Anda di halaman 1dari 39

Teknik Tenaga Listrik

Sistem Tenaga
 Elemen Sistem Tenaga
Sistem Tenaga
 Pusat Pembangkit
Pusat pembangkit berfungsi untuk mengkonversikan sumber daya
energi primer menjadi energi listrik.

a. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) : minyak, gas alam, batubara


b. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
c. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
d. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
e. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
f. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Dikembangkan alternatif sumber daya energi baru : Biomassa,


limbah kayu, angin, gelombang laut
Sistem Tenaga
 Konversi Energi Elektromekanik
Sistem Tenaga
 Transmisi dan Distribusi
Sistem Tenaga
 Karakteristik Beban

Karakteristik Permintaan Energi Listrik (a) Karakteristik Beban Harian


(b) Karakteristik Kelangsungan beban (load duration curve)
Sistem Tenaga
 Proteksi

- Pengaturan pemakaian sekering (Fuse)


- Pemutus daya (Circuit Breaker)
- Rele(Relay)
Elektromagnet
 Medan Magnet dan Medan Listrik
- Medan magnet terbentuk dari gerak elektron
- Medan magnet memiliki arah, kerapatan dan intensitas
→ garis-garis fluks → Φ (fluks) → weber
- Kerapatan medan magnet dinyatakan dengan garis fluks yang menembus
suatu luas bidang tertentu dan mempunyai simbol : B → weber/m2
- Intensitas medan magnet disebut juga : Kuat Medan dan dinyatakan
dengan besarnya fluks sepanjang jarak tertentu dan mempunyai simbol :
H → Ampere/m
- Kerapatan medan B dan kuat medan H mempunyai besaran dan arah
(vektoris) yaitu : B = μH dimana μ(permeabilias) → henry/m
Untuk permeabilitas pada ruang bebas(udara), μ0 = 4πx10-7 H/m
- Besaran fluks dapat juga dinyatakan dengan : Φ = ⌠B dA
dimana : dA = unsur luas
Elektromagnet

Hubungan antara medan listrik dan medan magnet dinyatakan oleh Hukum
Ampere. Dengan persamaannya : N i = H l Ampere-turn
Dimana :
N = jumlah lilitan
i = arus listrik (A)
H = kuat medan (A/m)
l = panjang jalur (m)
Elektromagnet
• Induksi Tegangan – Hukum Faraday
- Apabila medan magnet berubah-ubah terhadap waktu mengakibatkan
arus bolak- balik yang berbentuk sinusoida yang akan membangkitkan
atau menginduksi medan listrik
- Medan magnet atau fluks yang berubah-ubah pada inti besi
menghasilkan gaya gerak listrik (ggl) sebesar :
d d
e  N 
dt dt

- Perubahan fluks yang menghasilkan gaya gerak listrik dapat terjadi


karena :
a. Perubahan fungsi waktu (t) akibat arus bolak-balik yang berbentuk
sinusoida
b. Fungsi putaran (θ) akibat berputarnya rotor pada mesin-mesin
dinamis
- Hukum Faraday dapat dituliskan sebagai berikut :
d
E dl    B dA
dt s
Elektromagnet
 Konsep Rangkaian Magnet
- Arus listrik (i) yang dialirkan melalui penghantar yang dibelitkan pada inti besi yang berbentuk cincin toroidal akan menghasilkan medan magnet yang sebanding dengan jumlah lilitan (N) dikalikan dengan besaran arus listrik (i)
- Ampere – turn (Ni) ini dikenal dengan Gaya Gerak Magnet (ggm) dan dinyatakan dengan notasi F
F = N i ampere-turn
- Gaya gerak magnet adalah perbedaan potensial magnet yang cenderung menggerakkan fluks di sekitar cincin toroidal
- Gerak fluks di sekitar cincin selain ditentukan oleh besaran ggm juga merupakan fungsi dari tahanan inti besi yang membawa fluks tersebut
- Tahanan inti besi itu disebut : reluktansi R dari rangkaian magnet
Φ=F /R
- Reluktansi berbanding lurus dengan panjang (l) berbanding terbalik dengan penampang luas bidang (A) dan bergantung pada bahan magnetik rangkaian magnet tersebut, dimana besaran l dalam meterr dan A dalam meter persegi :
R = l/μ
l/μA ampere-turn/weber
Elektromagnet
Adanya analogi antara hubungan rangkaian magnet dan hubungan rangkaian listrik

R = F / Φ = l / μA → R = V / I = 1 / σA
Elektromagnet
 Intensitas Medan Magnet

Dalam proses konversi energi yang menyangkut mesin dengan elemen bergerak
(berputar) seperti transduser atau motor pada inti besinya (core) akan terdapat
celah udara. Melalui celah udara ini dapat berlangsung proses konversi dari
energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya
Untuk inti yang bercelah udara
berlaku hubungan
Ni = Hclc + Hgg
Bc Bg
Ni = lc  g
c 
0
lc g
Ni = 
A c A 
c g 0
Di mana Ni = F adalah gaya
gerak magnet (ggm) dan
koefisien di sebelah kanan
lc g
Karena Rc = dan Rg = dikenal sebagai Reluctance R
A c c A g
0
maka Ni = Φ(Rc + Rg) = F
Oleh karena pada umumnya μc >> μ0 maka sebagian besar rangkaian magnet
hanya dipengaruhi oleh reluktansi celah udara (Rg). Dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar ggm terkonsentrasi pada celah udara yang merupakan potensi
energi untuk proses konvensi
Elektromagnet
 Energi dalam Medan Magnet
Energi listrik yang diberikan oleh sumber akan digunakan oleh inti besi
beserta belitannya untuk menghasilkan medan magnet
Energi yang diperoleh akan tersimpan dalam medan magnet yang
ditimbulkan
dWE = dWF
Sedangkan
dWF = i dλ = F dΦ
Jadi energi yang tersimpan pada medan
 magnet adalah:

WF =  i (  ) d    F (
)d
0 0

Persamaan diatas mengandung arti bahwa besarnya energi yang


tersimpan dalam medan magnet merupakan suatu luas daerah tertentu
dimana luas daerah tersebut ditentukan oleh jenis bahan pemagnetan inti
Elektromagnet
Pada Bahan Feromagnet, hubungan antara F dan Φ tidak linier

Dari gambar a, diketahui bahwa untuk kurva menaik oa, jumlah energi yang
dibutuhkan sama dengan luas daerah oac.
Apabila harga F dikembalikan ke harga nolnya (kurva menurun ab) sebagian
energi yang besarnya sama dengan luas daerah abc akan dilepaskan
sedangkan energi sebesar luas daerah oab hilang sebagai panas (rugi
histeresis)
Siklus penuh rugi histerisis akan membentuk suatu gelang (lingkar tertutup)
seperti pada gambar b.
Elektromagnet
Untuk rangkaian listrik R – L dengan tegangan jepit V, berlaku
d
V  Ri 
dt
Vi dt  Ri2 dt  i d
Atau
t t t
2 2 2 2
 Vi dt   Ri dt   i d
t t t
1
Artinya : Kerja 1
yang dilakukan = panas1 yang hilang + energi yang tersimpan
Energi dalam medan magnet adalah

t  
2
W   i d   i d   Ni d
F t 0 0
1
Dimana Ni = FHclc dan dΦ = Ac dB
Jadi Ni dΦ = (Hclc )(Ac dB) = (lcAc)H dB lcAc → volume inti magnet
Energi tersimpan per unit volume adalah

W B
PersamaanW F  artiH
diatasmengandung
F  bahwa
dB energi dalam medan magnet ditentukan oleh luas
lc A
daerah yang dibatasi antara c 0
kurva magnetisasi dan sumbu B atau luas daerah oac pada gambar
Elektromagnet
 Contoh Soal
Suatu lingkaran besi dengan panjang rata-rata 50 cm mempunyai celah
udara 1 mm dan kumparan 200 lilitan. Jika permeabilitas relatif besi = 300,
tentukan kerapatan fluks jika arus 1 A mengalir melalui belitan. Asumsikan
μ0 = 4π x 10- 7 H/m
Elektromagnet
Penyelesaian :
Jika lintasan mempunyai bagian test dan celah udara, ampere-turn masing-masing
bagian dihitung sendiri-sendiri untuk menentukan ampere-turn total. Bila ampere-turn
diketahui, kerapatan fluks dapat ditentukan :
Panjang bagian besi = 50 cm
B
Permeabilitas relatif = 300 H (At/m panjang) =
 0r
0 .5 x B
Jadi ampere-turn untuk bagian besi : =
300 x 4 x 10 7
3
Ampere-turn untuk celah udara =
1 x 10
1x 4 x 10 7
Sehingga ampere-turn total =
B  1 1 

4 x 10 7  600 1000 
Besar ampere-turn = 200 x = 200
Jadi B  1 1 
  200
4 x 10 7  600 1000 
Atau
200 x 4  x10 7
B x 600 x 1000  0.094 Wb / m 2
1600
Soal test

 Kawat yang mempunyai resistivitas 1,5x10-6 Ωm dan jari-jari 0,321 mm


a. Hitunglah Resistansi per satuan panjang kawat tersebut
b. Hitunglah arus yang melalui kawat jika panjang kawat 1 m dan diberi beda potensial
10 V
c. Jika arus yang melalui kawat 2,16 A, hitunglah kuat medan listrik di dalam kawat
tersebut
 Suatu kumparan berbentuk bujur sangkar dengan sisi 20 cm, terdiri atas
200 lilitan dan mempunyai tahanan total 4 Ω, diletakkan dalam medan
magnet serba sama dengan sumbu kumparan tegak lurus medan
magnet. Jika induksi magnet medan tersebut berubah secara linier mulai
dari 0 hingga 1,6 T selama selang waktu 0,8 s, tentukan besar ggl
induksi dan arus induksi selama perubahan medan tersebut
 Penyelesaian
a. Luas Penampang kawat : A = π.r2
A = π. ( 0,321.10-3m)2
= 3,24.10-7 m2

R =
l = 1,5.10-6 Ω / m / 3,24.10-7 m = 4,63 Ω / m
 A

b. L = 1 m → R = 4,63 Ω sehingga

I=V/R
= 10 / 4,63
= 2,16 A

a. B = μ0 I / 2π
2π a

 Penyelesaian
Selama perubahan medan :
B (t) = 1,6 / 0,8 . t = 2 t
Fluks magnet nya :
Φ = B A cos θ
= 2t (0,2)2 cos 90
= 2t.0,04.1
= 0,08t

GGL induksi (e) pada kumparan:


e = N ( dΦ/dt) = 200. (d/dt(0,08t)) = 200 . 0,0 8= 16 V

Arus induksi dalam kumparan


I = e / R = 16 V / 4 Ω = 4 Ω
Analisa Fasor
Fasor Gelombang Sinusoida
Fasor menyatakan transformasi dari fungsi waktu ke dalam bidang kompleks
yang mengandung informasi tentang amplitudo dan sudut fasa

Misalnya sebuah bilangan kompleks K, mempunyai besaran A dan arah sudut θ


(lihat gambar)
K = a + jb atau K = M (cos θ + j sin θ)

Dengan menggunakan Dalil Euler : cos θ + j sin θ = ejθ

Maka : K = M ejθ
Analisa Fasor
Perhatikan bahwa j adalah operator yaitu operator khayal.
Dimana bekerjanya operator ini dengan memutar suatu bilangan atau nilai tertentu π/2 derajat berlawanan
arah jarum jam.
Meskipun j bukan merupakan bilangan namun j dapat dinyatakan dengan nilai 1
Artinya bila operator bekerja sebanyak 2 kali maka harga bilangan tersebut berputar 2 x π/2 = 1800
sehingga :
j(jb) = j2b = - b ; atau j2 = - 1
j(j2b) = j3b = - jb atau j3 = - j
j(j3b) = j4b = + b atau j4 = + 1

Bentuk K = M e jθ disebut dengan bentuk Polar atau eksponensial dari bilangan kompleks K yang juga
dapat ditulis : K = M θ
Dimana
M a2  b2
Analisa vektor yang berputar pada selang waktu tertentu inilah disebut Analisa Fasor
Analisa fasor yang dikaitkan dengan bentuk gelombang sinusoidal akan memungkinkan penggambaran
fasor sinusoidal yang sangat penting pada bidang elektroteknik
Analisa Fasor
Arus dan tegangan sesaat dari suatu
bentuk sinusoidal dalam suatu
periode waktu, dapat dijelaskan
dengan persamaan :
i(t) = Im cos (ωt +Φ)
v(t) = Vm cos (ωt )
Dimana :
Im = arus maksimum dalam ampere
ω = 2πf = kecepatan sudut dalam
radial/detik
Φ = sudut fasa dalam radial
Vm = tegangan maksimum dalam volt

Dari vektor Im dan Vm pada salib sumbu x dan y dapat ditentukan besar v(t) dan
i(t) untuk t=0 dengan cara memproyeksi vektor-vektor tersebut pada sumbu x.
Jika vektor Im dan Vm berputar berlawanan arah jarum jam dan memiliki
kecepatan sudut yang sama, maka harga sesaat arus dan tegangan dari suatu
rangkaian dapat dihitung .
Analisa Fasor
Im dan Vm adalah fasor (lihat gambar)

Fasor tegangan dan arus dapat ditulis


sebagai berikut :
Tegangan = V Φ
Arus = I Φ
Dimana V dan I adalah harga RMS
(root-mean-square).
Jika Vm adalah harga tegangan
maksimum maka harga RMS
tegangan tersebut adalah :
V
V m
2
Daya Rata-rata
Daya rata-rata sesaat didefinisikan sebagai hasil perkalian tegangan dan arus sesaat serta dapat ditulis
sebagai berikut :
p=vi
Jika arus dan tegangan merupakan fungsi siklus, maka daya rata-rata (P) untuk suatu periode siklus dapat
ditentukan besarnya dengan rumus :
P= 1 T
Dimana  p ( t ) dt
T 0
P = daya rata-rata dalam watt
T = periode dari siklus dalam detik
Tegangan dan arus fungsi sinus dinyatakan sebagai :
v(t) = Vm cos ωt
i(t) = Im cos (ωt – Φ)
Maka persamaan daya menjadi :
p(t) = VmIm cos ωt cos (ωt – Φ)
p(t) = VmIm ½ [cos (ωt – ωt + Φ) + cos (ωt + ωt – Φ)]
= ½ VmIm cos Φ + ½ VmIm cos (2ωt – Φ)
Harga rata-rata dari fungsi sinusoidal yang berubah terhadap waktu untuk satu periode adalah sama
dengan nol sehingga persamaan p(t) hanya terdapat bentuk ½ VmIm cos Φ yang tidak tergantung terhadap
waktu dan dapat ditulis :
P = ½ VmIm cos Φ = V I cos Φ
Dimana V dan I adalah harga rms atau harga efektif dari tegangan dan arus
Harga efektif arus sesaat i(t) dapat didefinisikan dalam persamaan
1 2
 1 T

I 
T I
2
dt 

 0 
Dengan memperhatikan bahwa harga I (rms) adalah akar dari arus sesaat kwadrat
maka : 1 2
 1 T 2 
 T  I cos t    dt 
I  2

 0  1 2
  2  2 
 I 1 2  1 2 cos 2t  2  dt 
 2  m 
 0 
Dimana T = 1/f = 2π/ω
Oleh karena harga rata-rata dari fungsi sinusoidal yang berubah terhadap waktu
sama dengan nol dalam 1 periode maka: 1 2
  2  
I  Im  
 2 
1 2 dt

 0 1 2
  2  Im
 Im  1 2   
 2   2

Sehingga harga rms dari setiap fungsi sinusoidal adalah harga maksimum dibagi
dengan √2
Faktor Daya
Daya rata-rata bukan fungsi rms dari arus dan tegangan saja tetapi ada unsur perbedaan sudut fasa
arus dan tegangan
Jika arus dan tegangan dari persamaan sefasa dan Φ = 00 maka persamaan daya menjadi : P = V I cos
Φ=VI
Arus yang mengalir pada sebuah tahanan akan menimbulkan tegangan pada tahanan tersebut sebesar :
Vr = I r r
Sehingga P = Vr Im cos Φ
Karena tidak adanya beda fasa antara arus dan tegangan pada tahanan maka sudut Φ=00 sehingga P =
VI
Untuk induktor dan kapasitor, arus yang mengalir pada elemen-elemen ini masing-masing akan
tertinggal dan mendahului sebesar 900 terhadap tegangan
V L = I L j ωL
Vc = I  
j

c  

 c 
Dimana VL ,Vc ,IL , IC adalah besaran fasor. Daya rata-rata elemen ini adalah nol
Tegangan dikalikan dengan arus disebut Daya Semu.
Daya Rata-rata dibagi daya nyata disebut : Faktor Daya
Faktor Daya = Cos Φ = P V I cos 

VI VI
Φ dinamakan sudut faktor daya. Dimana sudut ini menentukan kondisi mendahului atau tertinggalnya
tegangan terhadap arus
Perhitungan Tiga Fasa
Sistem tiga fasa memiliki besar yang sama ( tegangan atau arus) tetapi mempunyai perbedaan
sudut sebesar 1200 antar fasanya. Sistem ini juga disebut sistem seimbang

Gambar diatas memperlihatkan sebuah rangkaian sederhana dan diagram fasor


sebuah sistem seimbang. Sistem pada gambar diatas juga disebut Sistem Urutan
abc.Dimana fasa b tertinggal 1200 terhadap fasa a, dan fasa c tertinggal 1200
terhadap fasa b.
Beban pada gambar dihubungkan dengan cara hubungan Y. Dalam hubungan Y ini,
tegangannya adalah tegangan saluran netral dan arus yang mengalir pada tiap fasa
beban adalah arus saluran.
Tegangan antara masing-masing saluran dapat dihitung sebagai berikut :
Vab = Van + Vnb = Van – Vbn
Vbc = Vbn – Vcn
Vca = Vcn – Van
Secara matematis dari gambar untuk urutan fasa abc dapat dijelaskan sebagai berikut :
Vab = Van √3  300
Vbc = Vbn √3  300
Vca = Vcn √3  300
Masing-masing tegangan saluran mendahului 300 dan √3 kali besar terhadap tegangan
saluran netral. Sehingga urutan fasa acb persamaan diatas akan menjadi :
Vab = Van √3  - 300
Vbc = Vbn √3  - 300
Vca = Vcn √3  - 300
Daya yang digunakan pada masing-masing fasa pada beban adalah :
P1Φ = │Van│I1 cos Φ
Dimana
I1 = Ia
cos Φ = faktor daya

Untuk sistem yang seimbang, daya total yang dipergunakan adalah :


PT = P3Φ = 3 │Van│I1 cos Φ
=3 I1 cos Φ V
H

3
= √3 VH I1 cos Φ
Dimana :
VH = tegangan saluran ke saluran
I1 = arus saluran ke saluran
Beban pada gambar terhubung delta ( Δ)
dimana tegangan pada hubungan delta ini
adalah tegangan saluran ke saluran.
Hubungan antara arus saluran dengan arus
yang mengalir pada beban dapat dilihat :
Ia = Iab + Iac = Iab – Ica
Ib = Ibc – Iab
Ic = Ica – Ibc
Hubungan antara arus kawat pada hubungan
delta untuk urutan fasa abc dan acb dapat
dijelaskan dengan persamaan berikut :
Ia = Iab √3  - 300
Ib = Ibc √3  - 300
Ic = Ica √3  - 300
Untuk urutan fasa abc, arus saluran √3 kali
arus fasa dan tertinggal 300 arus fasa
Ia = Iab √3  300
Ib = Ibc √3  300
Ic = Ica √3  300
Untuk urutan fasa acb arus mendahului 300
terhadap arus fasa
Daya yang dikonsumsi setiap fasa pada beban pada hubungan delta (Δ)
P1Φ = VH │Iab │cos Φ
Dimana : VH = tegangan Vab
cos Φ = faktor daya
Untuk sistem yang seimbang daya total yang dikonsumsikan ke beban adalah :
PT = 3 P1Φ = 3 VH │Iab │cos Φ
I1
= 3 VH cos Φ
3
= √3 VH I1 cos Φ
Dimana I1 = arus saluran

Jika tegangan saluran, arus saluran dan cos Φ diketahui maka daya yang dikonsumsikan
dapat dihitung tanpa perlu mengetahui bentuk hubungan dari beban tersebut.
Dengan penurunan yang sama dapat diketahui :
│ST│ = √3 VHI1
QT = √3 VHI1 sin Φ
Contoh soal

Suatu sistem tiga fasa 4 saluran, mempunyai beban dari masing-masing fasa sebesar : Z a =
1000 , Zb = 20300 , dan Zc = 10-300 .Beban tersebut terhubung bintang dan disuplai
oleh tegangan 400 volt, 50 Hz. Hitunglah arus yang mengalir pada masing-masing fasa dan
arus netralnya
Penyelesaian
Pada saat sistem 4 saluran, tegangan yang melewati beban akan seimbang. Dengan urutan acb
dimana tegangan fasa a sebagai titik acuan
Van = 400
 00
3

400
Vbn = 120 0
3

Vcn = 400
  120 0
3

Dan
IA = 2310 0 = 23.1 + j0
100 0
0
IB = 231120 = 0 + j 11.5 = 11.5 900
2030 0
0
IC = 231  120 = 0 – j 23.1 = 23.1  - 900
10  30 0
Sehingga arus netral
IN = - (IA + IB + IC)
= - (23.1 + j 0 + 0 + j 11.5 + 0 – j 23.1)
= - 23.1 + j 11.55 Ampere

Anda mungkin juga menyukai