Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan 0steoporosis

dan Osteoartritis Pada Lansia


Definisi osteoporosis pada lansia

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang – lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah
tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa
massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Etiologi
Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu :
 Osteoporosis pasca menopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membatu mengatur pengankutan kalsium kedalam tulang.
 Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan
pembentukan tulang baru (osteoblast).
 Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebabkan
keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (trauma tiroid, paratiroid, dan adrenal)
 Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hromon yang
normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Patofisiologi

Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi
penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa
nyeri pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.

Manifestasi Klinis
 Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata
 Nyeri timbul mendadak
 Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang
 Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika akan melakukan aktivitas
 Deformitas vertebra thorakalis (penurunan tinggi badan)
Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan radiologic
 Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
 Biopsi tulang dan Histomorfometri
 Radiologis
 CT-Scan
Asuhan Keperawatan Osteoporosis Pada
Lansia

Pengkajian
 Identitas Pasien : Nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawainan, agama,
tanggal MRS, tanggal pengkajian, alamat klien
 Keluhan Utama
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Psikososial
Diagnosa Keperawatan
Nyeri b.d adanya fraktur
 Konstipasi b.d imobilitas
 Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
    Observasi
Setelah dilakukan tindakan - Monitor buang air besar (mis.
D.0149 (Konstipasi) keperawatan selama 1x24 jam Warna, frekuensi, konsistensi,
  maka eliminasi fekal membaik volume)
dengan kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala diare,
konstipasi, atau impaksi
- Kontrol pengeluaran feses
Terapeutik
membaik
- Konsistensi feses frekuensi - Berikan air hangat setelah
defeksi peristaltik usus membaik makan
Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu
 
D.0111 (Defisit Pengetahuan) Setelah dilakukan tindakan Observasi
  keperawatan selama 1x24jam maka
- Identifikasi kesiapan, kemampuan
tingkat pengetahuan membaik
menerima informasi dan presepsi
dengan kriteria hasil :
terhadap resiko osteoporosis
- Perilaku sesuai anjuran meningkat Terapeutik
- Verbalisasi minat dalam belajar
- Persiapkan materi, media tentang faktor-
meningkat
faktor penyebab, cara identifikasi dan
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan
Edukasi
tentang suatu topik meningkat
- Kemampuan menggambarkan - Jelaskan gejala dan proses, pemeriksaan
pengalaman sebelumnya yang sesuai diagnostik, konsekuensi dan terapi
dengan topik osteoporosis

 
Osteoartritis Pada Lansia

Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit yang diakibatkan oleh kejadian biologis dan
mekanik yang menyebabkan gangguan keseimbangan antara proses degradasi dan sintesis
dari kondrosit matriks ektraseluler tulang rawan sendi dan tulang subkondral.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer,
2002)
Etiologi

 Faktor Predisposisi
 Trauma
 Keturunan
 Akibat penyakit radang sendi lain
 Joint mallignment
 Penyakit Endokrin
 Deposit pada rawan sendi
 Faktor Presipitasi
PATOFISIOLOGI

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu
Klasifikasi

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:


 Tipe primer (idiopatik)
 Tipe skunder

Gejala klinis
 Nyeri sendi, keluhan utama
 Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan- pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
 Kaku pagi
 Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
 Pembesaran sendi (deformitas)
 Perubahan gaya berjalan
 Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan)
Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi deformitas atau
kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau jari,
subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.

Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)


 Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena.
 Tes Serologi
 Pemeriksaan radiologi
 Aspirasi sendi
Asuhan Keperawatan Osteoartritis Pada
Lansia

1. Pengkajian
 Identitas : Nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawainan, agama, tanggal
MRS, tanggal pengkajian, alamat klien
 Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa
kaku.
 Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan sakit pada
persendian, bengkak, dan terasa kaku
Diagnosa keperawatan

 Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
 Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk
tubuh pada sendi dan tulang
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar intervensi kepea
(SDKI) Indonesia (SLKI)
  Setelah dilakukan tindakan Observasi
D.0077 (Nyeri Akut) keperawatan selama 1x24 jam maka
  tingkat nyeri menurun dengan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Keluhan muntah menurun - Monitor keberhasilan terapi
- Perasaan ingin muntah menurun Terapeutik
- Perasaan asam di mulut - Berika teknik nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- Sensasi panas menurun (mis.
- Sensasi dingin menurun TENS, hipnosis, akupresur,
- Frekuensi menelan menurun terapi musik, niofeedback,
- Diaforesis menurun terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu

 
D.0054(Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan Observasi
 

Fisik) keperawatan selama 1x24


- Identifikasi adanya nyeri atau
  jam maka mobilitas fisik
keluhan fisik lainnya
meningkat dengan kriteria hasil :
- Identifikasi toleransi fisik
- pergerak an ekstremi tas meningk melakukan ambulasi
at Terapeutik
- kekuata n otot meningk at
- rentang gerak (ROM) - Fasilitasi aktivitas ambulasi
meningk at dengan alat bantu (mis. Tongkat,
kruk)
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi
dini
 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
 

D.0083 (Gangguan Citra Tubuh) selama 1x24 jam maka citra tubuh
meningkat dengan kriteria hasil - Identifikasi harapan citra tubuh
  berdasarkan tahap perkembanga
- melihat bagian tubuh membaik n
- Identifikasi budaya, agama, jenis
- menyentuh bagian tubuh membaik kelamin, dan umur terkait citra
Verbalisasi kecacatan bagian tubuh tubuh
membaik Terapeutik
Verbalisasi kehilangan bagian tubuh - Diskusikan perubahan tubuh
membaik dan fungsinya
- Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap harga
diri
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan
citra tubuh
- Anjurkan mengungkap kan
gambaran duru terhadap citra
tubuh
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai