Anda di halaman 1dari 17

Pemanfaatan Daun Sirih (Piper betle

Linn) Oleh Masyarakat Aceh Besar


• Disusun oleh
Kelompok 4

• Arian Dwi Putra


• Aulia Rahmayani
• Maidina Fitriana
• Nulvia Afrida Ulfa
• Raudhatul Ufa
Pendahuluan
Latar Belakang

Daun sirih (Piper betle Linn) merupakan salah satu tanaman yang

mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Farida Ariyani, Irianti Amin, Dedi

Fardiaz, 2015). Bagi masyarakat Aceh daun sirih memainkan peranan

penting. Daun sirih digunakan pada berbagai acara adat seperti proses

lamaran, upacara perkawinan dan hajatan sunat. Selain di gunakan untuk

acara adat, ternyata daun sirih juga memiliki manfaat dalam penyembuhan

penyakit. Dulu, masyarakat Aceh sebelum terlalu populer dengan istilah

“dokter”, mereka cenderung menggunakan daun sirih untuk menyembuhkan

suatu penyakit.
Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman dan juga istilah “dokter”
sudah banyak dikenal luas oleh masyarakat, penggunaan daun sirih untuk
menyembuhkan penyakit di masyarakat sudah berkurang, terutama pada
masyarakat perkotaan. Hal ini akan berdampak besar bagi anak cucu di
masa mendatang yang tidak lagi menggunakan obat-obatan tradisional
sebagai penyembuhan suatu penyakit, namun lebih kepada penggunaan
obat-obatan kimia yang memiliki efek samping.
Tujuan

Mengetahui pemanfaatan daun sirih oleh masyarakat di


Kabupaten Aceh Besar.

Manfaat

Mengetahui cara penggunaan daun sirih baik sebagai obat-


obatan maupun penggunaannya dalam budaya di
masyarakat Kabupaten Aceh Besar.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah PRA (participatory rural
appraisal), yaitu melakukan wawancara dengan masyarakat Kabupaten
Aceh Besar di 8 Kecamatan yang berbeda.
Kecamatan yang di ambil sebagai sampel adalah :
1. Kecamatan Montasik
2. Kecamatan Blangbintang
3. Kecamatan Baitussalam
4. Kecamatan Peukan Bada
5. Kecamatan Ingin jaya
6. Kecamatan Krueng Barona Jaya
7. Kecamatan Darul Imarah
8. Kecamatan Kuta Baroe
Hasil
• Pemahaman masyarakat tentang jenis daun sirih
Sekitar 30% dari penduduk Aceh Besar memahami beberapa jenis sirih. Jenis

yang dipahami oleh masyarakat sekitar adalah sirih selasih, sirih biasa (kuneng

on), sirih hutan dan sirih merah.

Sirih selasih memiliki ukuran daun kecil dan ujung daun yang meruncing, sirih ini
memiliki aroma seperti daun selasih.

Sirih biasa (kuneng on) mempunyai ukuran daun yang relatif besar dan pucuk
awal yang keluar berwarna kuning, maka dari itu sirih ini disebut sirih kuning.

Sirih hutan memiliki ukuran yang lebih lebar dan berwarna hijau pekat dan
memiliki rasa yang sangat pedas. Sirih merah memiliki tangkai dan urat daun
berwarna merah.
Ukuran daun sirih tergantung pada ketersediaan air dan kondisi tanah. Sirih
membutuhkan kadar air optimum untuk pertumbuhannya, karena sirih akan
mengalami kematian jika pada lingkungan yang kering.

Menurut seorang narasumber Mustafa Kamal yang bersal dari desa Mata
ie, kecamatan Montasik, dalam penanaman sirih dapat digunakan
potongan daun atau batang pisang sebagai campuran tanah, untuk
menjaga kelembapan media penanaman sirih.
• Pemahaman masyarakat tentang penggunaan sirih
sebagai obat

100% masyarakat di delapan kecamatan Kabupaten Aceh Besar sangat


memahami pengguanaan sirih sebagai obat.

diantaranya untuk menghilangkan bau badan, membersihkan daerah


kewanitaan, mencegah keputihan, obat batuk, menjaga kesegaran napas
dan menguatkan gigi.

Hal ini dikarenakan yang bersifat sebagai antibakteri (Utami, 2015),


sehingga dapat mnghambat pertumbuhan bakteri di sekitar daerah
kewanitaan dan mulut.
Menurut penuturan sebagian masyarakat sirih juga dapat digunakan
sebagai obat maag, asam lambung, penurun panas dan gatal-gatal
(biang keringat), hal ini dikarenakan sirih bersifat antiinflamasi,
sehingga dapat meredakan nyeri akibat maag, asam lambung, dan
perih akibat gatal-gatal. Daun sirih dapat bersifat antiinflamasi
dikarenakan mengandung flvonoid (Utami, 2015).
Pengkonsumsian, penanaman, dan adat
istiadat penggunaan sirih oleh masyarakat

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat 24% warga yang masih


memakan sirih, 76% tidak lagi memakan sirih yang masing-masing
tersebar di setiap kecamatan di kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan
persentase yang terlihat dapat disimpulkan bahwa pengomsumsian
sirih di kabupaten Aceh Besar mengalami penurunan. Rata-rata
masyarakat yang tidak mengonsumsi sirih berumur 50 tahun ke
bawah, yang menyatakan bahwa sirih memiliki rasa yang tidak enak,
sehingga kurang digemari oleh kaum muda.
Sebanyak 64% masyarakat di kabupaten Aceh Besar tidak memiliki
tanaman sirih di rumahnya, hanya 36% masyarakat di Kabupaten Aceh
Besar yang masih memiliki sirih di rumahnya. Salah satu penyebab tidak
adanya lagi sirih di rumah adalah penggunaan sirih sebagai obat herbal
yang sudah tersisishkan, akibat penggunaan obat-obatan kimia yang lebih
praktis dan lebih cepat bereaksi. Faktor lain yang mempengaruhi
kurangnya tanaman sirih di rumah warga adalah ketersediaan daun sirih
yang dijual di pasar.
Beberapa penggunaan sirih untuk adat istiadat antara lain, membuat
ranup meususon dalam acara pernikahan dan hidangan sirih di tempat
orang meninggal. Masyarakat Aceh menganggap penyediaan sirih
digunakan untuk menghormati tamu yang datang. Bahkan menurut seorang
narasumber yaitu M. Yusuf yang bertempat tinggal di desa Lamme
kecamatan Blang Bintang menyatakan bahwa, dahulu calon mempelai pria
harus membawakan sirih kepada tamu laki-laki yang datang pada malam
hari untuk dimakan bersama-sama. Namun menurut penuturan beliau adat
yang seperti ini sudah tidak ada lagi.
Kesimpulan

• Berdasarkan hasil pengamatan sekitar 30% dari penduduk Aceh Besar


memahami berbagai macam jenis sirih. Jenis yang dipahami oleh
masyarakat sekitar adalah sirih selasih, sirih biasa (kuneng on), sirih
hutan dan sirih merah.
• Berdasarkan hasil pengamatan 100% seluruh masyarakat di delapan
kecamatan kabupaten Aceh Besar sangat memahami pengguanaan sirih
sebagai obat.
• Terdapat 24% warga yang masih memakan sirih, 76% tidak lagi
memakan sirih yang masing-masing tersebar di setiap kecamatan di
kabupaten Aceh Besar.
• Sebanyak 64% masyarakat di kabupaten Aceh Besar tidak memiliki
tanaman sirih di rumahnya, hanya 36% masyarakat di Kabupaten
Aceh Besar yang masih memiliki sirih di rumahnya.
• Beberapa penggunaan sirih untuk adat istiadat antara lain, membuat
ranup meususon dalam acara pernikahan dan hidangan sirih di
tempat orang meninggal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai