O
L
E
H
KELOMPOK I :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Kritis berjudul “Efektivitas Air Rebusan Daun Sirsak Terhadap Penurunan
Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal terlepas dari itu, kami menyadari bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Kritis yang berjudul
“Efektivitas Air Rebusan Daun Sirsak Terhadap Penurunan Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus” ini bermanfaat bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Penyakit Diabetes Mellitus
a. Definisi
Pengertian diabetes mellitus berasal dari kata diabetes yang berarti terus
mengalir, dan mellitus yang berarti manis. Kemudian istilah diabetes menjadi sebutan,
karena sering minum dalam jumlah banyak yang disusul dengan sering keluar kembali
dalam jumlah yang banyak. Sebutan mellitus disebabkan air kencing yang keluar manis
mengandung gula. Sampai sekarang penyakit ini disebut sebagai kencing manis atau
diabetes mellitus. (Marewa, 2015). Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia
kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan harmonal yang
menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. (Nugroho,
2011)Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati. (Nurarif & Kusuma, 2015). Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit
dengan keadaan abnormal yang ditunjukkan dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah. DM merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi
glukosa darah disertai dengan munculnya gejala utama yang khas yaitu urine yang berasa
manis dalam jumlah yang besar. (Simatupang, 2017)
b. Etiologi
Menurut sudoyo 2006 DM Tipe 1 adalah Diabetes yang tergantung insulin
ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh faktor genetik
penderita tidak mewarisi diabtes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1. Faktor imunologi (autoimun).
Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan ekstruksi sel beta. Untuk DM Tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel
beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II: usia, obesitas, riwayat, dan keluarga. Dikatakan normal jika kadar gula
darah < 140 mg/dl, dikatakan toleransi glukosa terganggu jika 140 - < 200 mg/dl,
7
dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah ≥ 200 mg/dl.(Sudoyo, 2006)
c. Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus tipe 1 terjadi karena obstruksi sel beta dan menyebabkan
defisiensi insulin yaitu, diabetes Melitus tipe 2 terjadi karena adanya kekabalan terhadap
insulin. Diabetes Melitus tipe lain terjadi karena defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksorin pankreas, endokrinopati, pengaruh obat dan zat
kimia, infeksi, masalah imunologi yang jarang, dan sindrom genetik yang berkaitan
dengan DM gestasional.
d. Manifestasi klinis Diabetes Melitus
Tiga serangkai klasik merupakan efek langsung dari kadar gula darah tinggi,
seperti poliuria, polidipsi, dan polifagi. Selain trias klasik, terdapat gejala lain menurut
(Tarwoto & dkk, 2012) beberapa manifestasi klinis yang terjadi pada pasien DM yaitu:
• Penurunan berat badan yang disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan, glikogen dan
cadangan trigliserida serta massa otot.
• Kelainan pada mata atau penglihatan kabur. Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia
mnyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk pada
mata yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa
• Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina. Peningkatan glukosa darah
mengakibatkan penumpukan pula pada kulit sehingga menjadi gatal. Jamur dan bakteri
mudah menyerang kulit
• Ketonuria. Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan asam lemak
untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton yang kemudian berada pada darah
dan dikeluarkan melalui ginjal
• Kelemahan dan keletihan. Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan
potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.
Adapun gejala – gejala yang tidak khas menurut Hans Tandra (2008) adalah: rasa seperti flu,
kelemahan, pandangan kabur, luka yang sukar sembuh, rasa kesemutan, gusi merah dan
bengkak, kulit kering dan gatal, mudah terkena infeksi, infeksi dan gatal pada kemaluan,
impotensi pada pria. (Hans, 2008).
8
Neuropati diabetik terjadi pada 60-70% individu DM. Neuropati diabetik yang paling
sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomik.
• Pada polineuropati sensori perifer simetris, terjadi perubahan sensoris dan hilangnya
sensoris secara simetris, yang terjadi pada kedua kaki dan kedua tangan. Biasanya,
ekstremitas bawah yang terkena pertama karena ekstremitas bawah mempunyai saraf
yang paling panjang diseluruh tubuh. Yang termasuk dalam sensoris yang
abnormalparestesia (sensasi kesemutan, rasa seperti ditusuk dengan jarum dan kebas).
Sensasi yang abnormal ini menjadi lebih berat pada malam hari dan bisa mengganggu
tidur pasien. Perubahan ini berlangsung perlahan tetapi progresif. (Baradero M. , 2009)
• Kaki diabetik
Ada tiga faktor yang berperan dalam kaki diabetik, yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.
Biasanya, amputasi harus dilakukan. Hilangnya sensori pada kaki bisa mengakibatkan
trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskular dan makrovaskular dapat
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa
menyebabkan gangren dan amputasi. (Baradero M. , 2009)
• Luka adalah rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka diklasifikasikan dengan berbagai
macam cara. Masing-masing pengklasifikasian tersebut, antara lain:Berdasarkan
kedalaman dan luasnya, dapat dinyatakan menurut stadium luka, berikut ini:
c) Gelas ukur
d) Panci
e) Sendok
14
3. Cara pemakaian
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon
terhadap insulin atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin pankreas. Kondisi
ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik
akut seperti ketoasidosis diabetik. Hiperglikema jangka Panjang dapat menunjang terjadinya
komplikasi mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes
juga berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infarmiokard, stroke, dan
penyakit vaskuler perifer.
3.2 Saran
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.