Anda di halaman 1dari 16

DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN STRATEGIK DAN

BERPIKIR SISTEM
ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

OLEH
SUCY RAMADANY (1611211057)
AI IKM 2016

Fakultas kesehatan masyarakat


Universitas andalas
KEPEMIMPINAN STRATEGIK
.

Manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,


mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan
(David, 2011:6).

Manajemen strategis berfokus pada proses penetapan tujuan organisasi,


pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta
mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan
pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-
aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan
organisasi.

Menurut Thomas Wheelen dkk (2010:105), Manajemen strategi adalah


serangkaian dari pada keputusan manajerial dan kegiatan-kegiatan yang
menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kegiatan tersebut
terdiri dari perumusan/perencanaan strategi, pelaksanaan/implementasi dan
evaluasi.
Tujuan Manajemen Strategi

Menurut Suwandiyanto (2010:02), terdapat empat tujuan manajemen strategi, yaitu:

 Memberikan arah pencapaian tujuan organisasi/perusahaan. Dalam hal ini, manajer strategi
harus mampu menunjukkan kepada semua pihak kemana arah tujuan organisasi/perusahaa
n. Karena, arah yang jelas akan dapat dijadikan landasan untuk pengendalian dan mengeval
uasi keberhasilan.
 Membantu memikirkan kepentingan berbagai pihak. Organisasi/perusahaan harus mempert
emukan kebutuhan berbagai pihak, pemasok, karyawan, pemegang saham, pihak perbanka
n, dan masyarakat luas lainnya yang memegang peranan terhadap sukses atau gagalnya per
usahaan.
 Mengantisipasi setiap perubahan kembali secara merata. Manajemen strategi memungkinka
n eksekutif puncak untuk mengantisipasi perubahan dan menyiapkan pedoman dan pengen
dalian, sehingga dapat memperluas kerangka waktu/berpikir mereka secara perspektif dan
memahami kontribusi yang baik untuk hari ini dan hari esok.
 Berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Tanggung jawab seorang manajer bukan han
ya mengkonsentrasikan terhadap kemampuan atas kepentingan efisiensi, akan tetapi henda
knya juga mempunyai perhatian yang serius agar bekerja keras melakukan sesuatu secara le
bih baik dan efektif.
Proses dan Tahapan Manajemen Strategi

David (2011:6) menjelaskan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)
Perumusan strategi adalah tahap awal pada manajemen strategi, yang mencakup mengembang
kan visi dan misi, mengidentifikasi peluang eksternal organisasi dan ancaman, menentukan ke
kuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alter
natif, dan memilih strategi tertentu untuk mencapai tujuan.

b. Implementasi Strategi (Strategy Implemented)


Implementasi strategi adalah tahap selanjutnya sesudah perumusan strategi yang ditetapkan. Pe
nerapan strategi ini memerlukan suatu keputusan dari pihak yang berwenang dalam mengambil
keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan, menyusun kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Pada tah
ap ini dilakukan pengembangan strategi pendukung budaya, merencanakan struktur organisas
i yang efektif, mengatur ulang usaha pemasaran yang dilakukan, mempersiapkan budget, me
ngembangkan dan utilisasi sistem informasi serta menghubungkan kompensasi karyawan terha
dap kinerja organisasi.
c. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation)

Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Manajer sangat membutuhkan
untuk tahu kapan strategi tertentu tidak bekerja dengan baik; Evaluasi strategi adalah alat utam
a untuk memperoleh informasi ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penilaian atau melaku
kan proses evaluasi strategi. Dalam penilaian strategi terdapat tiga aktivitas penilaian yang me
ndasar, yaitu: Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi
strategi saat ini, Pengukuran kinerja, dan 3). Pengambilan langkah korektif. Penilaian strategi
sangat diperlukan oleh suatu perusahaan karena strategi yang berhasil untuk saat ini tidak selal
u berhasil untuk di masa yang akan datang.
BERFIKIR SISTEM
Sistem berasal dari bahasa latin systēma dan bahasa Yunani sustēma yaitu suatu kesatuan yang
terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informas
i, materi atau energi. Secara sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan at
au himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling t
ergantung satu sama lain, dan terpadu. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang sa
ling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak.

Berpikir sistemik (systemic thinking) didefinisikan sebagai hal yang lebih kearah proses mema
hami dan berpikir bagaimana agar kita memandang suatu sistem dalam perspektif yang lebih lu
as, melihat keseluruhan pola berbagai macam komponen di dalam sistem tadi saling mempeng
aruhi satu sama lain dalam suatu kesatuan. Contohnya di dalam suatu organisasi, bagaimana ki
ta memahami suatu sistem yang terdiri dari orang – orang, struktur dan proses dapat saling bek
erja sama agar membuat organisasi tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak baik.

Dengan berpikir sistemik, kita akan diarahkan untuk melihat suatu permasalahan sebagai bagia
n dari suatu sistem secara luas, bukan sebagai suatu bagian spesifik yang terpisah. Dengan de
mikian, akan lebih mudah dalam mengidentifikasi isu – isu yang ada di suatu sistem / organisa
si kemudian berusaha berpikir lebih luas dan jangka panjang tentang bagaimana mengatasi per
masalahan tersebut.
Komponen sistem
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat komponen:

1. Objek: berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak, ataupun kedu
anya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.
2. Atribut: menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.

3. Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.


4. Lingkungan, tempat di

5. mana sistem berada.


Konsep sistem
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluara
n, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan menge
nai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :
a. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), baik hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang m
enjadi motivasi yang akan mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak
terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
b. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya men
jadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) ma
upun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan cont
oh yang tidak berwujud adalah informasi. Input berupa komponen – komponen yang membentuk
suau kesatuan yang akan diproses ini, diklasifikasikan berdasar kegunaannya dalam sistem terse
but, yaitu :
· Komponen esensial
Merupakan komponen yang penting dan harus ada dalam menjalankan fungsi dan mencap
ai tujuan dari sistem tersebut.
· Komponen aksesoris
Merupakan komponen yang boleh ada, namun tidak vital dalam fungsi suatu sistem menjal
ankan tugasnya.
.
c. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi
keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bi
sa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik
kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pem
bedahan pasien.
d. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem Kesehatan, keluaran bisa ber
upa kesembuhan pasien atau malah perburukan kondisi pasien.
e. Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (l
ingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Se
bagai contoh, rumah sakit memiliki aturan – aturan yang mengatur jalannya fungsi sistem di ru
mah sakit tersebut. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga
akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan memilih program – program prefentif
dan mengeliminasi program yang kurang di butuhkan saat itu, rumah sakit dapat menghindar d
ari adanya keterbatasan biaya.
.
f. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik
(feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik
masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan
tujuan.
g. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh ter
hadap fungsi suatu sistem, dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. L
ingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak menggangg
u kelangsungan fungsional sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, ka
rena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem
Beberapa nilai yang terkandung dalam cara berpikir sistem :
1. Menghargai bagaimana model mental mempengaruhi cara pandang kita
2. Mengubah perspektif untuk melihat leverage point baru
3. Melihat pada kesalingtergantungan (interdependencies)
4. Merasakan dan menghargai kepentingan jangka panjang dan lingkungan
5. Memperkirakan yang biasanya tidak diperkirakan
6. Berfokus pada struktur yang membangun dan menyebabkan perilaku sistem
7. Menyadari bagian yang tersulit tanpa tendensi untuk menyelesaikannya dengan te
rgesa-gesa
8. Mencari pengalaman
9. Menggunakan bahasa pola dasar dan analogi untuk mengantisipasi perilaku dan
kecenderungan untuk berubah.
Menjadi sesorang yang memiliki strategic leadership haruslah memiliki beberapa ke
mampuan yang handal dalam dari pemimpin biasa. Menurut Kate Beatty (2010) dal
am website forbes.com, ada 3 strength yang harus dimiliki oleh setiap strategic lead
er yaitu,
1. Strategic Thinking, dimana dibutuhkannya sebuah pengetahuan yang kompleks
akan suatu organisasi dengan lingkungannya. Hal ini dibutuhkan untuk mengide
ntifikasi permasalahan yang ada dalam lingkungan bisnis perusahaan.

2. Strategic Acting, merupakan pelaksana dari rencana yang sudah dibuat oleh per
usahaan, seorang pemimpin strategis harus dapat membuat keputusan yang tepat
disaat yang tidak tepat sekalipun tanpa mengorbankan visi perusahaan.

3. Strategic Influencing, adalah tentang membuat komitmen dalam suatu organisas


i sehubungan dengan arah dari strategi perusahaan dengan cara mengikutsertaka
n orang-orang di dalam dan diluar organisasi seiring dengan proses strategis yan
g dilakukan perusahaan tersebut.
Sedangkan Paul J. H. (2013) memiliki pendapat lain mengenai essential skills yang harus
dimiliki oleh para pemimpin bisnis yang trategis yaitu,

1. Anticipate, merupakan langkah penting untuk melihat resiko dan kesempatan dalam
bisnus. Hal tersebut dapat lebih baik jika dilakukan pendekatan melalui customer,
supplier dan rekan bisnis lainnya. Hal lainnya adalah melakukan market research dan
simulasi bisnis dalam memahami kondisi kompetitor serta pasar yang kita masuki.

2. Challenge, lakukan perubahan dalam melakukan keputusan. Jika biasanya dilakukan


sendiri, lakukanlah bersama rekan kerja yang lain, walaupun terkesan sulit diawal namun
aka nada lebih banyak invoasi yang muncul dalam pemikiran bersama.

3. Interpret, seorang pemimpin bisnis yang baik dapat mengutarakan isi dari pikirannya,
bukan hanya menerima masukan dan melaksanakannya tanpa diolah terlebih dahulu.
.
4. Decide, terkadang pengambilan keputusan harus dilakukan disaat yang sulit dan
tak terduga, pemimpin yang baik harus dapat mengambil keputusan berdasarkan
tingkat kepentingan dan dapat membagi sebuah keputusan besar menjadi bebera
pa bagian sehingga dapat terlihat lebih jelas komponen apa saja yang dapat terp
engaruh dari pengambilan keputusan tersebut.

5. Align, dengan banyaknya faktor pendukung dalam suatu proyek seperti stakeh
olders, diperlukannya pengertian yang sama akan tujuan proyek untuk setiap orang
yang dilibatkan agar adanya dukungan penuh dari setiap yang dilibatkan.
6. Learn, tentunya akan ada beberapa kesalahan dan hal yang harus diperbaiki ke
tika akan menjalani proyek selanjutnya. Diperlukan adanya audit dalam dokumen y
ang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan mempelajarinya kembali

Anda mungkin juga menyukai