilakukan
sebelum investasi dilakukan.
 Pemenuhan modal untuk investasi  Modal
Sendiri & Modal Asing (Pinjaman)
 Penggunaan Modal sangat tergantung pada
Tujuan Penggunaan, Waktu Penggunaan dan
Jumlah Modal yang diperlukan
 Dalam Praktek pemenuhan modal  Modal
Sendiri + Modal Asing
 Waktu pengembalian tergantung Perjanjian &
Estimasi Keuntungan masa datang
 Estimasi Keuntungan  Selisih antara Pendapatan &
Biaya dalam periode tertentu
 Besar kecilnya keuntungan, sangat berperan dalam
pengembalian dana pinjaman  perlu dibuatkan
Estimasi Pendapatan & Biaya sebelum usaha
dijalankan.
 Estimasi Pendapatan & Estimasi Biaya menggunakan
asumsi-asumsi dan dituangkan dalam Cash Flow (aliran
kas) perusahaan selama periode usaha.
 Atas Dasar Cash Flow  dinilai Kelayakan Investasi
(menggunakan alat ukur) dari Aspek Keuangan
 Alat Ukur kelayakan Usaha  pendekatan Payback
Periode (PP), Average Rate of Return (ARR), Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return,
Profitability Index & Break Even Point
 Khusus untuk Perusahaan yang sudah berjalan dan
akan melakukan ekspansi usaha, penilaian dilakukan
menggunakan Laporan Keuangan dari perusahaan
(Neraca & Laporan Laba Rugi) beberapa periode 
menggunakan rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio
Aktivitas & Rasio Rentabilitas serta rasio Keuangan
lainnya.
PENILAIAN ASPEK KEUANGAN

 Penilaian Sumber Dana yang akan diperoleh


 Kebutuhan Biaya Investasi
 Estimasi Pendapatan & Biaya Investasi selama
periode / umur investasi  Cash Flow
 Proyeksi Neraca & Laporan Rugi Laba untuk
beberapa periode ke depan
 Penilaian investasi & rasio Keuangan untuk
menilai kemampuan keuangan perusahaan
SUMBER DANA

 Kegiatan investasi perlu dana relatif besar


 Perolehan dana dari berbagai sumber, baik modal
sendiri maupun modal pinjaman atau gabungan
keduanya
 Pilihan akan tergantung jumlah dana & kebijakan
pemilik usaha
 Modal Investasi digunakan untuk membeli  Aktiva
Tetap seperti : Tanah, Bangunan, Mesin, Peralatan &
Inventaris lainnya  umumnya dibiayai dengan Modal
Pinjaman Jangka Panjang
 Modal Kerja digunakan untuk membiayai
oprasional perusahaan  membeli Bahan
Baku, membayar gaji karyawan, biaya
pemeliharaan & biaya laijnnya  jangka
pendek
 Sumber ke 2 modal tersebut, sumbernya
berbeda :
MODAL ASING
 
 Modal Asing / Modal Pinjaman adalah modal
yang diperoleh dari pihak luar perusahaan
dan biasanya diperoleh secara pinjaman
 Menggunakan modal pinjaman untuk
membiayai suatu usaha akan terkena beban
biaya bunga yang besarnya relatif
 Berkewajiban mengembalikan pokok
pinjaman saat jatuh tempo.
 Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya relatif
tidak terbatas (tersedia banyak)
 Menggunakan modal pinjman, memotivasi pihak
manajemen perusahaan bersungguh-sungguh
mengerjakan usaha yang dijalankan.
 Sumber dana modal asing bisa berasal dari :
 Pinjaman dari perbankan
 Pinjaman dari lembaga keuangan (Modal Ventura,
Leasing, Dana Pensiun)
 Pihak lainnya
MODAL SENDIRI
 
 Modal Sendiri adalah modal yang diperoleh
dari pemilik perusahaan dengan cara
mengeluarkan saham, baik tertutup maupun
terbuka.
 Dari laba yang ditahan ( sementara belum
digunakan )
 Tidak dikenakan beban bunga, tetapi
membayar dividen
 Dividen dibayarkan bila perusahaan
memperoleh keuntungan dan besarnya
dividen ditentukan besarnya
keuntungan & kebijakan perusahaan.
 Tidak ada kewajiban mengembalikan
modal
 Modal yang diperoleh relatif terbatas
 Modal Sendiri umumnya berasal dari :
Setoran dari Pemegang Saham
Dari Cadangan Laba
Dari Laba yang tidak dibagi
BIAYA KEBUTUHAN INVESTASI
 
 Investasi merupakan penanaman modal
dalam suatu kegiatan yang memiliki
jangka waktu panjang dalam berbagai
bidang usaha.
 Bentuk investasi berupa aset tetap
perusahaan dari pendirian sampai
pengoperasian.
 Dikenal adanya Biaya Kebutuhan Investasi
yang sesuai dengan jenis usaha yang
dijalankan.
 Biaya Pra-Investasi adalah biaya-biaya yang
akan dikeluarkan perusahaan dalam rangka
membuat Usaha Baru, baik untuk modal
investasi maupun modal kerja.
 Secara umum biaya kebutuhan investasi
sebagai berikut :
1.Biaya Pra-Investasi

a. Biaya pembuatan Studi


b. Biaya pengurusan ijin-
ijin
2. Biaya Pembelian Aktiva Tetap

a. Aktiva Tetap Berwujud


Tanah
Mesin-mesin
Bangunan
Peralatan
Inventaris Kantor
Aktiva berwujud lainnya
b. Aktiva Tetap Tidak Berwujud

Goodwill
Hak Cipta
Lisensi
Merk Dagang
3. Biaya Operasional

a. Upah dan Gaji Karyawan


b. Biaya Listrik
c. Biaya Telepon & Air
d. Biaya Pemeliharaan
e. Pajak
f. Premi Asuransi
g. Biaya Pemasaran
h. Biaya-biaya lainnya
 Pembiayaan untuk membeli aktiva
tetap biasanya bersumber dari
pinjaman jangka panjang  karena
aktiva tetap digunakan dalam jangka
panjang  jangka waktu pinjaman
panjang

 Pembiayaan untuk biaya operasional


 jangka pendek
Contoh kebutuhan investasi untuk mendirikan SPBU di Cempaka
Putih

1. Biaya Pra Investasi Rp 250.000.000.-


2. Pembelian Aktiva Tetap (Investasi)
a. Biaya pembelian tanah lokasi SPBU Rp 1.500.000.000.-
b. Biaya Bangunan & Prasaranya
 Bangunan kantor 1 unit Rp 20.000.000.-
 Kios Penjualan 4 unit Rp 60.000.000.-
 Bangunan gedung 1 init Rp 15.000.000.-
 Mushola 1 unit Rp 10.000.000.-
 Toilet 2 unit Rp 5.000.000.-
 Bangunan untuk genset 1 unit Rp 90.000.000.-
 Jalan & Penerangan Rp 35.000.000.-
 Pagar & Tanaman Rp 10.000.000.-
 Rumah Pemadam Api Rp 8.000.000.-
 Sign-board Pertamina 2 Unit Rp 12.000.000.-
 Mobil 2 unit Rp 300.000.000.-
 Motor 2 unit Rp 30.000.000.-
 Sarana dan Perl. lainnya Rp 50.000.000.-

c. Biaya Pembelian Peralatan


 Tangki Pendam Rp 200.000.000.-
 Pompa BBM 6 unit Rp 225.000.000.-
 Listrik PLN 10.000 wattRp 15.000.000.-
 Mesin diesel 2 unit Rp 40.000.000.-
 Pemadam Api Rp 35.000.000.-
d. Inventaris Kantor
 Meja 3 unit Rp 1.500.000.-
 Kursi 6 unit Rp 1.200.000.-
 Lemari & Rak 3 unit Rp 2.250.000.-
 Komputer 2 unit Rp 8.000.000.-
 Telepon 2 unit Rp 1.500.000.-
 Mesin Fax 1 unit Rp 1.000.000.-
 Mesin Ketik Manual 1 unit Rp 5.000.000.-
Jumlah Kebutuhan Investasi Rp 2.930.000.000.-

Dana yang tersedia (M Sendiri) Rp 1.000.000.000.-


Dana Pinjaman Rp 1.930.000.000.-
Secara garis besar kebutuhan investasi digambarkan sebagai
berikut :

No. Kebutuhan Investasi Jumlah (Rp)


1 Biaya Pra Operasi 250.000.000
2 Biaya Pembelian Tanah untuk Lokasi SPBU 1.500.000.000
3 Biaya Bangunan dan Prasarananya 645.000.000
4 Biaya Pembelian Peralatan 515.000.000
5 Inventaris Kantor 20.450.000
  Jumlah Kebutuhan Dana 2.930.450.000
  Dana Sendiri 1.000.000.000
  Dana Pinjaman Bank 1.930.450.000
CASH FLOW

 Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas


yang ada di perusahaan dalam suatu periode
tertentu
 Cash Flow menggambarkan berapa uang yang
masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis
pemasukaannya.
 Cash Flow juga menggambarkan berapa uang
yang keluar (cash out) dari perusahaan dan
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
 Uang Masuk bisa berupa :
 Pinjaman dari Lembaga Keuangan atau hibah dari
pihak tertentu
 Penghasilan atau pendapatan yang diperoleh terkait
dengan usaha yang dijalankan (penjualan)
 Pendapatan lain yang tidak terkait dengan usaha
utama.
 Uang Keluar bisa berupa :
 Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan terkait
dengan usaha yang dijalankan maupun tidak terkait
dengan usaha utama.
 Biaya-biaya cicilan utang, bunga pinjaman, biaya
produksi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan
biaya lainnya.
 Dalam Cash Flow, semua data pendapatan dan biaya
( jenis & jumlah ) di-estimasi, sehingga
menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran
di masa mendatang.
 Estimasi merupakan perkiraan berapa pendapatan
yang akan diperoleh dan berapa biaya yang harus
dikeluarkan dalam suatu periode.
 Cash Flow  jumlah uang masuk & keluar sejak
investasi dilakukan sampai investasi berakhir.
 Bagi Investor  yang terpenting, berapa kas bersih
yang diterima kembali dari uang yang diinvestasikan
di suatu usaha.
 Pentingnya “Kas Akhir Bersih” bagi Investor dibandingkan
dengan “Laba Yang Diterima Perusahaan” disebabkan :

1. Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana sehari-hari


2. Kas digunakan untuk membayar berbagai kewajiban yang
jatuh tempo
3. Kas digunakan untuk investasi kembali
 Jenis Cash Flow yang dikaitkan dengan suatu usaha, terdiri atas :
1. Initial Cash Flow, atau Kas Awal  merupakan
pengeluaran-pengeluaran pada awal periode investasi.
Contoh : Biaya Pra Investasi, Biaya Investasi( pembelian
tanah, gedung, mesin, peralatan, modal kerja )
2. Operational Cash Flow  merupakan kas yang diterima
atau dikeluarkan pada saat operasi usaha ( penghasilan &
pengeluaran pada 1 periode )
3. Terminal Cash Flow  merupakan uang kas yang diterima
pada saat usaha berakhir.
CONTOH
 
Menghitung Kas Masuk (Operational Cash Inflow) Dengan
Modal Sendiri
 PT JIC melakukan investasi senilai Rp 300.000.000.-
(Initial Cash Flow).
 Seluruhnya dengan modal sendiri
 Umur ekonomis 3 tahun dan disusutkan dengan metode
garis lurus tanpa nilai residu
 Perkiraan pendapatan per tahun Rp 400.000.000.-
 Biaya per tahun Rp 200.000.000 (belum termasuk
penyusutan)
 Pajak 50%
Berapa Kas Bersih (proceed) yang diterima pada akhir tahun
Jawab :
 
Investasi 300.000.000
Penyusutan = ------------- = --------------- = Rp 100.000.000 / tahun
Umur ekonomis 3
 
Kebutuhan Investasi = Rp 300.000.000
Modal Pinjaman (50%) = 50% x Rp 300.000.000 = Rp 150.000.000
Bunga Bank (20%) = 20% x Rp 150.000.000 = Rp 30.000.000
Estimasi Laporan Laba Rugi
Pendapatan Rp 400.000.000
Biaya yang keluar :
Total Biaya Rp 200.000.000
Penyusutan Rp 100.000.000
Laba Sebelum Pajak (EBIT) Rp 100.000.000
Bunga Pinjaman Bank Rp 30.000.000
Laba Sebelum Pajak (EBT) Rp 70.000.000
Pajak Pendapatan 50% Rp 35.000.000
Laba Setelah Pajak (EAT) Rp 35.000.000
 
Aliran Kas Masuk Bersih menggunakan Modal Pinjaman
= E A I T + Penyusutan + Bunga (1 – Tax)
 
Aliran Kas Masuk Bersih = Rp 35.000.000 + Rp 100.000.000 + Rp
30.000.000 (1 – 0.5) = Rp 150.000.000
 
Investasi menggunakan Modal Sendiri dan dengan Modal Gabungan ( Sendiri
& Pinjaman )  menghasilkan Kas masuk Bersih yang sama, meskipun
rumusnya berbeda.
3. Menghitung Terminal Cash Flow
 
 PT JIC memutuskan Nilai Residu (sisa) atas Aset yang
dimilikinya pada akhir periode sebesar Rp 50.000.000.-
 Pada akhir periode, ternyata aset yang bernilai Rp
50.000.000.- laku terjual Rp 60.000.000.- ( perusahaan
memiliki kelebihan Rp 10.000.000 )
 Asumsi kelebihan tersebut kena pajak 20%
 Maka Terminal Cash Flow-nya adalah  Nilai jual –
Pajak dari Kelebihan Nilai  Rp 60.000.000 – Rp
2.000.000 = Rp 58.000.000.-
Contoh membuat estimasi Cash Flow
TAHUN / PERIODE
Komponen Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Kas Masuk          
Investasi 2.930.450 0 0 0 0
Pendapatan 1.500.000 1.800.000 2.100.000 2.250.000 2.530.000
Total Kas Masuk 4.430.450 1.800.000 2.100.000 2.250.000 2.530.000
           
Kas Keluar          
Pembelian Aktiva Tetap 2.680.000 0 0 0 0
Gaji & Upah 120.000 140.000 160.000 180.000 200.000
Listrik 8.000 10.000 11.000 12.000 13.000
Telepon 6.000 6.500 7.000 8.000 9.500
Biaya Pemeliharaan 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000
Pajak (PBB) 1.500 1.600 1.700 1.800 2.000
Bunga Bank 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Penyusutan 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
Biaya Pemasaran 50.000 60.000 70.000 80.000 100.000
Asuransi 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
Biaya Administrasi 12.000 15.000 17.000 22.000 26.000
Biaya Lainnya 16.000 19.000 20.000 26.000 28.000
           
Total Kas Keluar 3.151.000 514.600 544.200 602.300 656.000
Surplus / Defisit 1.279.450 1.285.400 1.555.800 1.647.700 1.874.000
           
Saldo Awal Kas 0  1.279.450  2.564.850  4.120.650  5.768.350 
Saldo Akhir Kas 1.279.450 2.564.850 4.120.650 5.768.350 7.642.350
   
PENILAIAN INVESTASI
 
 Menentukan layak atau tidak layak suatu investasi apabila
ditinjau dari Aspek Keuangan, perlu dilakukan pengukuran
dari berbagai kriteria.
 Penilaian layak, diberikan nilai standar untuk usaha sejenis
dengan cara membandingkan dengan rata-rata industri atau
target yang telah ditentukan
 Dari aspek Keuangan, usaha yang layak sangat tergantung
dari kebutuhan masing-masing perusahaan serta metode
yang akan digunakan.
 Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-
masing.
 Dalam menilai suatu usaha, sebaiknya menggunakan
beberapa metode sekaligus  semakin banyak metode yang
digunakan akan semakin memberikan gambaran yang
lengkap sehingga hasilnya diharapkan semakin sempurna.
 Kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan
suatu usaha atau investasi adalah :
1. Payback Periode (PP)
2. Average Rate of Return (ARR)
3. Net Present Value (NPV)
4. Internal Rate of Return (IRR)
5. Profitability Index (PI)
6. Break Even Point

6. Berbagai Rasio Keuangan  rasio Likuiditas, rasio


Solvabilitas, rasio Aktivitas, rasio Profitabilitas 
umumnya digunakan untuk usaha yang pernah
berjalan atau sedang berjalan.
Contoh
 
 PT Kosmaju melakukan investasi di bidang SPBU senilai Rp 5.000.000.000
 Sejumlah Rp 1.000.000.000.- merupakan modal kerja
 Umur ekonomis 5 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus tanpa
nilai residu
 Pengembalian tingkat bunga yang diinginkan (cost of capital) adalah 20%
 Perkiraan Laba Setelah Pajak (EAT) selama 5 tahun masing-masing adalah
Rp 950 juta, Rp 1.100 juta, Rp 1.250 juta, Rp 1.400 juta dan Rp 1.650
juta.
Pertanyaan :
1. Buatlah tabel Cash Flow selama umur ekonomis
2. Hitunglah :
Payback Period (PP)
Average Rate of Return (ARR)
Net Present Value (NPV)
Internal Rate of Return (IRR)
Profitability Index (PI)
3. Berikan komentar Saudara terhadap proyek tersebut.
Jawab
 
 
Investasi – MK 5M–1M
Penyusutan = ---------------- = ---------------- = Rp 800.000.000 / tahun
Umur ekonomis 5
 
Tabel Cash Flow ( dalam ribuan rupiah )

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020


EAT 950.000 1.100.000 1.250.000 1.400.000 1.650.000
Penyusutan 800.000 800.000 800.000 800.000 800.000
Kas Bersih (proceed) 1.750.000 1.900.000 2.050.000 2.200.000 2.450.000
Discount Factor 20% 0,833 0,694 0,579 0,482 0,402
PV Kas Bersih 1.457.750 1.318.600 1.186.950 1.060.400 984.900

Jumlah PV Kas Bersih= 1.457.750 + 1.318.600 + 1.186.950 +


1.060.400 + 984.900 = Rp 6.008.600.000.-

PROYEK DIMULAI PADA TAHUN 2015


Menghitung
 
1. PAYBACK PERIOD (PP)
 Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian
terhadap jangka waktu (periode) pengembalian
investasi suatu proyek atau usaha.
 Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan Kas Bersih
(proceed) yang diperoleh setiap tahun.
 Nilai Kas Bersih merupakan penjumlahan Laba Setelah
Pajak (EAT) ditambah dengan Penyusutan ( bila Investasi
100% menggunakan Modal Sendiri ).
 Ada 2 model perhitungan :
Apabila besarnya Kas Bersih setiap tahunnya sama
Apabila besarnya Kas Bersih setiap tahunnya berbeda
Apabila besarnya Kas Bersih setiap tahunnya sama
 
Investasi
PP = ---------------------- X 12 bulan
Kas Bersih / Tahun
 
Misalkan PT Kosmaju memiliki Kas Bersih yang besarnya
sama setiap tahun yaitu sebesar Rp 2.500.000.000 per
tahun, maka Payback Period-nya
 
5.000.000.000
PP = ------------------ X 12 bulan = 24 bulan = 2 tahun
2.500.000.000
 
Apabila besarnya Kas Bersih setiap tahunnya BERBEDA
 
Sesuai kasus di atas, maka PP sebagai berikut :
 
Investasi = Rp 5.000.000.000
Kas Bersih Tahun 1 = Rp 1.750.000.000
Rp 3.250.000.000
Kas Bersih Tahun 2 = Rp 1.900.000.000
Belum Cukup = Rp 1.350.000.000
Kas Bersih Tahun 3 = Rp 2.050.000.000
Kelebihan = Rp 700.000.000
 
1.350.000.000
PP Tahun 3 = ---------------- X 12 bulan = 7,9 atau 8 Bulan
2.050.000.000
 
Maka PP adalah 2 tahun 8 bulan
Untuk menilai apakah usaha layak diterima atau tidak
dari segi PP, maka hasil perhitungan tersebut harus
sebagai berikut :

 PP lebih kecil dari umur investasi


 Dengan membandingkan rata-rata Industri unit usaha
sejenis
 Sesuai dengan target perusahaan
2. AVERAGE RATE OF RETURN (ARR)

Average Rate of Return (ARR) merupakan cara untuk mengukur


Rata-Rata Pengembalian Bunga dengan cara membandingkan antara
Rata-Rata Laba Sesudah Pajak (EAT) dengan Rata-rata Investasi
RUMUS
 
Rata-Rata EAT ( Average Earning After Tax )
ARR (%)= ----------------------------------------------------------
Rata-Rata Investasi (Average Invesment)
 
Total EAT
Rata-Rata EAT = -------------------------
Umur Ekonomis (n)
 
Investasi
Rata-Rata Investasi = ------------
2
Dari kasus diatas, dapat dicari ARR-nya sebagai berikut :
 
Jumlah EAT = ( 950 + 1.100 + 1.250 + 1.400 + 1.650 )
juta = Rp 6.350.000.000
 
6.350.000.000
Rata-Rata EAT = ------------------- = 1.270.000.000
5
5.000.000.000
Rata-Rata Investasi = ------------------ = 2.500.000.000
2
 
1.270.000.000
ARR = -------------------= 50,8 %  bandingkan dengan
2.500.000.000 pengenaan bunga
3. NET PRESENT VALUE (NPV)

 Net Present Value (NPV) atau Nilai Bersih Sekarang


merupakan perbandingan antara PV Kas Bersih (PV Of
Proceed) dengan PV Investasi (Capital Outlays) selama
umur investasi.
 Selisih antara Nilai kedua PV tersebut, adalah Net
Present Value (NPV)
 Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu harus tahu
berapa PV Kas Bersih-nya
 PV Kas Bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan
menghitung dari Cash Flow Perusahaan selama umur
Investasi tertentu
 Rumus menghitung NPV

Kas Bersih Kas bersih 2 Kas Bersih N


NPV = ------------- + ------------- + --------------- - Investasi
(1 + r ) (1 + r )2 (1 + r )n

Setelah memperoleh hasil :

NPV Positif, maka Investasi diterima


NPV Negatif, maka Investasi ditolak
Apabila besarnya Kas Bersih setiap tahunnya sama
 
2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000
NPV = ----------------+ ------------------ + ------ + ------------ - 5.000.000.000
(1 + 0,20) (1 + 0,20)2 (1 + 0,20)5
 
= 7.475.000.000 – 5.000.000.000 = 2.475.000.000
 
ATAU PERHITUNGAN DENGAN TABEL

Tahun Kas Bersih D.F. (20%) PV Kas Bersih


1 2.500.000.000 0.833 2.082.500.000
2 2.500.000.000 0.694 1.735.000.000
3 2.500.000.000 0.579 1.447.500.000
4 2.500.000.000 0.482 1.205.000.000
5 2.500.000.000 0.402 1.005.000.000
Total Kas Bersih 7.475.000.000
Total PV Kas Bersih = Rp 7.475.000.000
Total PV Investasi = Rp 5.000.000.000
NPV = Rp 2.475.000.000
 
Apabila besarnya Kas Bersih setiap tahunnya BERBEDA
 
1.750 1.900 2.050 2.200 2.450
NPV = -------- + ---------+ --------+ ---------+ ----------------------- - 5.000
(1 + 0,20) (1 + 0,20)2 (1 + 0,20)3 (1 + 0,20)4 (1 + 0,20)5
 

NPV = 6.008.600.000 – 5.000.000.000 = 1.008.600.000


Tahun EAT Penyusutan Kas Bersih DF (20%) PV Kas Bersih

2014 950.000 800.000 1.750.000 0,833 1.457.750

2015 1.100.000 800.000 1.900.000 0,694 1.318.600

2016 1.250.000 800.000 2.050.000 0,579 1.186.950

2017 1.400.000 800.000 2.200.000 0,482 1.060.400

2018 1.650.000 800.000 2.450.000 0,402 984.900

Jumlah PV Kas Bersih 6.008.600


 
Total PV Kas Bersih = Rp 6.008.600.000
Total PV Investasi = Rp 5.000.000.000
NPV = Rp 1.008.600.000  positif
4. INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)
 
 Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk
mengukur tingkat pengembalian hasil intern.
 Tedapat 2 cara yang digunakan untuk mencari IRR

CARA PERTAMA
a. Cari Rata-Rata Kas Bersih  2.070.000.000, yang
diperoleh dari :
 
1.750 + 1.900 + 2.050 + 2.200 + 2.450
------------------------------------------------- = 2.070
5
 
b. Perkirakan besarnya PP yaitu :
5.000
PP = -------- = 2,416
2.070
c. Dalam Tabel A.2, Tahun Ke 5 diketahui yang terdekat dengan
angka 2,416 adalah 2,436 adalah 30%.
d. Secara subyektif tiap discount kita kurangi 2% menjadi 28%,
sehingga NPV-nya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tahun Kas Bersih D.F. (28%) PV Kas Bersih


1 1.750.000.000 0.781 1.366.750.000
2 1.900.000.000 0.610 1.159.000.000
3 2.050.000.000 0.477 977.850.000
4 2.200.000.000 0.373 820.600.000
5 2.450.000.000 0.291 712.950.000
Total PV Kas Bersih 5.037.150.000

Nilai NPV Positif yaitu : 5.037.150.000 – 5.000.000.000 =


37.150.000
Kemudian untuk discount factor 29%, NPV-nya dapat dilihat
dalam tabel berikut

Tahun Kas Bersih D.F. (29%) PV Kas Bersih


1 1.750.000.000 0.775 1.356.250.000
2 1.900.000.000 0.601 1.141.900.000
3 2.050.000.000 0.466 955.300.000
4 2.200.000.000 0.361 794.200.000
5 2.450.000.000 0.280 686.000.000
Total PV Kas Bersih 4.933.650.000

Nilai NPV sudah Negatif : 4.933.650.000 – 5.000.000.000 =


- 66.350
Jika Tabel-Tabel tersebut digabungkan

Tahu Kas Bersih Bunga 28% Bunga 29%


n    
DF PV Kas Bersih DF PV Kas Bersih
1 1.750.000.00 0.781 1.366.750.000 0.775 1.356.250.000
0
2 1.900.000.00 0.610 1.159.000.000 0.601 1.141.900.000
0
3 2.050.000.00 0.477 977.850.000 0.466 955.300.000
Total PV Kas Bersih 0 5.037.150.000 4.933.650.000
Total
4 PV 2.200.000.00
Investasi 0.3735.000.000.000
820.600.000 0..361 5.000.000.000
794.200.000
0
NPV
5 C1 37.150.000
2.450.000.00 0.291 C2 -66.350.000
712.950.000 0.280 686.000.000
0
Interpolasi (penambahan) PVIFA PVIFA

28% 5.037.150.000 5.037.150.000


Initial Investment 5.000.000.000
29% 4.933.650.000 --
 

103.500.000 37.150.000

37.150.000
IRR = 28 + -------------- x 1%  28 + 0,359 = 28,359 %
103.500.000
CARA KEDUA
 
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan Rumus
 
P2 – P1
IRR = P1 – C1 x ---------
C2 – C1
 
Dimana :
P1 = Tingkat Bunga 1
P2 = Tingkat Bunga 2
C1 = NPV 1
C2 = NPV 2
 
Jika dicari dengan cara Trial & Error, maka IRR dapat dicari
sebagai berikut :
 Mencari NPV Positif dan NPV Negatif dengan menggunakan
tingkat suku bunga
Tahu Kas Bersih Bunga 28% Bunga 29%
n    
DF PV Kas Bersih DF PV Kas Bersih
1 1.750.000.00 0.781 1.366.750.000 0.775 1.356.250.000
0
2 1.900.000.00 0.610 1.159.000.000 0.601 1.141.900.000
0
3 2.050.000.00 0.477 977.850.000 0.466 955.300.000
0
4 2.200.000.00 0.373 820.600.000 0..361 794.200.000
Total PV Kas Bersih 5.037.150.000 4.933.650.000
Total PV Investasi 0 5.000.000.000 5.000.000.000
5 2.450.000.00 0.291 712.950.000 0.280 686.000.000
NPV 0
C1 37.150.000 C2 -66.350.000
Jika dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :
 
P1 = 28 %
P2 = 29 %
C1 = +37.150.000
C2 = - 66.350.000
 
P2 – P1 29 - 28
IRR = P1 – C1 x ---------  28 – 37.150.000 x -------------------------
C2 – C1 -66.350.000 – 37.150.000

37.150.000
= 28 + --------------- = 28 + 0,359= 28,359
103.500.000

Kesimpulan

 Apabila IRR lebih besar ( > ) dari Bunga Pinjaman, maka DITERIMA
 Apabila IRR lebih kecil ( > ) dari Bunga Pinjaman, maka DITOLAK
PROFITABILITY INDEX (PI)

Profitability Index (PI) atau Benefit & Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan
rasio Aktivitas dari jumlah Nilai Sekarang Penerimaan Bersih dengan Nilai
Sekarang Pengeluaran Investasi, selama umur Investasi.
Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut :
 
Besarnya Kas Bersih yang sama setiap Tahun
 
∑ PV Kas Bersih 7.475.000.000
PI = ----------------------  ------------------ x 100% = 149,3 atau 150%
∑ PV Investasi 5.000.000.000

Besarnya Kas Bersih berbeda setiap Tahun


 
∑ PV Kas Bersih 6.008.600.000
PI = ----------------------  ------------------ x 100% = 120,2 atau 120%
∑ PV Investasi 5.000.000.000
BREAK EVEN POINT

 BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi,


perusahaan tidak memperoleh laba  dan tidaK menderita
rugi (penghasilan yang dinilai menggunakan total  biaya ).

 Analisa  BEP  tidak  hanya  semata-mata untuk mengetahui


keadaan perusahaan apakah mencapai titikBEP,  akan 
tetapi analisis BEP mampu memberikan informasi kepada
perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan,
serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba
menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Fungsi Analisis BEP

Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal)


digunakan untuk menentukan hal-hal seperti :

 Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan


agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah
penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi
minimum yang harus dibuat.
 Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
laba yang telah direncanakan atau dapat diartikan bahwa
tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba
tersebut.
PENERAPAN ANALISIS BEP

 Digunakan dalam Analisis Penggunaan Modal.


 Kebijakan harga: Harga dapat ditentukan untuk
menghasilkan EBIT tertentu, dan harga dapat diturunkan
tanpa menyebabkan EBIT negatif.
 Negosiasi kontrak karyawan: pengaruh kenaikan upah
karyawan (VC) dapat dihitung pengaruhnya terhadap EBIT
atau BEP.
 Struktur Biaya: pemilihan FC besar VC kecil atau
sebaliknya dapat dipertimbangkan dg BEP.
 Keputusan pendanaan: keputusan untuk menambah /
tidak menambah FC atau VC.
RUMUS

FC
BEP dalam Rp = ----------
1 – VC/P

FC
BEP dalam unit = ---------
P – VC

FC = Fixed Cost
P = Harga jual / unit
VC = Variable Cost per unit
Total Per Unit
Penjualan (400unit) $ 1.000.000 $ 2.500
Dikurangi VC 600.000 1.500
Contribution Margin $ 400.000 $ 1.000
Dikurangi FC 350.000
Penghasilan Neto $ 50.000
FC 350.000
BEP dalam unit = --------- = ---------- ---- = 350 unit
P – VC 2500 - 1500
FC 350.000 350.000
BEP dalam Rp = ------------ = -------------------- = ------------
1 – VC/P 1 – 1.500/2.500 1 – 0.6

350.000
= ---------- = $ 875.000
0.4
KESIMPULAN ASPEK KEUANGAN

NO ALAT UKUR HASIL PENGUKURAN RATA2 INDUSTRI KETERANGAN


1 PP 2 th 8 bulan 3 tahun Baik
2 ARR 50,8% 40% Baik
3 NPV 1.008.600.000 500.000.000 Baik
4 PI 120% 110% Baik
5 IRR 28,359% 24% Baik
6 BEP
RASIO – RASIO
KEUANGAN
PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN
 
 Bagi perusahaan yang sudah berjalan, seringkali terjadi setelah
mengalami kemajuan, ingin memperluas usahanya atau
melakukan usaha baru.
 Bagi perusahaan yang memiliki Modal Sendiri, berbeda dengan
menggunakan Modal Pinjaman yang perlu membuat Laporan
Keuangan perusahaan guna meyakinkan pihak Kreditur.
 Dari Laporan Keuangan, pihak Kreditur dapat menilai layak atau
tidaknya suatu usaha yang akan dibiayai.
 Dalam praktek, Bank & Non Bank pada satu periode melaporkan
semua kegiatannya dengan membuat Laporan Keuangan.
 Laporan Keuangan bertujuan memberikan informasi keuangan
suatu perusahaan, baik kepada Pemilik, Manajemen, maupun
pihak luar yang membutuhkan (stakeholder)
 Dalam Laporan Keuangan memuat informasi mengenai jumlah &
jenis kekayaan (assets), Kewajiban-Kewajiban (Liabilities) dan
Modal.
 Laporan Keuangan juga menyajikan informasi tentang hasil usaha
yang diperoleh perusahaan dalam 1 periode.
Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu
perusahaan adalah sebagai berikut :
 
1.   Memberikan informasi keuangan, jumlah aktiva, jenis-
jenis aktiva
2.   Jumlah kewajiban, jenis-jenis kewajiban, dan jumlah
modal.
3.    Memberikan informasi tentang hasil usaha yang
tercermindari jumlah pendapatn yang diperoleh,sumber-
sumber pendapatan.
4.   Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis
biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
5.    Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan
yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu
perusahaan
6.    Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam
suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.
 Laporan Keuangan menggambarkan kinerja
manajemen, apakah manajemen berhasil atau
tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
 Terkait dengan Studi Kelayakan Bisnis, Laporan
Keuangan digunakan untuk menilai Perusahaan
yang sudah berjalan beberapa periode.
 Tujuan penilaian melalui Laporan Keuangan untuk
mengetahui apakah usahanya layak atau tidak,
dengan menggunakan rasio-rasio
PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN

Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan


terhadap laporan keuangan perusahaan adalah
sebagai berikut :
 
1.  Kreditor
2.  Pemegang saham
3.  Pemerintah
4.    Manajemen
5.    Karyawan
JENIS LAPORAN KEUANGAN
 
Dalam praktiknya jenis-jenis laporan keuangan yang
ada adalah sebagai berikut :

1.       Laporan Posisi Keuangan / Neraca


2.       Laporan laba/ rugi
3.       Laporan arus kas
4.       Laporan perubahan modal
BENTUK LAPORAN KEUANGAN
 
Berikut ini bentuk laporan keuangan yang umum yang
sesuaidengan ketentuan yang berlaku :
1.  Laporan keuangan neraca
Dalam laporan keuangan neraca terdapat tiga macam bentuk,
yaitu:
a.  Bentuk skontro atau horizontal(account form)
b. Bentuk laporan atau vertical(report form)
c.  Bentuk lainnya dengan kebutuhan dan posisi keuangan
perusahaan
2.   Bentuk laporan laba / rugi
Khusus untuk laporan laba/rugi hanya memiliki dua macam
yaitu:
 Bentuk tunggal (single step system)
 Bentuk majemuk (multiple step system)
PROYEKSI NERACA DAN LAPORAN LABA/RUGI

 Di samping membuat cash flow, perusahaan juga


diminta untuk membuat proyeksi laporan
keuangannya untuk beberapa periode (biasanya
seumur proyek). Proyeksi laporan keuangan yang
dibuat adalah neraca dan laporan laba/rugi.
 Untuk lebih mengenal memahami neraca daan
laporan laba/rugi ada baiknya kita mengulang
kembali pengertian dan komponen-komponen apa
saja yang terdapat dalam dua laporan keungan
tersebut.
NERACA (Balance Sheet)

 Neraca merupakan laporan keuangan yang


menunjukan posisi harta, utang, dan modal
perusahan pada waktu tertentu.Artinya, neraca
dapat dibuat untuk mengetahui kondisi keungan
perusahaan dalam waktu tertentu setiap saat
dibutuhkan.
 Secara garis besar neraca menggambarkan jumlah
harta di posisi aktiva dan jumlah utang serta
modal (ekuitas) diposisi pasiva. Komponen harta
yang tergambar dipasisi adalah sebagai berikut :
1. Aktiva lancar terdiri dari:
a.  Kas
b.  Rekening pada bank(giro dan tabungan)
c.  Deposito berjangka
d.  Surat-surat berharga
e.  Piutang/kredit yang diberikan
f.   Persediaan
g. Biaya yang dibayar dimuka
h. Pendapatan yang masih harus diterima
i.  Aktiva lancar lainnya
2.    Penyertaan
3.    Aktiva tetap yang terdiri dari:
a.  Aktiva tetap berwujud yaitu:
 Tanah
 Mesin
 Bangunan
 Akumulasi penyusutan
 Aktiva tetap lainnya.
b.  Aktiva tetap yang tidak berwujud, yaitu:
 Good will
 Hak cipta
 Lisensi
 Merek dagang
4.  Aktiva lainnya terdiri dari :
 Gedung dalam proses
 Tanah dalam penyelesaiaan
 Piutang jangka panjang
 Uang jaminan
 Uang muka investasi
Kemudian, komponen utang (kewajiban) serta modal (ekuitas) tergambar
dalam posisi pasiva sebagai berikut :
 
1.  Utang lancar (kewajiban jangka pendek) trdiri dari:
a.  Utang dagang
b.  Utang wesel
c.  Utang bank
d.  Utang pajak
e.  Biaya yang masih harus dibayar
f.   Utang sewa guna usaha
g.  Utang dividen
h.  Utang lancar lainnya
 
2.    Utang jangka panjang terdiri dari:
a. Utang hipotek
b.  Utang obligasi
c.  Utang bank jangka panjang
d.  Utang jangka panjang lainnya.
 
3.   Ekuitas terdiri dari:
a.  Modal saham
b.  Aigo saham
c.  Laba ditahan
d.  Modal sumbangan
LAPORAN LABA / RUGI (Income Statement)
 
 Laporan laba/rugiadalah laporan yang menunjukan
jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam suatu periode tertentu.
 Berikut ini adalah komponen-komponen yang terdapat
dalamsuatu laporan laba/rugi, antara lain :
1. Penjualan (pendapatan)
2. HPP (harga pokok penjualan)
3. Laba kotor
4. Biaya operasi terdiri dari :
 Biaya umum
 Biaya penjualan
 Biaya sewa
 Biaya administrasi
5. Laba kotor operasional
6. Penyusutan (depresiasi)
7. Pendapatan bersih operasi
8. Pendapatan lainnya
9. Laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (earning
before interest and tax)
10.Biaya bunga terdiri dari:
 Bunga wesel
 Bunga bank
 Bunga hipotek
 Bunga obliges
 Bunga lainnya
11. Laba sebelum pajak atau EBT (earning before
tax)
12.  Pajak (tax)
13.  Laba sesudah bunga dan pajak atau EAIT
(earning after interest and tax)
14.  Laba perlembar saham (earning per share
PENGUKURAN  DENGAN RASIO KEUANGAN

 Agar laporan keungan yang disajikan dapat diartikan dengan


angka-angka yang ada dilaporan keuangan, maka perlu
dianalisis.
 Alat analisis yang dapat digunakan adalah rasio-rasio
keuangan.

Bentuk rasio keuangan


 Untuk mengukur keungan perusahaan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan terdiri dari beberapa rasio.
 Setiap rasio mempunyai tujuan, kegunaan, dan mengandung
arti tertentu.
 Kemudian setiap rasio diukur dan diinterprestasikan,
sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan.
Jenis-jenis rasio-rasio keuangan yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
 
RASIO LIKUIDITAS (liquidity ratio)
 
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa likuid suatu perusahaan.
Caranya adalah dengan membandingakan seluruh komponen
yang ada di aktiva lancar dengan komponen di pasiva
lancar(utang jangka pendek).
 
Untuk mengukur rasio likuiditas dapat digunakan beberapa
rasio, antara lain :
1.       Current Ratio
2.       Quick Ratio (Acid Test Ratio)
3.       Inventory To Net Working Capital
4.       Cash Ratio
LEVERAGE RATIO
 
Leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Seperti diketahui dalam mendanai usahanya,
perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-
sumber dana yang dapat diperoleh adalah dari sumber
pinjam atau modal sendiri.
Adapun rasio-rasio yang ada dalam leverage ratio antara
lain:
1.       Debt To Asset Ratio
2.       Debt To Equity Ratio
3.       Long Term Debt To Equity Ratio
4.       Current Liabilities To Net Worth
RASIO AKTIVITAS (activity ratio)
 
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efesien pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan,
persediaan, penagihan piutang, dan lainnya). Atau rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Adapun sebagian dari rasio-rasio aktivitas adalah sebagai


berikut :
 
1.        Perputaran Piutang (turnover receivable)
2.        Perputaran Persediaan (inventory turnover)
3.        Working Capital Turnover
4.        Fixed Assets Turnover
5.        Asset turnover
RASIO PROFITABILITAS (profitability ratio)
 
Rasio profatibilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Rasio ini terdiri dari
 
1.      profil margin (profit margin on sales)
2.      return on investment ( ROI)
3.      return on equity (ROE)
NERACA PT JIC
Per tgl 31 Desember 2018, 2019, dan 2020
(dalam miliar rupiah)

Pos-Pos Neraca 2018 2019 2020 POS-POS NERACA 2018 2019 2020
AKTIVA LANCAR              
Kas 150 250 295 UTANG LANCAR      
Giro 275 720 670 Utang Bank 625 1.000 985
Surat Berharga 140 0 0 Utang Dagang 190 550 710
Piutang 350 550 660 Utang Lainnya 0 100 0
Persediaan 225 345 285 Total Utang Lancar 815 1.650 1.695
Aktiva Lancar Lainnya 0 165 150        
Total Aktiva Lancar 1.140 2.030 2.060 UTANG JANGKA      
        PANJANG 385 830 1.250
AKTIVA TETAP       Utang Bank 170 470 1.100
Tanah 1.000 1.200 1.600 Utang Obligasi 555 1.300 3.600
Mesin 1.200 1.500 1.500 Total Utang Jangka      
Kendaraan 1.050 1.650 2.200 Panjang      
Akumulasi Penyusutan (250) (350) (375)   2.500 2.500 2.500
Total Aktiva Tetap 3.000 4.000 4.925 EKUITAS 420 750 1.100
        Modal Disetor 2.920 3.250 3.600
AKTIVA LAINNYA       Cadangan Laba  
Total Aktiva Lainnya 150 170 100 Total Ekuitas
   
TOTAL AKTIVA 4.290 6.200 7.085 TOTAL PASIVA 4.290 6.200 7.085
PT JIC
Perhitungan Laba Rugi
Untuk Tahun yang berakhir Pada tgl 31 Desember 2018, 2019 dan 2020
( dalam Miliar Rupiah )

Komponen L / R 2018 2019 2020


Total Penjualan 8.650 9.950 11.550
Harga Pokok Penjualan 6.250 7.050 7.850
Laba Kotor 2.400 2.900 3.700
       
Biaya Operasi      
Biaya Umum dan Administrasi 1.000 1.100 1.200
Biaya Penjualan 50 70 80
Biaya Lainnya 15 25 20
       
Total Biaya Operasi 1.065 1.195 1.300
       
Laba Kotor Operasi 1.335  1.705  2.400 
Penyusutan 200 200 200
       
Pendapatan Bersih Operasi 1.135 1.505 2.200
Pendapatan Lainnya 165 125 300
EBIT 1.300 1.630 2.500
       
Biaya Bunga      
Bunga Bank 300 300 300
Bunga Obligasi 0 0 0
Total Biaya Bunga 300 300 300
       
EBT 1.000 1.330 2.200
Pajak 20% 200 266 220
EAIT 800 1.064 1.980
   
Earning Per Share  
   
 Untuk memudahkan pemahaman penggunaan
rasio keuangan, maka angka-angka yang
digunakan adalah angka-angka yang tertera
dalam Neraca dan laporan laba rugi di atas.

 Adapun sebagian dari jenis-jenis rasio-rasio


keuangan yang dimaksud sebagai berikut :
RASIO LIKUIDITAS (Liquidity Ratio)
 
 Rasio likuiditas atau liquidity ratio atau sering juga
disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid suatu
perusahaan.
 Caranya adalah dengan membandingkan seluruh
komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di
pasiva lancar (utang jangka pendek).
 Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang – utang (kewajiban) jangka pendeknya
yang jatuh tempo.
 Atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membiayai dan memenuhi kewajiban/utang pada
saat ditagih.
 Untuk mngukur rasio likuiditas dapat digunakan beberapa
rasio, antara lain:
1.  Current Ratio (CR)

 Current Ratio merupakan rasio lancar mengukur


kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih.
 CR dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk
mengukur tingkat ke-amanan (margin of safety).
 Dalam praktiknya. CR 200% terkadang sudah
dianggap ukuran yang memuaskan bagi perusahaan
sekalipun ukuran yang terpenting adalah rata-rata
industry untuk perusahaan sejenis.
 Rumus untuk mencari current ratio yang dapat
digunakan, sebagai berikut :
Aktiva Lancar (Current Assets)
Current Ratio = ----------------------------------------
Utang Lancar ( Current Liabilities)
 
Contoh:
Komponen Current Ratio
Komponen 2018 2019 2020
Total aktiva lancar 1.140.000 2.030.000 2.060.000
Total utang lancar 815.000 1.650.000 1.695.000

Current Ratio dapat dicari sebagi berikut:

Untuk tahun 2018:

Rp 1.140.000
Current Ratio = ------------------ = 139,8 atau 1,4 kali
Rp 815.000
 
Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,4 kali utang lancar atau
setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,42 rupiah harta
lancar atau 1,4:1

Untuk tahun 2019:

Rp 2.030.000
Current Ratio = ------------------ = 123 atau 1,23 kali
Rp 1.650.000
 

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,23 kali utang lancar


atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,23 rupiah
harta lancar atau 1,23:1
Untuk tahun 2020:

Rp 2.060.000
Current Ratio = ------------------ = 121,53 atau 1,22 kali
Rp 1.695.000
 

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,22 kali utang lancar,


atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,22 rupiah
utang lancar. Jika rata-rata Industri adalah 180%, maka rasio
perusahaan ini untuk tahun 2018, 2019, dan 2020 kurang baik.
2.  Quick Ratio (Acid Test Ratio)

 Quick ratio merupakan rasio uji cepat yang mnunjukkan


kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
persediaan.
 Hal ini disebabkan persediaan memerlukan waktu relative
lebih lama untuk diuangkan dibandingkan dengan aset
lain.
 Rumus yang dapat digunakan untuk mencati quick ratio
sebagai berikut:

Current Assets – Inventory


Quick Ratio (Acid Trest Ratio) = -----------------------------------
Current Liabilities
ATAU
Kas + Bank + Efek + Piutang
Quick Ratio (Acid Trest Ratio) = -----------------------------------
Current Liabilities
CONTOH
Komponen Quick Ratio
Komponen 2018 2019 2020
Total aktiva lancar 1.140.000 2.030.000 2.060.000
Total utang lancar 815.000 1.650.000 1.695.000
Persediaan 225.000 345.000 285.000

Quick Ratio dapat dicari sebagi berikut :

Untuk tahun 2018 :

1.140.000 – 225.000
Quick Ratio (QR) = ---------------------------- = 1.12 kali
815.000
Untuk tahun 2019 :

2.030.000 – 345.000
Quick Ratio (QR) = ---------------------------- = 1.02 kali
1.650.000

Untuk tahun 2020 :

2.060.000 – 285.000
Quick Ratio (QR) = ---------------------------- = 1.05 kali
1.695.000

Jika rata-rata industri adalah 1 kali, maka rasio perusahaan


ini untuk tahun 2018, 2019, dan 2020 cukup baik, karena
mendekati rata-rata industri.
3.  Inventory to Net Working Capital

 Merupakan rasio yang mengukur atau


membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dan modal kerja perusahaan.
 Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara
aktiva dan utang lancar dan biasanya dinyatakan
dalam desimal.
 Rumusan untuk mencari inventory to net working
capital dapat digunakan sebagai berikut :

Inventory
Inventory To NWC = --------------------------------------------
Current Assets – Current Liabilities
CONTOH
Komponen Inventory To NWC
Komponen 2018 2019 2020
Total aktiva lancar 1.140.000 2.030.000 2.060.000
Total utang lancar 815.000 1.650.000 1.695.000
Persediaan 225.000 345.000 285.000

Untuk tahun 2018 :


225.000
Inventory To NWC = ------------------------ = 69,23%
1.140.000 – 815.000
Untuk tahun 2019 :

345.000
Inventory To NWC = ------------------------ = 90,78%
2.030.000 – 1.650.000
Untuk tahun 2020 :

285.000
Inventory To NWC = ------------------------ = 80 %
2.060.000 – 1.695.000

4.  Cash Ratio

 Cash ratio merupakan alat mengukur seberapa besar


uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
 Hal ini dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas
atau setara dengan kas seperti rekening giro.
 Rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya
bagi perusahaan untuk membayar utang-utang
jangka pendeknya.
 Rumus untuk mencari cash ratio dapat digunakan
sebagai berikut :
Cash or Cash Equivalent
Cash Ratio = -------------------------------------
Current Liabilities

ATAU
Cash + Bank
Cash Ratio = -----------------------------
Current Liabilities

CONTOH

Komponen Cash Ratio


Komponen 2018 2019 2020
Total aktiva lancar 1.140.000 2.030.000 2.060.000
Total utang lancar 815.000 1.650.000 1.695.000
Kas 150.000 250.000 295.000
Bank 275.000 720.000 670.000
Quick Ratio dapat dicari sebagi berikut :
Untuk tahun 2018 :
150.000 + 275.000
Cash Ratio = --------------------------- = 52,14 %
815.000
Untuk tahun 2019 :
250.000 + 720.000
Cash Ratio = --------------------------- = 58,78 %
1.650.000

Untuk tahun 2020 :


295.000 + 670.000
Cash Ratio = --------------------------- = 56,93 %
1.695.000

Jika rata-rata industri adalah 50 kali, maka rasio perusahaan


ini untuk tahun 2018, 2019, dan 2020 cukup baik, karena
mendekati rata-rata industri.
LEVERAGE RATIO

 Laverage Ratio (Rasio solvabilitas) merupakan rasio yang


digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang.
 Seperti diketahui dalam mendanai usahanya, perusahaan
memiliki beberapa sumber dana.
 Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah dari sumber
pinjaman atau modal sendiri.
 Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal
pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan dengan
rasio-rasio.
 Keuntungan dengan mengetahui leverage ratio adalah :
Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainya.
Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap.
Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva
tetap dengan modal.
Adapun rasio-rasio yang ada dalam leverage ratio antara
lain :

1.   Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)

 Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


perbandingan antara total utang dan total aktiva.
 Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva.
 Rasio ini biasanya dinyatakan dalam persentase.
Rumusan untuk mencari debt ratio sebagai berikut :
CONTOH :

Komponen Debt to Assets Ratio

Komponen 2014 2015 2016

Total aktiva 4.290.000 6.200.000 7.085.000

Total utang 1.370.000 2.950.000 3.485.000


TAHUN 2014

1.370.000
DEBT TO ASSET RATIO = ----------------- x 100% = 31,93%
4.290.000

TAHUN 2015

2.950.000
DEBT TO ASSET RATIO = ----------------- x 100% = 47,58%
6.200.000

TAHUN 2016

3.485.000
DEBT TO ASSET RATIO = ----------------- x 100% = 49,18%
7.085.000
 Artinya tahun 2014 sebanyak 31,93% dari aktiva perusahaan
didanai utang (modal pinjaman).
 Kemudian tahun 2015 sebanyak 47,58% dari aktiva
perusahaan didanai oleh perusahaan (modal pinjaman).
 Untuk tahun 2016 sebanyak 49,18% dari aktiva perusahaan
didanai oleh perusahaan (modal pinjaman).
 Jika rata-rata industrI adalah 30%, maka rasio perusahaan
ini untuk tahun 2015 dan 2016 kurang baik karena para
kreditur keberatan untuk menambah pinjaman, mengingat
rasio tersebut melebihi rata-rata industrI.
 Sebaliknya, pada tahun 2014 cukup baik memperoleh
pinjaman dari kreditur.
 Secara umum dapat diartikan perusahaan ini didanai oleh
pinjaman dari tahun ketahun semakin besar.
2.  Debt to Equity Ratio

 Rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara


total utang dan modal sendiri.
 Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva
dibiayai dari utang.
 Dengan kata lain, rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri dijadikan untuk jaminan utang dan biasanya rasio
ini dinyatakan dalam persentase.
 Bagi bank, semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan
yang mungkin terjadi di perusahaan, tetapi bagi perusahaan
justru semakin besar rasio akan semakin baik.
 Rumus nuntuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan
perbandingan antara total utang dan total modal sendiri
sebagai berikut:
Total Debt
DEBT TO EQUITY RATIO = ------------ x 100%
Equity
CONTOH :
(dalam rupiah)
2018 2019 2020
Total Debt (Utang) 1.370.000 2.950.000 3.485.000
Total Equity 2.290.000 3.250.000 3.600.000

Untuk Tahun 2018


1.370.000
Debt to Equity Ratio = ------------ x 100% = 59,82 %
2.290.000

Untuk Tahun 2019


2.950.000
Debt to Equity Ratio = ------------ x 100% = 90,76 %
3.250.000

Untuk Tahun 2020


3.485.000
Debt to Equity Ratio = ------------ x 100% = 96,80 %
3.600.000
 Rasio ini menunjukkan bahwa pemberi pinjaman
menyediakan 59,82% pendanaan untuk setiap rupiah yang
disediakan pemegang saham pada tahun 2018
 Tahun 2019 pemberi pinjaman menyediakan 90,76%
pendanaan untuk setiap rupiah yang disediakan pemegang
saham
 Tahun 2020 pemberi pinjaman menyediakan 96,80%
pendanaan untuk setiap rupiah yang disediakan pemegang
saham
 Artinya dari tahun 2018 sampai 2020 kegiatan perusahaan
yang dibiayai dengan pinjaman semakin meningkat.
3. Long Term Debt to Equity Ratio

 Merupakan rasio antara utang jangka panjang dan modal


sendiri.
 Tujuannya adalah untuk mengukur berap bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang
jangka panjang dengan cara membandingkan antara
utang jangka panjang dan modal sendiri yang disediakan
oleh perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam
persentase.
 Rumus untuk mencari long term debt to equity ratio,
biasa digunakan perbandingan anatara utang jangka
panjang dan modal sendiri sebagai berikut:

Long Term Debt


LTDER = ------------------- x 100 %
Equity
CONTOH :
(dalam rupiah)
2018 2019 2020
Total Utang Jk.Panjang 555.000 1.300.000 1.790.000
Total Equity 2.290.000 3.250.000 3.600.000

Untuk Tahun 2018


555.000
LTDER = ------------ x 100% = 24,23 %
2.290.000

Untuk Tahun 2019


1.300.000
LTDER = ------------ x 100% = 40 %
3.250.000

Untuk Tahun 2020


1.790.000
LTDER = ------------ x 100% = 49,72 %
3.600.000
 Perbandingan rasio ini dari tahun ke tahun semakin
meningkat
 Artinya pembayaran utang jangka panjang dibandingkan
dengan modal sendiri semakin meningkat
4. Tangible Assets Debt Coverage

 Merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengetahui


rasio antara aktiva tetap berwujud dengan utang jangka
panjang.
 Artinya rasio ini menunjukkan setiap rupiah aktiva
berwujud yang dipergunakan untuk menjamin utang
jangka panjang.

Fixed Assets
 TADC = ---------------------------- x 100 %
Utang Jangka Panjang
CONTOH :
(dalam rupiah)
2018 2019 2020
Fixed Aktiva 3.000.000 4.000.000 4.925.000
Total Utang Jk. Panjang 555.000 1.300.000 1.790.000

Untuk Tahun 2018


3.000.000
TADC = ------------ x 100% = 540,5 %
555.000

Untuk Tahun 2019


4.000.000
TADC = ------------ x 100% = 307,6 %
1.300.000

Untuk Tahun 2020


4.925.000
TADC = ------------ x 100% = 275,13 %
1.790.000
5. Current Liabilities to Net Worth

 Merupakan rasio antara utang lancar dan modal sendiri.


 Rasio ini menunjukkan bahwa dana pinjaman yang segera
akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
 Sifat rasio ini sama dengan debt to equity ratio.
 Rumus untuk mencari curren liabilities to net worth
digunakan sebagai berikut:
Current Liabilities
Current Liabilities To Net Worth = ---------------------- x 100%
Equity
CONTOH :
(dalam rupiah)
2018 2019 2020
Total Utang Lancar 815.000 1.650.000 1.695.000
Total Equity 2.290.000 3.250.000 3.600.000

Untuk Tahun 2018


815.000
Current Liabilities To Equity = ------------ x 100% = 0,36 %
2.290.000

Untuk Tahun 2019


1.650.000
Current Liabilities To Equity = ------------ x 100% = 0,51 %
3.250.000

Untuk Tahun 2020


1.695.000
Current Liabilities To Equity = ------------ x 100% = 0,47 %
3.600.000
RASIO AKTIVITAS ( Activity Ratio)

 Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat


efesiensi pemanfaatan sembur daya perusahaan (penjualan,
persediaan, penagihan, piutang, dan lainnya).
 Atau, rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari.
 Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah
perusahaan lebih efesien atau sebaliknya dalam mengelola
aset yang dimilikinya.
 Adapun sebagian dari rasio-rasio aktivitas sebagai berikut:
1. Perputaran Piutang (Turnover Receivable)

 Merupakan rasio yang digunakan unutk mengukur


berapa lama penagihan piutang selama satu periode.
 Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja
yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah
(dibandingkan dengan rasio sebelumnya) dan tentunya
kondisi ini bagi perusahaan semakin baik.
 Sebaliknya, jika rasio semakin rendah maka ada over-
investment dalam piutang.
 Rumus untuk mencari turnover receivable sebagai
berikut:

Penjualan Kredit
Turn Over Receivable = -----------------------
Rata-rata Piutang
Sebagai ilustrasi
Komponen 2018 2019 2020
Penjualan Kredit 5.650.000 6.950.000 6.525.000
Piutang
Awal tahun 400.000 350.000 550.000
Akhir tahun 350.000 550.000 660.000

Untuk Tahun 2018


400.000 + 350.000
Rata-Rata Piutang = ----------------------- = 375.000
2

5.650.000
Receivable Turn Over = ---------------- = 15 kali
375.000
Untuk Tahun 2019
350.000 + 550.000
Rata-Rata Piutang = ----------------------- = 450.000
2

6.950.000
Turn Over Receivable = ---------------- = 15,4 kali
450.000

Untuk Tahun 2020


550.000 + 660.000
Rata-Rata Piutang = ----------------------- = 605.000
2

6.525.000
Turn Over Receivable = ---------------- = 10,79 kali
605.000
 Dari tahun 2018 hingga 2020 rasionya semakin meningkat,
ini berarti semakin baik, karena modal kerja yang
tertanam semakin kecil.
 Namun tahun 2020 justru semakin jelek karena
perputarannya semakin kecil.
 Bagi Bank yang akan memberikan kredit, perlu juga
menghitung hari rata-rata penagihan piutang ( days of
receivable).
 Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa
hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan
rasio ini juga sering disebut Days Sales Uncollected.
 Rumus yang digunakan adalah :

Piutang Rata-Rata x 360


Days of Receivable = -----------------------------
Penjualan Kredit
Untuk Tahun 2018
375.000 x 360
Days of Receivable = ---------------- = 23,89 hari atau 24 hari
5.650.000

Untuk Tahun 2019


450.000 x 360
Days of Receivable = ---------------- = 23,30 hari atau 24 hari
6.950.000

Untuk Tahun 2020


605.000 x 360
Days of Receivable = ---------------- = 33,37 hari atau 34 hari
6.525.000
 Rasio ini sangat baik untuk tahun 2018, 2019, dan 2020
karena kurang dari 60 hari.
 Artinya perusahaan ini mampu melakukan penagihan secara
cepat atau tepat waktu.
 Namun untuk tahun 2020 terjadi keterlambatan
dibandingkan tahun sebelumnya.
 Namun apabila days of receivable kurang baik apabila
melebihi 60 hari.
 Artinya perusahaan ini kurang mampu melakukan penagihan
atau mungkin karena syarat-syarat kredit yang lunak.
2. Perputaran persediaan (Inventory Turnover)

 Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali


dana yang ditanam dalam inventory ini berputar dalam suatu
periode.
 Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan
(Inventory turnover).
 Rasio ini juga menunjukan berapa kali jumlah barang
persediaan diganti dalam suatu tahun, semakin kecil rasio ini
maka semakin jelek demikian pula sebaliknya.
 Cara mencarinya adalah dengan membandingkan antara harga
pokok barang yang dijual dan rata-rata persediaan.
 Namun apabila tidak ada harga pokok, maka dapat digunakan
sebagai perhitungan adalah penjualan (sale) dengan rata-rata
persediaan dan biasanya dalam hitungan tahun.
 Rumusan untuk mencari inventory turnover dapat digunakan
sebagai berikut:
Harga Pokok Barang yang Dijual
Inventory turnover = ---------------------------------------
Rata-rata Persediaan
CONTOH :
(dalam rupiah)
Komponen 2018 2019 2020
Penjualan Kredit 5.650.000 6.950.000 6.525.000
Persediaan
Awal tahun 300.000 225.000 345.000
Akhir tahun 225.000 345.000 285.000

Untuk Tahun 2018


300.000 + 225.000
Rata-Rata Persediaan = ----------------------- = 262.500
2

5.650.000
Inventory Turn Over = ---------------- = 21,5 kali atau 22 kali
262.500
 Rasio ini menunjukkan 22 kali persediaan barang dagangan
diganti dalam 1 tahun.
 Kemudian untuk mengetahui berapa hari rata-rata
persediaan tersimpan dalam gudang dapat dicari dengan
cara  Membagi jumlah hari dalam 1 tahun dibagi
perputaran persediaan, yaiyu

360 : 22 = 16,4 hari atau 17 hari


Untuk Tahun 2019
225.000 + 345.000
Rata-Rata Persediaan = ----------------------- = 285.000
2

6.950.000
Inventory Turn Over = ---------------- = 24,4 kali atau 25 kali
285.000

 Rasio ini menunjukkan 25 kali persediaan barang dagangan


diganti dalam 1 tahun.
 Kemudian untuk mengetahui berapa hari rata-rata persediaan
tersimpan dalam gudang dapat dicari dengan cara  Membagi
jumlah hari dalam 1 tahun dibagi perputaran persediaan, yaiyu

360 : 25 = 14,4 hari atau 15 hari


Untuk Tahun 2020
345.000 + 285.000
Rata-Rata Persediaan = ----------------------- = 315.000
2

6.525.000
Inventory Turn Over = ---------------- = 20,7 kali atau 21 kali
315.000

 Rasio ini menunjukkan 21 kali persediaan barang dagangan


diganti dalam 1 tahun.
 Kemudian untuk mengetahui berapa hari rata-rata persediaan
tersimpan dalam gudang dapat dicari dengan cara  Membagi
jumlah hari dalam 1 tahun dibagi perputaran persediaan, yaiyu

360 : 21 = 17,2 hari atau 18 hari


3. Working capital turnover

 Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja
berputar dalam satu periode atau berapa penjualan
yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang
digunakan.
 Caranya adalah dengan cara membandingkan penjualan
bersih dengan modal kerja.
 Rumus untuk mencari working capital turnover yang
dapat digunakan sebagai berikut:

Net Sales
WC Turn Over = -------------------
Working Capital
Sebagai Ilustrasi
(dalam rupiah)
Komponen 2018 2019 2020
Total aktiva lancar 1.140.000 2.030.000 2.060.000
Total Utang lancar 815.000 1.650.000 1.695.000
Net Sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000

Untuk Tahun 2018


8.650.000
NWC Turn Over = -------------------------- = 26,6 kali
1.140.000 - 815.000

Untuk Tahun 2019


9.950.000
NWC Turn Over = ----------------------------- = 26,18 kali
2.030.000 - 1.650.000

Untuk Tahun 2020


11.950.000
NWC Turn Over = -------------------------- = 32,7 kali
2.060.000 - 1.695.000
 Jika rata-rata industri adalah 30 kali, maka rasio
perusahaan ini untuk tahun 2018 adalah 26,6 kali dan
tahun 2019 adalah 26,18 kali dinilai kurang baik
karena dibawah rata-rata industri, sedangkan tahun
2020 adalah 32,7 kali dinilai lebih baik karena di atas
rata-rata industri.
4. Fixed Asset Turnover

 Merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukurberapa kali dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap berputar dalam satu periode.
 Caranya adalah membandingkan antara penjualan
bersih dan aktiva tetap dan biasanya rasio ini
dinyatakan dengan desimal.
 Rumus untuk mencari fixed asses turnover dapat
digunakan sebagai berikut :

Sales
Fixed Asset Turnover = ----------------------
Total Fixed Asset
Sebagai Ilustrasi
(dalam rupiah)
Komponen 2018 2019 2020
Total aktiva lancar 1.140.000 2.030.000 2.060.000
Total utang lancar 815.000 1.650.000 1.695.000
Net Sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000
Aktiva Tetap 3.000.000 4.000.000 4.925.000

Untuk Tahun 2018


8.650.000
Fixed Asset Turn Over = -------------------------- = 2,88 kali
3.000.000
Untuk Tahun 2019
9.950.000
Fixed Asset Turn Over = -------------------------- = 2,48 kali
4.000.000

Untuk Tahun 2020


11.950.000
Fixed Asset Turn Over = -------------------------- = 2,43 kali
4.925.000
5. Asset Turnover

 Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


penggunaan seluruh aktiva perusahaan.
 Kemuadian juga mengukur berapa jumlah penjualan
yang diperoleh dari setiap rupiah aktiva.
 Biasanya rasio ini dinyatakan dalam desimal
 Rumus untuk mencari asset turnover dapat digunakan
sebagai berikut :

Sales
Asset Turnover = ---------------
Total Asset
Sebagai Ilustrasi
(dalam rupiah)
Komponen 2018 2019 2020
Total aktiva lancar 1.140.000 2.030.000 2.060.000
Net Sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000
Total Aktiva 4.290.000 6.200.000 7.085.000

Untuk Tahun 2018


8.650.000
Asset Turn Over = --------------- = 2,02 kali
4.290.000
Untuk Tahun 2019
9.950.000
Asset Turn Over = --------------- = 1,06 kali
6.200.000

Untuk Tahun 2020


11.950.000
Asset Turn Over = --------------- = 1,7 kali
7.085.000

Jika rata-rata industri adalah 3, maka rasio perusahaan ini untuk


tahun 2018, 2019 dan2020 kurang baik, artinya perusahaan
menggunakan aktivanya kurang efisien dibandingkan dengan
perusahaan lain.
RASIO PROFITABILITAS

 Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai


kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
 Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas
manajemen suatu perusahaan.
 Rasio ini terdiri dari :

1. Profit margin ( profit margin on sales)

 Rasio ini diukur antara profit margin dan


penjualan, dan diukur dalam presentase.
 Rumus untuk mencari profit margin sebagai
berikut :
Net Profit After Tax
Net Profit Margin = ----------------------- x 100%
Net Sales
Sebagai Ilustrasi
(dalam rupiah)
Komponen 2018 2019 2020
Net Sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000
Laba Bersih Setelah Pajak 800.000 1.064.000 1.980.000

Untuk tahun 2018 :


800.0000
Net profit margin = ------------- x 100% = 9,3%
8.650.000

Untuk tahun 2019 :


1.064.0000
Net profit margin = ------------- x 100% = 11%
9.950.000
Untuk tahun 2020 :

1.980.0000
Net profit margin = ------------- x 100% = 16,5%
11.950.000

Jika rata-rata industri adalah 15% maka rasio perusahaan ini


untuk tahun 2018 dan 2019 adalah kurang baik, dan untuk
tahun 2020 sebesar 16,5% cukup baik.
2. Return On Investment

 Return On Investment merupakan rasio yang


menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang
efisiensi manajemen.
 Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang
dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan
dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase.
 Rasio ini menunjukkan produktifitas dari seluruh dana
perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
 Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik dan
sebaliknya.
 Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas
dari keseluruhan operasi perusahaan.
 Rumus untuk mencari return on investment dapat
digunakan sebagai berikut:
Net Profit After Tax
Return On Investment (ROI) = ------------------------- x 100%
Total Assets
Sebagai Ilustrasi
(dalam rupiah)
Komponen 2018 2019 2020
Net sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000
EAT 800.000 1.064.000 1.980.000
Total Aktiva 4.290.000 6.200.000 7.085.000

Untuk Tahun 2018

800.000
ROI = ------------- x 100% = 18,7 %
4.290.000
Untuk Tahun 2019

1.064.000
ROI = ------------- x 100% = 17,2 %
6.200.000

Untuk Tahun 2020

1.980.000
ROI = ------------- x 100% = 27,9 %
7.085.000

Jika rata – rata industri adalah 20% maka rasio perusahaan


ini untuk tahun 2018 dan 2019 kurang baik, karena masih di
bawah rata-rata industri. Untuk tahun 2020 cukup baik.
3. Return on Equity (ROE)

 Return on equity atau rentabilitas modal sendiri


merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri.
 Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal
sendiri.
 Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
 Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat dan
seabaliknya.
 Rumus untuk mencari return on equity dapat
digunakan sebagai berikut :

Net Profit After Tax


Return On Equity (ROE) = ----------------------- x 100%
Equity
Sebagai Ilustrasi
(dalam rupiah)
Komponen 2018 2019 2020
Net sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000
EAT 800.000 1.064.000 1.980.000
Total Equity 2.290.000 3.250.000 3.600.000

Untuk Tahun 2018

800.000
ROE = ------------- x 100% = 34,9 %
2.290.000
Untuk Tahun 2019

1.064.000
ROI = ------------- x 100% = 32,7 %
3.250.000

Untuk Tahun 2020

1.980.000
ROI = ------------- x 100% = 55 %
3.600.000

Jika rata – rata industri adalah 30% maka rasio perusahaan


ini untuk tahun 2018, 2019 dan 2020 cukup baik, karena
masih di atas rata-rata industri.
SPASIBA

Anda mungkin juga menyukai