Anda di halaman 1dari 30

Perkembangan dan Spesialisasi

Serangga
Riyanto
Pendidikan Biologi FKIP Unsri
Perkembangan Embriologi
 Inti zigot mengalami pembelaham mitosis. Beberapa inti yang
tersisa menjadi vitellophagus, sel-sel untuk memetabolisme yolk
digunakan embrio, sedangkan sebagian besar inti yang membelah
bermigrasi menyebar dari sitoplasma ke periperal sel telur.

 Di periferal sel telur masing-masing menghasilkan suatu membran


sel, dan sel-sel periperal membentuk blastoderm. Sebagian
blastoderm menjadi selaput embrio (serosa dan amnion), dan
sebuah area penebalan atau keping ventral (ventral plate) yang
akan menjadi embrio.

 Pada tahap berikutnya, embrio berkembang migrasi ke seluruh


yolk, suatu proses disebut blastokinesis.
Tahap awal
perkembangan embrio
Pembelahan superfisial pada embrio Drosophila
 Keping ventral membentuk suatu lapisan sel ganda bakal
ektoderm dan mesoderm. Struktur sebagian besar diturunkan dari
lapisan tersebut. Ada atau tidak lapisan ketiga endoderm pada
sebagian besar hewan insekta belum dapat dipastikan.

 Sisi ventral, termasuk saraf berkembang pertama, kemudian


saluran pencernaan dan terakhir suatu fenomena disebut dorsal
closure menghasilkan kedua sisi-sisi lateral dan dorsal embrio
termasuk pembuluh dorsal.

 Sebuah rongga antara saluran pencernaan dan eksoskleton


disebut hemocoel, berkembang, tetapi itu bukan coelom seperti
pada Anelida.

 Segmentasi dan tagmosis pada eksoskleton, otot-otot, sistem saraf


terjadi lebih awal, walaupun sekat-sekat sempurna antara segmen
atau metameres tidak pernah berkembang.
Perkembangan dan
diferensiasi dari zigot
menjadi organsme
dengan spesialisasi organ
derivatnya
Embrio kepik milkweed, Oocopeltus fasciatus. Selaput dan kuning telur telah dibuang. (A) 71
jam; (B) 91 jam; (C) 101 jam. Ant, antena; md, mandibula; mx, maksila; lb, labrum; lm, labium;
roman numerals, tungkai toraks.
Perkembangan Posembrionik

• Pertumbuhan dan
eksdisis, eksdisis
disebut molting atau
ganti kulit.
• Epidermis melonggar
dari kutikula (apolysis),
dan integumen yang
baru disekret di bawah
integumen lama,
Metamorfosis
• Sebagian besar insekta primitif tidak bersayap, seperti Collembola dan Thysanura,
proporsi tubuh dan organ internal yang ada sama setiap kali molting atau eksdisis.
Spesies yang mengalami perkembangan seperti itu disebut ametabola.

• Sebagian besar insekta mengalami perubahan bentuk atau bentuk selama


perkembangannya, suatu proses disebut metamorfosis.

• Beberapa spesies hanya modifikasi sedikit, tetapi suatu perubahan mungkinan


terlihat dan termasuk perubahan sangat drastis, contoh individu insekta muda
mirip cacing tanpa kaki menjadi dewasa dengan kaki dan sayap (lihat pada lalat).

• Satu klasifikasi yang membagi insekta muda dengan wing pad eksternal,
eksopterigota (hemimetabola) dan spesies yang mempunyai wing pad internal
seperti larva, endopterigota. (holometabola).

• Tinjauan yang lain memisahkan eksopterigota menjadi paurometabola (untuk


insekta muda berkembang di darat) dan hemimetabola (untuk insekta muda
berkembang di air) dan tetap endopterigota sebagai suatu unit tunggal,
holometabola.
 Perubahan dari insekta muda menjadi dewasa terjadi tetapi tidak
ekstrim, metamorfosis adalah tidak sempurna atau hemimetabola.
Insekta muda atau nimfa secara normal ciri-ciri memiliki wing pad
eksternal, kecuali sayap tidak ada seperti pada lice (kutu kepala).

 Sebagian besar struktur muda dan dewasa pada metamorfosis


tidak sempurna serupa, walaupun proforsi tubuh berbeda dan
berubah pada keping toraks dan sistem reproduksi terjadi pada
tiap-tiap molting menjadi dewasa.

 jika spesies insekta ada tahap larva , tahap pupa dan mengalami
suatu perubahan drastis menjadi imago, disebut metamorfosis
sempurna (holometabola).

 Sebagian besar struktur dalam arva di pecah dengan histolisis dan


menjadi struktur dewasa di dalam insekta muda, organ ini hasilkan
dari sekelompok kecil jaringan dewasa, imaginal discs, atau dari sel-
sel larva ditransformasi menjadi sel-sel dewasa.
Imaginal discs
Tipe larva berdasarkan bentuk tubuh.

 Tipe larva vermiform, artinya tubuh seperti cacing,


tidak ada legs (tungkai), kepala dapat berkembang baik
atau tidak dapat berkembang baik.

 Tipe larva eruciform, yaitu tubuh berbentuk silindris,


dengan kepala berkembang baik, antena pendek, toraks
pendek dan memiliki legs abdominal (prolegs).
Tipe pupa ada tiga:

 Tipe pupa eksarat memiliki apendiks tidak menempel


(appressed) pada tubuh, ditemukan pada Neuroptera,
Tricoptera, sebagian besar Coleoptera, beberapa
Lepidoptera dan sebagian besar Hymenoptera.

 Tipe kedua, obteks memiliki apendiks berfusi dengan


tubuhnya, umumnya pada Lepidoptera, dan Diptera.

 Tipe ketiga tertutup dalam eksoskeleton larva,


puparium serta diklasifikasikan sebagai coarctate.
Hormon mengontrol matamorfosis serangga

Proses molitng diawali pada otak, sel-sel neurosekretori melepaskan


hormon prothoracicotropic (PTTH). PTTH suatu hormon peptida
yang merangsang hormon eksdison dari kelenjar protoraks. Eksdison
merupakan prohormon yang harus diubah dalam bentuk aktif dalam
mitokondria menjadi hormon eksdisteron.

Molting dipengaruhi dua pulsa eksditeron; produknya rendah terjadi


molting metamorfosis (pupa ke imago), produknya tinggi terjadi
molting (pupa), hormon eksdisteron pada pulsa ini merangsang sel-
sel epidermis menghasilkan enzim pencerna dan resiklus komponen
kutikula.
Lanjutan

• Hormon kedua yang mempengaruhi perkembangan


insekta adalah hormon juvenil (JH). Hormon ini
disekret oleh corpora allata. Sel-sel sekretori corpora
allata aktif selama molting larva tetapi tidak aktif
selama molting metamorfosis.
• Pada tahap akhir instar larva level JH turun keadaan
ini menyebabkan PTTH kembali merangsang kelenjar
protoraks untuk memproduksi hormon eksdisteron.
Diagram skematik
ilustrasi kontrol
molting dan
metamorfosis pada
ngengat hornworm
tembakau
Hasil eksperimen

Metamorfosis
precocious
ngengat ulat
sutra
disebabkan
korpora allata
dibuang
selama tahap
instar ketiga
Eksperimen lain:
 Dua senyawa yang telah diisolasi dari tumbuhan telah ditemukan
menyebabkan metamorfosis prematur pada larva insekta tertentu menjadi
dewasa yang steril. Senyawa tersebut disebut precocenes .

 Ketika larva atau nimfa insekta tersebut ditaburi dengan salah satu senyawa
tersebut mereka akan menjalani satu kali lagi molting dan kemudian
mengalami metamorfosis kembali menjadi dewasa.

 Precocenes dapat menyebabkan kematian selektif dari sel-sel corpora allata


pada insekta muda.

 Sel-sel tersebut bertanggung jawab untuk sintesis hormon juvenil. Kemudian


tanpa hormon juvenil larva mulai metamorfosisnya dan molting imaginal.

 Begitu precocenes mampu proteksi tumbuhan menyebabkan metamorfosis


prematur dari larva insekta tertentu menjadi dewasa steril.
Nengat kerdil dan raksasa dengan cara dibuang dan
diimplantasi korpora alata.
Daftar Pustaka
Borror, D,J., Triplehorn, C.A., dan Johnson, N.F., 1988. Pengenalan
Pelajaran Serangga. Gadjah Mada Uiniversity Press. Yogyakarta

Borror, D,J., Triplehorn, C.A., dan Johnson, N.F., 2005. Study of


Insects. 7 th Edition. Thomson Brooks/Cole. Australia, Canada,
Singapura, Spain, United Kingdom, United Stated.

Chapman, R.F., 1985. The Insects, Structure and Function. Third


Edition. ELBS. Printed Colorcraft Ltd. Hongkong.

Elzinga, R.J. 1987. Fundamentals of Entomology. Third Edition,


Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey 07632. USA

Gilbert, S. F., 1991. Developmental Biology. 3 th Ed. Sinauer


Associates, Inc. Massachusett, USA.

Anda mungkin juga menyukai